Menanggapi Ajakan Anti Madzhab

Syaikh Muhammad Zahid al Kautsari Menanggapi Ajakan Anti Madzhab
Syaikh Muhammad Zahid al Kautsari (Ulama Besar Era Turki Utsmani) - Menanggapi Ajakan Anti Madzhab 

~

فمذاهب تكون بهذا التأسيس وهذا التدعيم إذا لقيت في آخر الزمن متزعما في الشرع يدعو إلى نبذ التمذهب باجتهاد جديد يقيمه مقامها، محاولا تدعيم إمامته باللامذهبية بدون أصل يبني عليه غير شهوة الظهور، تبقى تلك المذاهب وتابعوها في حيرة بماذا يحق أن يلقب من عنده مثل هذه الهواجس والوساوس، أهو مجنون مكشوف الأمر، غلط من لم يقده إلى مستشفى المجاذيب، أم مذبذب بين الفريقين يختلف أهل العقول في عدِّه من عقلاء المجانين، أو مجانين العقلاء؟!. 

Maka terbentuknya sebuah Mazhab (fiqih) yang menjadi dasar dan dukungan yang menopang Madzhab-madzhab besar hingga dapat bertahan hingga sekarang. Lalu bagaimana bisa pada akhir zaman seperti sekarang muncul sekelompok orang yang mengajak manusia untuk meninggalkan Mazhab mazhab tersebut, lalu mengadakan ijtihad-ijtihad baru yang katanya sesuai dengan masa kini Mencoba menciptakan Mazhab baru yaitu "Mazhab tanpa Mazhab" dimana di dalamnya tidak ada landasan dan pijakan metodologi yang jelas, melainkan hanya kesimpulan-kesimpulan hukum yang dibuat untuk menyesuaikan dengan hawa nafsu mereka sendiri.


Maka ketahuilah bahwa Mazhab tanpa Mazhab tersebut beserta pengikutnya akan selamanya berada dalam kekacauan berfikir. Perkataan-perkataan semacam itu lebih layak disebut dengan igauan atau racauan belaka. Apakah mereka sedang menebarkan sebuah pemikiran gila? Atau mereka sedang terayun ayun tidak tentu arah dalam kelompok yang bertentangan dengan akal sehat, mereka menyatakan diri mereka ada dalam salah satu dua kelompok, orang-orang gila yang berakal atau orang² berakal yang gila. 

بدأنا منذ مدة نسمع مثل هذه النعرة من أناس في حاجة شديدة على ما أرى إلى الكشف عن عقولهم بمعرفة الطبيب الشرعي.

قبل الالتفات إلى مزاعمهم في الاجتهاد الشرعي القاضي - في زعمهم - على اجتهادات المجتهدين، فعلى تقدير ثبوت أن عندهم بعض عقل، فلا بد أن يكونوا من صنائع أعداء هذا الدين الحنيف، ممن لهم غاية ملعونة إلى تشتيت اتجاه الأمة الإسلامية في شؤون دينهم ودنياهم، تشتيتا يؤدي بهم إلى التناحر والتنابذ والتشاحن والتنابز يوما بعد يوم، بعد إخاء مديد استمر بينهم منذ بزغت شمس الإسلام إلى اليوم. 

Ketika kami mendengar keangkuhan yang

merendahkan Mazhab semacam itu di kalangan sebagian orang, kami merasa pihak tersebut harus memeriksa kewarasan akal mereka terlebih dahulu, sebelum masuk dalam arena yang mereka sebut sebagai ijtihad baru tersebut. Jika memang mereka itu waras, maka sungguh apa yang mereka lakukan itu adalah upaya mencerai-beraikan umat Islam dalam perkara agama dan dunia mereka. Apa yang mereka lakukan itu telah memantik api perpecahan dan permusuhan di tengah umat Islam, merusak ikatan persatuan yang telah terbangun semenjak awal mula matahari Islam terbit di ufuk dunia.

فالمسلم الرزين لا ينخدع بمثل هذه الدعوة، فإذا سمع نعرة الدعوة إلى الانفضاض من حول أئمة الدين الذين حرسوا أصول الدين الإسلامي وفروعه من عهد التابعين إلى اليوم، كما توارثوه من النبي - صلى الله عليه وسلم - وأصحابه - رضي الله عنهم أجمعين - أو طرق سمعه نعيق النَّيْل من مذاهب أهل الحق، فلا بد له من تحقيق مصدر هذه النعرة واكتشاف وكر هذه الفتنة، وهذه النعرة لا يصح أن تكون من مسلم صميم درس العلوم الإسلامية حق الدراسة، بل إنما تكون من متمسلم مندس بين علماء المسلمين أخذ بعض رؤوس مسائل من علوم الإسلام بقدر ما يظن أنها تؤهله لخدمة صنائعه ومرشحيه، فإذا دقق ذلك المسلم الرزين النظرَ في مصدر تلك النعرة بنوره الذي يسعى بين يديه، يجده شخصا لا يشارك المسلمين في آلامهم وآمالهم إلا في الظاهر، بل يزامل ويصادق إناسا لا يتخذهم المسلمون بطانة، ويلفيه يجاهر بالعداء لكل قديم وعتيق إلا العتيق المجلوب من مغرب شمس الفضيلة، ويراه يعتقد أن رطانته تؤهله - عند أسياده - لعمل كل ما يعمل، فعندما يطلع ذلك المسلم على جلية الأمر يعرف كيف يخلص نيئة الإسلام من شرور هذا النعيق المنكر بإيقاف أهل الشأن على حقائق الأمور، والحق يعلو ولا يعلى عليه. 

Seorang muslim yang tenang tidak akan tertipu dengan ajakan-ajakan untuk tidak bermazhab. Seandainya ia mendengar keangkuhan dari orang-orang yang tanpa Mazhab tersebut, yang mencoba merusak tatanan yang telah dibentuk oleh para Imam dalam perkara agama dan cabang² nya, sejak zaman tabi'in sampai saat ini, sebagaimana yang diwarisi oleh nabi Muhammad dan para sahabatnya, maka dakwah² dan ajakan (anti madzhab) tersebut harus diluruskan dan dibongkar kedoknya. 

Seorang muslim yang mempelajari agama Islam dengan tahapan dan metode yang benar tidak akan mudah mengikuti ajakan-ajakan sombong

agar tidak bermazhab tersebut. Pikiran semacam itu pasti muncul dari orang² yang menyusup di antara para ulama, yang belajar sepotong-potong ilmu lalu merasa bahwa ia sudah menjadi Ahli di dalamnya, untuk memposisikan dirinya sebagai ahli dan master di dalam ilmu tersebut. 

Jika kita memeriksa lebih jauh apa yang menjadi dasar berpikir mereka, kita akan temukan bahwa mereka adalah orang² yang tidak ingin menyatu bersama kaum muslimin dalam suka maupun duka kecuali hanya dzohirnya saja yang seperti itu, bahkan mereka justru cenderung lebih dekat dengan orang² yang tidak bersahabat dengan umat Islam. Kita akan dapati bahwa orang² yang menyebarkan pemahaman semacam itu justru adalah orang² yang menampakkan api permusuhan terhadap umat Islam dan ulama-ulama pendahulu sebelumnya. 

Mereka bahkan merasa sebagai orang² yang paling Ahli dalam ilmu ini sehingga bebas untuk melakukan apapun yang menurut mereka benar. Jika kita memahami hakikat keadaan semacam ini, sungguh cara untuk melawan pemikiran angkuh mereka itu adalah dengan menyerahkan suatu perkara kepada Ahlinya. Karena pada hakikatnya kebenaran itu pasti unggul dan tidak mungkin diungguli oleh yang lain. 

فإذا تم لدعاة النعرة الحديثة في قصر الاجتهاد على شخص واحد من أبناء العهد الحديث – بمؤهلات غير معروفة – وتمكنوا من إبادة المذاهب المدونة في الإسلام لهؤلاء الأئمة الأعلام ، ومن حمل الجماهير على الانصياع لآراء ذلك الشخص يتم لهم ما يريدون . 

لكن الذي يتغنى بحرية الرأي على الإطلاق بكل وسيلة كيف يستقيم له منح الطامحين من أبناء الزمن مثله إلى الاجتهاد من الاجتهاد ، أم كيف يجيز إملاء ما يريد أن يمليه من الآراء على الجماهير مرغمين فاقدي الحرية ، أم كيف يبيح داعي الحرية المطلقة حرما الجماهير المساكين المقلدين حرية تخير مجتهد يتابعونه باعتبار تعويلهم عليه في دينه وعلمه في عهد النور!!؟ . ولم يسبق لهذا الحجر مثيل في عهد الظلمات !!! وهذا مما لا أستطيع الجواب عنه . 

Sungguh amat jelas bahwa perkataan sombong sebagian kalangan pada zaman ini, yang mencoba merendahkan Mazhab-mazhab yang sudah ada, lalu membatasi ijtihad pada satu orang Ulama yang mereka anggap pemilik kebenaran tunggal, padahal kepakaran dan kefaqihan mereka itu belum diakui sebagaimana para imam Mazhab. Mereka bertujuan untuk memberangus semua Mazhab yang telah terbentuk dan tertulis dalam Islam, kemudian membelokkan umat Islam agar hanya mengikuti pendapat satu orang Ulama yang dikatakan sebagai satu-satunya representasi dari ajaran Islam yang mereka yang murni. 

Bahkan terkadang pengusung (anti madzhab) itu menyatakan kebebasan berpendapat secara mutlak, ijtihad dapat dilakukan hanya dengan sarana dan kemampuan berpikir yang terbatas? Kemudian di sisi lain justru memaksakan ijtihad mereka kepada seluruh umat Islam? Bukankah ini dua hal yang bertentangan? Mereka mengatakan tidak perlu bermazhab artinya mereka sedang menyuarakan kebebasan berpendapat, tetapi kenyataannya justru mereka amat sangat memaksakan pendapat mereka seolah olah merupakan satu-satunya kebenaran, hal ini justru menafikan prinsip kebebasan berpendapat yang mereka usung pada awalnya. Mereka malah mengatakan bertaqlid pada satu Mazhab itu haram, padahal para Imam Mazhab itu diikuti karena faktor ketinggian ilmu dan agama mereka. Sungguh kerancuan berfikir mereka adalah sesuatu yang tidak sanggup dimengerti.

📕Al Laa Madzhabiyyah Qontoroh al Laa Diniyyah. Halaman 6 - 10, Cet. Maktabah al Azhariyah lit Turots 

○○○ 

Sumber FB : Adam Mostafa EL Prembuny

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul " Menanggapi Ajakan Anti Madzhab". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait