Tujuan Uang
Bagi saya pribadi, uang dicari hanya untuk satu tujuan, yakni agar bisa mendatangkan kebahagiaan hidup. Praktiknya demikian:
1. Kalau uang yang kita punya sudah menjalankan tugasnya untuk mendatangkan kebahagiaan dalam bentuk senyuman dan ketenangan dari diri sendiri dan anak istri, sudah bisa bikin tidur nyaman tanpa kepanasan dan kehujanan, sudah bisa bikin perut tercukupi, sudah bisa bikin tubuh tertutup pakaian yang layak, sudah bisa bikin keluar rumah dengan rasa aman, maka artinya uangnya sudah cukup, tidak perlu lagi bersusah payah demi mendatangkan uang lainnya sebab tujuan uang sudah tercapai.
2. Bila usaha untuk mendatangkan uang tertentu lebih besar dari hasil kebahagiaan yang kira-kira didapat, maka uang itu tidak layak diupayakan sebab ia hanya mendatangkan kerepotan, dan itu bukan kebahagiaan. Banyak pekerjaan yang menghasilkan hasil fantastis tapi juga membutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga yang luar biasa besar hingga kebahagiaan hidup justru tidak maksimal sebab kesehatan menurun, pikiran tertekan, quality time bersama orang-orang terkasih hilang dan seterusnya.
3. Karena mendapat uang tidak mudah, maka bila uang telah dikeluarkan untuk tujuan tertentu, maka harus ada efek bahagianya dalam bentuk rasa syukur bisa menghabiskan uang tersebut. Saya tidak segan menegur istri saya, Dinda Wilda Wahab bila berkata: "Seandainya tidak beli ini, seandainya tidak melakukan ini, maka uangnya masih ada". Penyesalan bukanlah kebahagiaan sehingga bertentangan dengan tujuan dicarinya uang. Memang uang harus digunakan, dipakai, bahkan dihabiskan untuk tujuan apa pun selama tujuan itu halal, membahagiakan dan tidak berkonsekuensi membuat akhir yang tidak bahagia. Jadi, kalau istri sedang susah dan bilang "bulan ini banyak pengeluaran", maka saya bilang "syukuri karena artinya masih ada yang bisa dikeluarkan".
4. Kalau uang sedang tidak ada, bukan berarti jalan untuk bahagia tertutup. Ketika uang tidak ada, biasanya kebutuhan berat juga tidak ada, keluarga sehat semua, kalau pun ada yang sakit biasanya obatnya murah, muncul jalan keluar cerdas untuk mengatasi masalah yang ada, muncul ide-ide baru untuk berhemat yang sebelumnya tidak terpikirkan dan muncul managemen keuangan yang lebih baik. Itu semua adalah alasan yang bagus untuk tetap berbahagia.
5. Kalau uang yang ada hilang atau keluar dengan hasil yang tidak sesuai harapan, maka bagaimana pun kebahagiaan tidak boleh dikorbankan dengan alasan itu. Keluarnya uang dengan cara seperti itu adalah masalah pertama, sedangkan bersedih, menggerutu atau mencari kambing hitam untuk disalah-salahkan adalah masalah kedua yang tidak seharusnya ditambahkan pada masalah pertama tadi. Kalau suatu musibah ditambah musibah lainnya, maka artinya semakin tidak bahagia. Uang dicari untuk menambah kebahagiaan, jadi jangan sampai uang yang hilang menjadi alasan untuk merusak kebahagiaan yang ada. Beli barang ternyata tertipu, ya disyukuri sebab ke depannya jadi waspada pada penipuan; Pesan makanan ternyata gak enak, ya disyukuri sebab jadi tahu bahwa itu tidak enak. Jadikan musibah sebagai alasan untuk menertawakan diri sendiri yang belajar pengalaman baru.Dengan demikian, tidak ada kebahagiaan yang dikorbankan.
6. Uang yang haram selalu mendatangkan ketidakbahagiaan. Demikian juga penggunaan uang untuk hal yang haram juga hanya berujung musibah. Ini adalah penyakit keuangan yang harus dihindari sebab bertentangan dengan tujuan uang.
7. Memakai uang untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga adalah membahagiakan, tapi terkadang melihat orang yang sedang kesulitan menjadi tersenyum lega dan bergembira karena kita bantu masalah keuangannya adalah kebahagiaan yang jauh lebih memuaskan dan menenteramkan hati. Sebab itu, jangan semua uang dinikmati sendiri. Bila ada kelebihannya, sisihkan untuk melihat senyum bahagia orang lain dan kebahagiaan yang besar akan terasa dalam hati.
Ini pendapat dan cara pandang yang saya yakini dapat membuat uang menjadi sumber kebahagiaan.
Orang Paling Tenang Di Dunia
Di sebuah desa kecil, ada seorang pak haji yang hidup dari hasil pertanian miliknya. Bagi sebagian orang, mungkin hidupnya dianggap monoton sebab setiap hari isinya adalah rutinitas yang sama; Pagi shalat subuh, khataman quran, shalat dhuha, pergi ke sawah, pulang istirahat, shalat lagi, khataman lagi lalu istirahat malam.
Meskipun rumahnya sederhana, kendaraannya sederhana, dan semua miliknya sederhana, secara ekonomi dia tergolong cukup dan tidak bergantung ke orang lain. Di rumah sederhananya yang tidak dilirik oleh maling meskipun jarang dikunci, tidak ada tv, radio, apalagi handphone android atau gadget kekinian. Dia tidak banyak mendengar perkembangan dunia, tidak tahu berisiknya medsos, tidak mengenal apa itu Fomo, tidak membahas politik atau apa pun yang biasanya menyibukkan pikiran masyarakat modern, apalagi hal remeh semacam urusan dan aib tetangga. Kalau punya waktu luang, sepertinya di pikirannya hanya ada dua hal yang bisa digunakan untuk mengisinya, yaitu khataman al-qur'an atau ngopi di depan rumahnya yang teduh dan bersih.
Bagi sebagian orang mungkin hidupnya monoton dan membosankan, tapi sepertinya dia salah satu orang paling tenang di dunia.