Hotel Di Masa Sejarah Islam

Hotel Di Masa Sejarah Islam

๐—›๐—ข๐—ง๐—˜๐—Ÿ ๐——๐—œ ๐— ๐—”๐—ฆ๐—” ๐—ฆ๐—˜๐—๐—”๐—ฅ๐—”๐—› ๐—œ๐—ฆ๐—Ÿ๐—”๐— 

 Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Tahukah anda di masa keemasan Islam juga telah dibangun hotel-hotel yang bukan hanya ada di kota-kota besar namun di sepanjang perjalanan yang biasa dilintasi oleh Masyarakat. Sebagaimana hotel hari ini yang menyediakan fasilitas  mulai dari makanan dan pelayanan, demikian pula hotel yang ada saat itu.

Namun tahukah anda perbedaannya ? Satu-satunya perbedaan adalah hotel saat itu gratis karena disediakan oleh negara sebagai bentuk pelayanan kepada rakyatnya.

Hal ini terjadi karena para ulama telah memaknai sebuah ayat dengan sangat unik, yakni firman Allah ta’ala :

ู„َูŠْุณَ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ุฌُู†َุงุญٌ ุงَู†ْ ุชَุฏْุฎُู„ُูˆْุง ุจُูŠُูˆْุชًุง ุบَูŠْุฑَ ู…َุณْูƒُูˆْู†َุฉٍ ูِูŠْู‡َุง ู…َุชَุงุนٌ ู„َّูƒُู…ْ

“Tidak ada dosa atasmu memasuki sebuah rumah yang tidak dihuni (sebagai tempat umum) yang di dalamnya ada kepentingan kamu..” (QS. An Nur : 29)

Sehingga diantara mereka seperti Al imam ath Thabari menjelaskan :

ูู‚ุงู„ ุจุนุถู‡ู… ุนู†ูŠ ุจู‡ุง ุงู„ุฎุงู†ุงุช ูˆุงู„ุจูŠูˆุช ุงู„ู…ุจู†ูŠุฉ ุจุงู„ุทุฑู‚ ... ูˆุฅู†ู…ุง ุจู†ูŠุช ู„ู…ุงุฑุฉ ุงู„ุทุฑูŠู‚ ูˆุงู„ุณุงุจู„ุฉ ู„ูŠุฃูˆูˆุง ุฅู„ุคู‡ุง ูˆูŠุคูˆูˆุง ุฅู„ูŠู‡ุง ุฃู…ุชุนู‡ู…

“Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah hotel-hotel dan rumah penginapan di perjalanan. Yang ia dibangun untuk para pelancong dan musafir lainnya agar mereka bisa menginap dan menyimpan barang-barang bawaannya.”

Maka karena inilah pemerintah dan juga orang-orang kaya membangun hotel-hotel untuk melayani keperluan para musafir dan orang-orang asing, yang mana selain karena sebab ibnu sabil berhak menerima zakat, juga karena lembaga-lembaga keumatan dan khususnya negara wajib menyediakan pelayanan kepada masyarakat yang merupakan hak mereka. 

Negara memandang bahwa keberadaan hotel adalah bagian dari maslahat mursalah yang harus diadakan sebagai bentuk pelaksanaan dari syariat islam.

Maka demikianlah hotel saat itu, dibangun dengan megah dan indah, disediakan berbagai makanan dan fasilitas gratis untuk siapapun yang menyinggahinya. Hotel dan bangunan tempat singgah tersebar di  sepanjang jalur-jalur bisnis yang menghubungkan kota-kota Islam saat itu. Dan yang mendominasi penggunaannya adalah para pedagang dan penuntut ilmu. 

Keberadaan hotel-hotel inilah yang mendorong para penuntut ilmu kala itu untuk keliling negeri tanpa khawatir akan bekal perjalanan mereka. Dan sudah barang tentu juga menjadi sebab lancarnya perdagangan dan bisnis kala itu, karena pedagang tidak perlu lagi repot-repot memikirkan gudang barang jualan mereka.

Hotel-hotel ini bukan hanya dibangun di kota-kota besar, namun juga dibangun di kota-kota kecil, desa dan daerah terpencil. Seorang pelukis asal perancis yang bernama Simon didapati lukisannya berupa sebuah hotel di daerah Asfahan dan ia mengatakan di wilayah tersebut saja ada sekitar 1600 hotel !

Dan disebutkan dalam riwayat bahwa sebagian hotel bahkan disebut dengan julukan Dar ad Dhiyahfa (rumah perjamuan tamu) karena hotelnya lebih mirip tempat makan-makan dari pada penginapan. Orang-orang khususnya dari fakir miskin mendatanginya sekedar untuk mendapatkan jamuan makan yang bukan hanya menunya empat sehat lima sempurna, tapi juga dengan hidangan ala sultan.

Hotel-hotel tersebut juga dimanfaatkan oleh para ulama dan penuntut ilmu untuk bertemu dan berdiskusi dalam perjumpaan mereka di perjalanan, sebagaimana yang dituturkan oleh al imam Ibnu Asakir dalam kitab tarikhnya.

Uniknya sejarah juga mencatat bahwa yang membangun hotel-hotel itu bukan hanya negara dan orang-orang kaya dari kalangan kaum laki-laki saja, namun kaum Muslimah tidak mau ketinggalan turut serta mewaqafkan harta mereka untuk pengadaan hotel-hotel ini. 

Diantara nama wanita yang terkenal turut membangun hotel di masa Islam adalah istri pemimpin agung Shalahuddin al Ayyubi rahimahullah yang bernama Ismatuddin binti Muinuddin rahimahallah. Bahkan ibnu Atsir juga menyebutkan adanya seorang perempuan yang membangun hotel di kota Damaskus dan namanya tidak mau disebut hingga tidak diketahui siapa orangnya.

Ref : Buku seperti di negeri dongeng AST 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Hotel Di Masa Sejarah Islam". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait