Sudah Lama Ada
Perbedaan pendapat dalam Islam telah terjadi sejak masa Nabi ﷺ Para sahabat berbeda pendapat mengenai banyak hal sejak saat Nabi masih hidup sampai ketika Nabi Muhammad telah wafat. Dalam satu riwayat disebutkan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: خَرَجَ رَجُلاَنِ فِي سَفَرٍ فَحَضَرَتِ الصَّلاةُ وَلَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ فَتَيَمَّمَا صَعِيدًا طَيِّبًا فَصَلَّيَا, ثُمَّ وَجَدَا الْمَاءَ فِي الْوَقْتِ. فَأَعَادَ أَحَدُهُمَا الصَّلاَةَ وَالْوُضُوءَ وَلَمْ يُعِدِ الْآخَرُ, ثُمَّ أَتَيَا رَسُولَ اللهِ فَذَكَرَا ذَلِكَ لَهُ, فَقَالَ لِلَّذِي لَمْ يُعِدْ: أَصَبْتَ السُّنَّةَ وَأَجْزَأَتْكَ صَلَاتُكَ. وَقَالَ لِلْآخَرِ: لَكَ اَلْأَجْرُ مَرَّتَيْنِ. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ
Dari Abu Sa’id al-Khudri Ra, ia berkata: Dua orang lelaki keluar dalam satu perjalanan. Tibalah waktu shalat, namun keduanya tidak memiliki air. Mereka pun bertayammum dengan debu yang suci, lalu melaksanakan shalat. Namun kemudian mereka menemukan air saat waktu shalat itu masih ada. Salah seorang dari mereka mengulangi shalat dan wudlunya, sedangkan yang satunya lagi tidak mengulang. Kemudian keduanya menemui Rasulullah ﷺ dan menceritakan hal tersebut. Rasulullah bersabda kepada kepada yang tidak mengulangi shalat: “Kamu telah sesuai dengan sunnah dan shalatmu cukup bagimu.” Dan beliau bersabda kepada yang satunya lagi: “Kamu mendapatkan pahala dua kali.” (HR Abu Dawud dan al-Nasa`i)
Hadis tersebut menunjukkan dua hal. Pertama, para sahabat pun bisa berbeda pendapat dalam mempraktekkan ajaran agama karena perbedaan kondisi dan pemahaman dalam penyikapi satu kondisi tersebut. Kedua Nabi Muhammad bisa menerima perbedaan pendapat tersebut dengan baik.
Dengan landasan di atas sudah selayaknya kita menghormati perbedaan, kita tidak bisa memaksa orang lain. Kita cukup prihatin karena di kalangan ummat Islam terjadi ketidakbesaran jiwa dalam mensikapi perbedaan, sehingga ukhuwah (persaudaraan) menjadi luntur.
Tidak jarang ditemukan karena berbeda pendapat mengenai sesuatu hal padahal bukan hal yang prinsip, lalu tidak mau sholat dalam satu jama’ah bahkan dalam satu mesjid sehingga terpaksa harus mendirikan mesjid baru.
Padahal para shahabat Rasulullah ﷺ maupun para ‘Ulama khususnya pendiri madzhab yang empat telah memberikan suri teladan bagaimana seharusnya kita mensikapi perbedaan pendapat. Mereka tetap saling hormat-menghormati satu sama lain, ukhuwah Islamiyah tetap mereka pelihara meskipun antara mereka terjadi perbedaan pendapat mengenai suatu hal.
Apabila kita tidak mau menghormati orang lain hanya karena perbedaan pendapat, berarti seolah-olah kita lebih hebat dari Allah dan RasulNya karena, sesuai dengan kenyataannya dalam hal-hal tertentu ternyata Allah maupun Rasul-Nya memberikan peluang untuk berbeda pendapat.
Janganlah kita merasa benar sendiri, sementara orang lain salah, padahal para ‘ulama khususnya pendiri madzhab yang nyata-nyata banyak pengikutnya dan banyak yang mengakui kepintarannya tidak pernah merasa benar atau pintar sendiri, mereka tetap menunjukkan rasa tawadhu’ (rendah hati).
Sumber FB Ustadz : Pardi Syahri