Menanggapi Tulisan Prof Mun'im Sirry tentang Ilmu Kalam dan Filsafat

Menanggapi Tulisan Prof Mun'im Sirry tentang Ilmu Kalam dan Filsafat

Menanggapi Tulisan Prof Mun'im Sirry tentang Ilmu Kalam dan Filsafat

Saya ingin menanggapi tulisan Prof Mun'im Sirry tentang ilmu kalam dan filsafat, karena menurut saya ada beberapa kesimpulannya yang perlu diluruskan.

Sebelum saya menulis beberapa kritikan ini, saya sudah berusaha memahami maksud status beliau, jika saya keliru, mohon dikoreksi.

Sebelum menanggapi, saya terlebih dahulu menyimpulkan kesimpulan beliau yang perlu diluruskan.

1. Setelah mengutip perkataan Ibnu Khaldun terkait pencampuran pembahasan Ilmu Kalam dengan Filsafat, Prof mengajukan kesan bahwa Ibnu Khaldun agak kritis terhadap ilmu kalam karena telah memasuki perbincangan yang bukan wilayahnya.

Tanggapan : benar memang bahwa ada pencampuran ilmu kalam dengan filsafat, namun apa dorongan mutakalimin memasukkan filsafat dalam buku kalam? Saya akan membahasnya nanti. Namun kata kata beliau "kerjanya mencampuradukkan" diksi ini kurang bagus, karena alasan mareka adalah mengaktualisai ilmu kalam dengan konteks zaman kala itu.

Kesan Prof terhadap ucapan Ibnu Khaldun tidaklah tepat,  pertama karena Ibnu Khaldun sendiri menulis buku ilmu kalam yang bercorak filsafat yang diberi judul Lubbabul Al-Muhassal ringkasan dari Al-Muhassal karya Imam Ar-Razi, Al-Muhassal adalah kitab kalam yang bercorak filsafat.

Alasan kedua Ibnu Khaldun lahir dari madrasah mutakalimin Mutaakhirin, yang ketuanya di Magrib kala itu Ibnu Zaitun, Ibnu Khaldun sendiri menceritakan dalam buku Rihlah Ibnu Khaldun "bahwa ilmu Aqliyat di afrika sangatlah lemah, mareka hanya fokus pada fikih, kemudian Ibnu Zaitun rihlah ke Masyriq, belajar dengan murid Imam Ar-Razi, kemudian kembali ke tunisia dengan ilmu yang sangat banyak". Ibnu khaldun belajar ilmu kalam yang bercorak filsafat dengan Ibnu Abdissalam yang beliau ini penerus Ibnu Zaitun.

2. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ilmu kalam Mutaakhirin berbeda dengan mutaqadimim dari sisi pendalilan, mutaakhirin menjadikan mantiq sebagai timbangan beragumenan.

Tanggapan : secara jumlah ini kurang tepat, Mabahis nazar yang mutaqadimin sepakat memulai membahas ilmu kalam dengannya jika ditelusuri secara mendalam maka kesimpulan pembahasan nazar sama dengan isi ilmu mantiq, silahkan baca muqaddimah Al-Irsyad Imam Haramain.

Dan penisbatan Ibnu khaldun bahwa Al-Baqilani berpendapat "jika dalil batal maka madlul juga ikut batal" sudah dilacak pendapat ini dalam kitab-kitab Baqilani, tidak ditemukan, malah yang ditemukan sebaliknya yakni Butlanu Dalil La Yastalzim Butlanal Madlul.

3. Kesimpulan beliau bahwa : sementara filsafat bertujuan mencari kebenaran, kalam bermaksud mencari pembenaran.

Tanggapan : saya tidak menemukan redaksi ibnu khaldun bahwa filsafat mencari kebenaran, sudah berulang kali saya membaca.

Malah Ibnu Khaldun menyampaikan : وهو عندهم علم شريف يزعمون أنه يوقفهم  على معرفة الوجود على ما هو عليه

Ilmu Al-Ilahiyat menurut mareka ilmu yang mulia, mareka mengklaim bahwa ilmu tersebut dapat menghantarkan mareka untuk mengetahui wujud dengan semestinya.

Perhatikan, ibnu khaldun memakai diksi Yaz'amun, tidak ada penegasan pandangan pribadi Ibnu Khaldun, ia hanya menghikayat pandangan filsuf. Kemudian Ibnu Khaldun melanjutkan : وسيأتي الرد عليهم

Setelah ini saya akan mengkritisi mareka filsuf.

Perkataan ini jelas bahwa Ibnu khaldun tidak setuju dengan dakwaan mareka filsuf bahwa filsafat adalah jalan menemukan kebenaran. Ibnu Khaldun menganggap bahwa ranah akal sangatlah sempit, tidak ada bandingannya antara akal dengan syariat.

Ibnu Khaldun mengkritisi filsafat memakai metode ilmu kalam, yang dilakukan oleh Ibnu Khaldun tidak lebih dari mengfungsikan ilmu kalam itu sendiri.

Bagaimana mungkin ibnu khaldun tidak tertarik dengan ilmu kalam yang kemudian memakai nya untuk membantah filsafat ketuhanan. Bagaimana Filsafat Ilahi beliau anggap jalan menuju kebenaran yang beliau kritisi abis abisan ?

Mohon terangkan jika saya keliru prof.

Kesimpulan beliau bahwa ilmu kalam bermaksud mencari pembenaran tidak lah tepat, karena beberapa alasan, antara nya : Ibnu Khaldun menegaskan bahwa ilmu kalam bersumber dari syariat. Pembuktian dengan argumen kalam itu bukan untuk mencari kebenaran, kenapa? Karena aqidah yang disampaikan oleh syariat sudah benar, tugas aqal adalah membantu. Lihat ungkapan Ibnu Khaldun:

وما تحدث فيه المتكلمون من إقامة الحجج فليس بحثا عن الحق فيها

Artinya : apa yang dilakukan oleh mutakalim dengan menghadirkan argumen bukanlah mencari kebenaran melalui argumen tersebut.

Kalam ini tidak merendahkan ilmu kalam, karena aqidah adalah apa yang disampaikan oleh syariat? Dan benar, tugas kalam adalah penguatan, maka Ibnu Khaldun melanjutkan :

بل انما هو التماس حجة عقلية تعضد عقائد الإيمان ومذاهب السلف فيها وتدفع شبه اهل البدع عنها

Artinya : ilmu kalam hadir untuk mengambil dukungan argumen akal dalam membantu aqidah, mazhab salaf, dan menolak syubhat ahli bid'ah dalam aqidah.

Semua mutakalim mengakui tugas ilmu kalam hanya sebatas itu. Mutakalimin melakukan pendalilan akal karena bagi mareka tidak ada pertentangan antara akal dengan akidah, akal menjadi mitra untuk akidah, seolah olah mareka mutakalim ingin mengakatan " aqidah islam itu benar, silahkan kalian seleksi dengan argumen akal pasti kesimpulannya tetap sama kok".

Maka ilmu kalam hadir bukanlah untuk mencari pembenaran melalui dalil akal akan tetapi mencari penambahan, penguatan dari argumen akal.

Hanya ini dulu, walaupun masih ada beberapa kesimpulan beliau yang keliru, insyaAllah jika saya mood akan saya lanjutkan.

Sumber FB Ustadz : Muhammad Zulfa

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Menanggapi Tulisan Prof Mun'im Sirry tentang Ilmu Kalam dan Filsafat". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait