Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Islam

Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Islam - Kajian Islam Tarakan

9. Syarat Wajib Puasa Ramadhan: Islam

12 Hari Menjelang Ramadhan 1442 H

18 Sya’ban 1442 H – 1 April 2021

Syarat puasa terbagi menjadi dua macam: syarat wajib dan syarat sah. 

Maksud dari syarat wajib adalah hal-hal yang membuat seorang menjadi wajib untuk melakukan ibadah puasa Ramadhan. Bila salah satu syarat wajib tidak terpenuhi pada diri seseorang, maka puasa Ramadhan itu menjadi tidak wajib atas dirinya. Atau malah sebaliknya, bisa menjadi mubah, sunnah, atau bahkan haram.

Sedangkan maksud dari syarat sah adalah syarat-syarat yang membuat ibadah puasa menjadi sah dan menjadi salah satu sebab gugurnya kewajiban puasa Ramadhan, di samping terpenuhinya sebab rukun. Di mana, jika salah satu syarat sah tidak ada, maka ibadah puasa menjadi tidak sah pula. 

Atas dasar ini, secara fungsi, antara syarat sah dan rukun puasa tidaklah berbeda. Karena keduanya menjadi sebab sahnya pelaksanaan ibadah puasa. Namun yang berbeda adalah bahwa syarat sah bukanlah bagian dari ritual ibadah puasa, sedangkan rukun termasuk bagian dari ritual ibadah puasa.

Para ulama sepakat bahwa di antara syarat wajib puasa adalah beragama Islam. Karenanya, orang yang tidak beragama Islam, tidaklah diwajibkan untuk melaksanakan puasa Ramadhan di dunia ini. Meskipun di akhirat mereka tetap akan diazab atas dosa meninggalkan puasa Ramadhan. 

Imam an-Nawawi (w. 676 H) berkata dalam kitabnya, al-Majmu’ Syarah al-Muhazzab:(1) 

الْكَافِرِ الْأَصْلِيِّ لَمْ يُخَاطَبْ بِهِ أَيْ لَمْ نُطَالِبْهُ بِفِعْلِهِ وَلَيْسَ مُرَادُهُ أَنَّهُ لَيْسَ بِوَاجِبٍ فِي حَالِ كُفْرِهِ فَإِنَّ الْمَذْهَبَ الصَّحِيحَ أَنَّ الْكُفَّارَ مُخَاطَبُونَ بِفُرُوعِ الشَّرْعِ فِي حَالِ كُفْرِهِمْ بِمَعْنَى أَنَّهُمْ يُزَادُ فِي عُقُوبَتِهِمْ فِي الْآخِرَةِ بِسَبَبِ ذَلِكَ وَلَكِنْ لَا يُطَالَبُونَ بِفِعْلِهَا فِي حَالِ كُفْرِهِمْ.

Orang kafir asli tidak dituntut untuk melakukan ibadah puasa, selama dalam kekafirannya. Namun bukan berarti puasa Ramadhan tidak wajib atasnya. Sebab orang kafir juga pada dasarnya diwajibkan untuk menjalankan aturan syariat, meskipun dalam kondisi kafir. Akan tetap hal itu tidak dituntut atas mereka di dunia. Sedangkan di akhirat, mereka tetap dihukum atas sebab meninggalkannya.

Namun apakah diwajibkan atas orang kafir jika ia masuk Islam, untuk mengqodho’ puasa yang ia tinggalkan selama kafir, dalam hal ini para ulama membedakan hukumnya berdasarkan klasifikasi orang kafir yang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: kafir asli dan kafir murtad.

A Kafir Asli

Kafir asli adalah orang kafir yang memang sejak kecil dididik oleh orang tuanya dengan agama di luar Islam. Para ulama sepakat bahwa, orang kafir asli yang masuk Islam, tidak ada kewajiban untuk mengqodho’ puasa Ramadhan yang ditinggalkan sewaktu ia masih berstatus kafir. Sebab keislamannya telah menghapus semua dosa-dosa yang dilakukannya selagi kafir. 

Allah - ta’ala - berfirman:

قُل لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ (الأنفال: 38)

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu. (QS. Al-Anfal: 38) 

Imam ‘Ala’uddin al-Kasani (w. 587 H) berkata dalam kitabnya, Badai’ ash-Shanai’ fi Tartib asy-Syarai’:(2)   

لَا يَجِبُ الصَّوْمُ عَلَى الْكَافِرِ فِي حَقِّ أَحْكَامِ الدُّنْيَا بِلَا خِلَافٍ حَتَّى لَا يُخَاطَبُ بِالْقَضَاءِ بَعْدَ الْإِسْلَامِ.

Para ulama sepakat bahwa tidak diwajibkan puasa atas orang kafir dalam kehidupan duniawi, dan juga tidak diwajibkan untuk mengqodho’nya jika ia masuk Islam. 

Mayoritas ulama khususnya 4 mazhab juga bersepakat bahwa jika orang kafir masuk Islam di tengah bulan Ramadhan, maka ia juga tidak wajib mengqodho’ hari-hari puasa sebelum keislamannya pada bulan Ramadhan tersebut. 

Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi (w. 620 H) berkata dalam kitabnya, al-Mughni Syarah Mukhtashar al-Khiraqi:(3) 

أَمَّا قَضَاءُ مَا مَضَى مِنْ الشَّهْرِ قَبْلَ إسْلَامِهِ، فَلَا يَجِبُ. وَبِهَذَا قَالَ الشَّعْبِيُّ، وَقَتَادَةُ، وَمَالِكٌ، وَالْأَوْزَاعِيُّ، وَالشَّافِعِيُّ، وَأَبُو ثَوْرٍ، وَأَصْحَابُ الرَّأْيِ. وَقَالَ عَطَاءٌ: عَلَيْهِ قَضَاؤُهُ.

Adapun hukum mengqodho’ hari-hari bulan Ramadhan yang telah dilewati sebelum keislamannya, maka hal itu tidak wajib. Hukum ini juga ditegaskan oleh asy-Sya’bi, Qatadah, Malik, Awza’i, asy-Syafi’i, Abu Tsaur dan Ashab ar-Ra’yi. Namun ‘Atha’ berkata: ia wajib mengqodho’nya.

Sebagaimana para ulama sepakat bahwa ia wajib menjalani ibadah puasa pada hari yang tersisa dari bulan Ramadhan tersebut.

Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi (w. 620 H) berkata dalam kitabnya, al-Mughni Syarah Mukhtashar al-Khiraqi:(4) 

(وَإِذَا أَسْلَمَ الْكَافِرُ فِي شَهْرِ رَمَضَان، صَامَ مَا يَسْتَقْبِلُ مِنْ بَقِيَّةِ شَهْرِهِ) ...، فَلَا خِلَافَ فِيهِ.

Jika orang kafir masuk Islam di tengah bulan Ramadhan, maka ia wajib berpuasa di hari-hari yang tersisa. Dan tidak ada perselisihan dalam masalah ini.

Namun mereka berbeda pendapat jika ia masuk Islam di siang hari pada salah satu hari di bulan Ramadhan. Apakah diwajibkan atasnya mengqodho’ hari tersebut? Mengingat jika ia berpuasa di hari tersebut, puasanya tidaklah sah. Sebab ia memulai hari masih dalam kondisi kafir.

Mazhab Pertama: Wajib qodho’.

Mazhab Hanbali berpendapat bahwa ia wajib mengqodho’ puasa pada hari dimana ia masuk Islam.

Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi (w. 620 H) berkata dalam kitabnya, al-Mughni Syarah Mukhtashar al-Khiraqi:(5) 

فَأَمَّا الْيَوْمُ الَّذِي أَسْلَمَ فِيهِ، فَإِنَّهُ يَلْزَمُهُ إمْسَاكُهُ وَيَقْضِيه.

Adapun hari dimana ia masuk Islam, maka wajib atasnya untuk melakukan imsak (berpuasa) setelah masuk Islam dan mengqodho’nya nanti.

Mazhab Kedua: Tidak wajib qodho’.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak wajib bagi orang yang masuk Islam untuk mengqodho’ puasa pada hari dimana ia masuk Islam.

Imam ‘Ala’uddin al-Kasani (w. 587 H) berkata dalam kitabnya, Badai’ ash-Shanai’ fi Tartib asy-Syarai’:(6)  

إذَا أَسْلَمَ فِي يَوْمٍ مِنْ رَمَضَانَ قَبْلَ الزَّوَالِ لَا يَلْزَمُهُ صَوْمُ ذَلِكَ الْيَوْمِ حَتَّى لَا يَلْزَمَهُ قَضَاؤُهُ.

Jika orang kafir masuk Islam pada satu hari di bulan Ramadhan sebelum tergelincirnya matahari, maka tidak wajib atasnya berpuasa pada hari tersebut, dan juga tidak wajib mengqodho’nya.

Imam Ibnu Juzai al-Maliki (w. 741 H) berkata dalam kitabnya, al-Qawanin al-Fiqhiyyah:(7) 

إِن أسلم فِي أثْنَاء يَوْم كف عَن الْأكل فِي بَقِيَّته وقضاه اسْتِحْبَابا.

Jika orang kafir masuk Islam di sebagian hari, maka wajib ia melakukan imsak (berpuasa) di sisa hari tersebut, dan disunnahkan untuk mengqodho’nya.

Imam an-Nawawi (w. 676 H) berkata dalam kitabnya Raudhah ath-Thalibin wa Umdah al-Muftiyyin:(8) 

الْمَجْنُونُ إِذَا أَفَاقَ، وَالْكَافِرُ إِذَا أَسْلَمَ، فَالْمَذْهَبُ: أَنَّهُمَا كَالصَّبِيِّ الْمُفْطِرِ، فَلَا قَضَاءَ عَلَى الْأَصَحِّ.

Orang gila yang sembuh dan orang kafir yang masuk Islam, maka berdasarkan mazhab Syafi’i, hukum keduanya seperti anak kecil yang tidak berpuasa. Maka tidak wajib qodho’ atas mereka menurut pendapat paling shahih.

B. Kafir Murtad

Adapun orang kafir murtad adalah orang kafir yang lahir dalam kondisi muslim, atau sempat beragama Islam, lalu ia murtad keluar dari agama Islam.

Para ulama berbeda pendapat, apakah orang kafir murtad yang akhirnya masuk Islam kembali, tetap diwajibkan mengqodho’ puasa yang ditinggalkannya selama berstatus murtad, atau tidak wajib sebagaimana orang kafir asli?.

Mazhab Pertama: Wajib mengqodho’.

Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa orang kafir murtad yang masuk Islam, wajib mengqodho’ semua puasa Ramadhan yang ia tinggalkan saat murtad.

Hal itu dimaksudkan sebagai hukuman untuknya dan juga karena kekufurannya yang hanya sesaat itu tidaklah menggugurkan kewajibannya kepada Allah. Persis seperti hutang seseorang kepada sesama manusia. Di mana tetap wajib dibayarkan meski seseorang murtad dari Islam.

Imam an-Nawawi (w. 676 H) berkata dalam kitabnya, al-Majmu’ Syarah al-Muhazzab:(9) 

الْمُرْتَدُّ فَهُوَ مُكَلَّفٌ بِهِ فِي حَالِ رِدَّتِهِ وَإِذَا أَسْلَمَ لَزِمَهُ قَضَاؤُهُ بِلَا خِلَافٍ.

Orang murtad tetaplah diwajibkan melakukan ibadah puasa di masa murtadnya. Dan jika ia masuk Islam, wajiblah ia mengqodho’nya, tanpa adanya perbedaan di antara ulama asy-Syafi’iyyah.

Mazhab Kedua: Tidak wajib.

Mayoritas ulama (Hanafi, Maliki, dan satu riwayat Hanbali) berpendapat bahwa orang kafir murtad berstatus sama dengan orang kafir asli, artinya jika ia masuk Islam, tidaklah ia wajib mengqodho’ puasanya. Lantaran pada hakikatnya dia adalah seorang non muslim yang memang tidak wajib melakukan puasa.

Imam ’Ala’uddin al-Mardawi al-Hanbali (w. 885 H) berkata dalam kitabnya, al-Inshoff fi Ma’rifah ar-Rajih min al-Khilaf:(10) 

إذَا أَسْلَمَ الْمُرْتَدُّ، فَهَلْ يَلْزَمُهُ قَضَاءُ مَا تَرَكَهُ مِنْ الْعِبَادَاتِ زَمَنَ الرِّدَّةِ؟ عَلَى رِوَايَتَيْنِ، الْمَذْهَبُ عَدَمُ اللُّزُومِ.

Jika orang murtad masuk Islam, apakah diwajibkan atasnya mengqodho’ setiap ibadah yang ditinggalkan selama masa murtadnya? Diriwayatkan dari Imam Ahmad, dua riwayat. Dan pilihan mazhab adalah tidak wajib.

---------------------------

(1) Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu’ Syarah al-Muhazzab, hlm. 6/252.

(2) Abu Bakar bin Mas’ud al-Kasani, Badai’ ash-Shanai’ fi Tartib asy-Syarai’, hlm. 2/87.

(3) Abdullah bin Ahmad Ibnu Qudamah al-Maqdisi, al-Mughni Syarah Mukhtashar al-Khiroqi, (Kairo: Maktabah al-Qohiroh, 1388 / 1968), hlm. 3/162. 

(4) Ibnu Qudamah al-Maqdisi, al-Mughni Syarah Mukhtashar al-Khiroqi, hlm. 3/162. 

(5) Ibnu Qudamah al-Maqdisi, al-Mughni Syarah Mukhtashar al-Khiroqi, hlm. 3/162.

(6) Abu Bakar bin Mas’ud al-Kasani, Badai’ ash-Shanai’ fi Tartib asy-Syarai’, hlm. 2/87.

(7) Muhammad bin Ahmad Ibnu Juzai al-Kalbi al-Maliki, al-Qawanin al-Fiqhiyah, (t.t: t.pn, t.th), hal. 77.

(8) Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Raudhah ath-Thalibin wa ‘Umdah al-Muftin, (Bairut: al-Maktab al-Islami, 1412/1991), cet. 3, hlm. 1/373. 

(9) Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu’ Syarah al-Muhazzab, hlm. 6/253.

(10) Ali bin Sulaiman ‘Ala’uddin al-Mardawi, al-Inshaf fi Ma’rifah ar-Rajih min al-Khilaf, (Kairo: Hajr, 1415/1995), cet. 1, hlm. 1/391.

Silahkan baca juga artikel kajian islam tentang puasa berikut :

  1. Pengertian Puasa dan Puasa Ramadhan
  2. Sejarah Pensyariatan Puasa
  3. Keutamaan Ibadah Puasa
  4. Jenis-jenis Puasa
  5. Keistimewaan Bulan Ramadhan
  6. Hukum Puasa Bulan Sya'ban
  7. Jika Masih Ada Hutang Qodho’ dan Fidyah Ramadhan
  8. Hukum Puasa Ramadhan
  9. Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Islam
  10. Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Berakal
  11. Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Berumur Baligh
  12. Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Sehat
  13. Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Mampu
  14. Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Muqim Bukan Musafir
  15. Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Suci Dari Haid atau Nifas
  16. Syarat Sah Puasa Ramadhan : Beragama Islam
  17. Syarat Sah Puasa Ramadhan : Berakal
  18. Syarat Sah Puasa Ramadhan : Suci Dari Haid atau Nifas
  19. Syarat Sah Ibadah Puasa : Pada Hari Yang Tidak Diharamkan
  20. Rukun Puasa Ramadhan : Niat
  21. Rukun Puasa Ramadhan : Imsak
  22. Imsak Yang Bukan Puasa

Sumber FB Ustadz : Isnan Ansory MA

31 Maret 2021· 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Syarat Wajib Puasa Ramadhan : Islam". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait