Dalil Perasaan Mengalahkan Dalil Shohih?

Dalil Perasaan Mengalahkan Dalil Shohih?

Dalil Perasaan Mengalahkan Dalil Shohih?

Dzauq itu perasaan, tentu perasaan itu tidak akan bisa melawan data, apalagi data itu data hadis shohih, maka sekuat apapun kita terbawa perasaan tetapi bertentangan dengan data fakta ya tentu kita abaikan perasaan itu..

Ketika p*rang uhud Kanjeng Nabi giginya patah, bibir beliau sobek dan pelipisnya terluka, bahkan ada yang mengira bahwa beliau telah gugur, dan fakta ini terekam dalam hadis shohih, tentu sohih itu bukan dusta, apalagi sekelas shohih muslim, dan tentu juga namanya shohih tentu mu'tamad..

Begitu juga dengan Kanjeng Nabi wafat karena efek racun, data itu juga shohih riwayat imam bukhori, dan tentu juga mu'tamad..

Begitu juga dengan kejadian² lainnya semisal di thoif dimana beliau dilempari batu sampai berd*rah² hingga jibril menawari untuk menimpakan gunung untuk masyarakat toif..

____

Aqidah ahlusunnah wal jama'ah itu Kanjeng Nabi adalah manusia, meski tidak seperti manusia lainnya tetapi beliau tetaplah manusia yang memiliki sifat jaiz, beliau bukan Tuhan..

Dan sifat jaiz Nabi adalah memiliki sifat manusiawi, seperti sakit, terluka, gigi patah, pelipis terluka, lapar, mengantuk, tidur, menikah, sedih, bahagia, dilahirkan dan meninggal dunia dan namanya jaiz tentu itu bukanlah hal yang mustahil..

Mu'jizat juga termasuk bagian dari jaiz, mukjizat itu boleh ada, juga boleh tidak ada, tidak selamanya kanjeng Nabi itu dinaungi dengan mukjizat naungan awan, juga tidak setiap hari Nabi bisa membelah bulan, juga tidak setiap hari Nabi bisa mengeluarkan air dari jari jemarinya, dan mukjizat² lainnya yang khowariqul adah juga tidak setiap hari muncul, artinya bukan hal yg pasti ada setiap hari dan bukan mustahil ketika tidak ada..

Jadi tidak bisa agama ini berlandaskan perasaan dan mengalahkan data shohih, tidak bisa kita berperasaan "Nabi itu kan manusia sempurna utusan Tuhan, masak bisa terluka??" 

___

قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ يَا عَائِشَةُ مَا أَزَالُ أَجِدُ أَلَمَ الطَّعَامِ الَّذِي أَكَلْتُ بِخَيْبَرَ فَهَذَا أَوَانُ وَجَدْتُ انْقِطَاعَ أَبْهَرِي مِنْ ذَلِكَ السُّمِّ

Rasululloh berkata di saat beliau sakit menjelang wafat : “Wahai  Aisyah,  saya masih merasakan sakit dari racun yang ada di makanan pada saat di Khaibar. Dan saat ini  saya merasakan dipotongnya urat tali nadiku oleh racun itu. ” (HR. Bukhari)

Wallahu a'lam.. 

___

Salah satu mukjizat Kanjeng Nabi Muhammad ketika per*ng uhud adalah gigi beliau yang tanggal bisa kembali pulih seperti sedia kala dengan cepat, artinya hadis shohih tetap mu'tamad dan sifat manusia tidak seperti manusia atau basyarun laisa kal basyari beliau pun juga tetap terjaga..

Dengan bukti tidak ada riwayat yang menyatakan setelah kejadian uhud kanjeng Nabi tidak memiliki gigi yg tanggal tersebut dan sampai akhir hayat gigi beliau juga masih utuh.. 

baca juga : Rasulullah Wafat Bukan Karena Diracun?

Sumber FB Ustadz : Tsabit Abi Fadhil II

_____

Tidak betul pernyataan seorang ustadz dalam video yang beredar dan viral bahwa dalam akidah dalil yang digunakan ulama' adalah dalil naqli (al-Qur'an dan as-Sunnah), dalil aqli (dalil logika/rasionalitas) dan dalil dzauq (rasa atau intuisi). 

Juga tidak betul pernyataan beliau bahwa hadits shohih boleh kita tolak dengan alasan tidak sesuai dengan dzauq. Bahkan tidak ada ulama' usul manapun yang menyatakan demikian. Ulama' hanya membolehkan menta'wil hadits shohih (ahad yang shohih) ketika zhahirnya tidak sesuai dengan kaidah logika yang salim atau kaidah yang muhkam. 

Dalam akidah, mashdar atau sumber referensi akidah hanyalah al-Qur'an dan as-Sunnah. Adapun manhaj istidlal dalam menguatkan akidah memang ada dalil naqli dan dalil aqli. Tidak ada dalil dzauq sama sekali. Juga tidak ada dalil fitroh. Dalil fitroh digunakan sebagian ulama' untuk menguatkan dalil aqli dan naqli atas wujud Allah, tapi bukan sumber akidah. Semoga dapat dipahami.

Sumber FB Ustadz : Hidayah Nur

_____

Ini bukti bahwa ustadz ini tidak paham ilmu hadis dan tidak paham ilmu akidah.

Dia berkata bahwa dalil akidah salah satunya adalah dzauq. Itu salah, dzauq sama sekali bukan dalil bahkan dalam bab thaharah sekalipun, apalagi dalil dalam hal akidah. Dalil akidah hanya dua, yaitu dalil aqli dan dalil naqli, tidak ada dalil ketiga sebab kalau ditambah, konsekuensinya besar, yakni membid'ahkan orang yang berbeda dalam dalil ketiga itu. Apalagi kalau yang dianggap dalil adalah dzauq alias perasaan. Itu malah ngawur sebab perasaan tidak ada dhabitnya. Akhirnya seperti ini, hadis sahih dianggap dhaif berdasarkan perasaannya sendiri, dikiranya Imam Bukhari, Imam Muslim dan banyak raksasa dalam ilmu hadis tidak punya dzauq yang tajam mungkin.

Contoh-contohnya tentang hukum akal itu juga salah semua. Misalnya ketika mengatakan tidak masuk akal bila orang yang mau membunuh Nabi pedangnya mental, itu pernyataan orang yang tidak paham dasar hukum akal. Justru itu adalah jaiz menurut akal. Dalam hal yang jaiz, semua yang sahih merunut riwayat harus diterima. 

____

Cara membedakan sufi asli dan sufi-sufian itu gampang:

Sufi asli berpedoman pada al-Qur'an, hadis sahih dan kaidah baku para ulama Tasawuf. Gampangnya, dia menjadi sufi dengan ilmu. Ketika dia nyata salah lalu diluruskan dengan ilmu, maka dia akan berterima kasih dan berbahagia.

Sufi-sufian berpedoman pada perasaannya sendiri dan lintasan pikiran yang dia dapat atau halusinasi yang dia lihat/dengar. Dia menganggap hal itu sebagai ilham atau mukasyafah. Ketika nyata salah dan diluruskan dengan ilmu, maka dia akan bilang: "Kamu belum sampai".

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Dalil Perasaan Mengalahkan Dalil Shohih?". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait