Kapan Suatu Sunnah Berubah Jadi Bid'ah?

Kapan Suatu Sunnah Berubah Jadi Bid'ah?

Kapan Suatu Sunnah Berubah Jadi Bid'ah?

Misalnya ada pendakwah yang ingin mengajak masyarakat awam untuk mengaji. Setiap hari dia membujuk dan mempromosikan agar di daerah tersebut hidup tradisi mengaji. Akhirnya dia mempopulerkan istilah Ngapag, singkatan "ngaji pagi" yang atas kesepakatan masyarakat diselenggarakan setiap minggu pagi. Isinya hanya khataman ngaji al-Qur'an bareng-bareng, dilanjutkan dzikir pagi lalu ditutup doa. Ternyata program ngapag ini sukses, banyak yang datang setiap minggu pagi, dan akhirnya ada yang berinisiatif memberi sarapan gratis kepada hadirin agar lebih lengkap ada pahala berbagi makanan juga. 

Kalau kita tanya pada kawan-kawan Wahabi-Taimiy, apakah ngapag itu bid'ah? Pasti orangnya bingung menjawab secara konsisten. Opsi-opsi jawabannya kira-kira seperti ini:

1. Ngapag itu istilah bid'ah dan tidak ada di zaman salaf sehingga semua berdosa. 

Tapi nanti dia akan bingung ketika disuruh menentukan kapan sunnah mengaji berubah menjadi bid'ah? apakah sewaktu pendakwah mengajak masyarakat mengaji rutin? apakah ketika ngajinya bareng-bareng tidak sendirian? apakah sewaktu acara ngajinya dinamai ngapag? apakah sewaktu masyarakat sepakat bahwa ngapag dilakukan setiap hari ahad? apakah ketika mengaji al-Qur'an ditambah dengan zikir dan doa? apakah ketika ada sarapan gratisnya? Dia tidak akan bisa menjawabnya dengan dalil. Kalau pun ada jawaban, maka tidak akan ada dalil yang menjelaskan jawaban kapan perubahan status dari sunnah menjadi bid'ah tersebut.

2. Ngapaq adalah sunnah sebab isinya semuanya sunnah. Ada pun istilah ngapag hanya sekedar istilah yang tidak mengubah substansi hukum taklifinya.

Jawaban ini benar, tapi kawan Wahabi-Taymiy akan bingung juga sebab tahlilan dan maulidan juga sama seperti ini. Isinya adalah semua hal yang memang sunah, tapi hanya istilah acaranya yang baru. Kalau dia bersikukuh bahwa antara ngapag dan kedua hal ini berbeda, maka dia tidak akan konsisten dan cenderung mengada-ada. 

3. Ngapag itu haram sebab tasyabbuh dengan kristen yang mengkhususkan hari minggu sebagai hari ritual. 

Kalau jawabannya ini, maka dia tidak akan mampu menjawab secara konsisten ketika harinya dipindah. Misal dipindah ke sabtu, apakah lantas tasyabbuh dengan Yahudi? Kalau semua haram dengan alasan tasyabbuh, apakah pernah Rasul atau sahabat melarang kegiatan ibadah pada hari sabtu dan minggu? Sampai sini tidak akan ada jawaban yang berdalil.

4. Ngapag boleh selama tidak diyakini sebagai syariat.

Jawaban diplomatis ini benar, tapi masalahnya tahlilan juga sama harus diperbolehkan selama tidak diyakini sebagai syariat dan memang faktanya itu bukan syariat tapi tradisi semata. Sampai poin ini pasti muncul inkonsistensinya.

Begitulah ketika memakai kaidah bid'ah ala kawan-kawan Wahabi-Taimiy, penentuan kapan suatu sunnah berubah menjadi bid'ah tidak akan ada kejelasannya sebab kaidah mereka memang tidak jelas.

Adapun bila memakai kaidah Ahlussunnah Wal Jama'ah (fikih empat mazhab), maka jawabannya mudah. Sebuah sunnah sampai kiamat tetaplah menjadi sunnah, tidak akan berubah menjadi bid'ah kecuali dicampur dengan unsur yang bertentangan dengan syariat. Ada pun acara yang disebut ngapag tadi, tidak ada unsur pertetangannya dengan syariat sehingga tetap sunnah meskipun istilahnya baru. Ini sama kasusnya dengan tahlilan atau acara mauludan yang bersih dari unsur-unsur haram. Sesuatu disebut bid'ah bukan ketika istilahnya tidak ada di zaman salaf, tapi ketika ada aturan syariat yang dilanggar, semisal syariah mengharuskan shalat jumat di hari jumat malah dipindah ke sabtu; syariat menentukan tahajjud saat bangun tidur di malam hari malah bikin shalat tahajjud setelah tidur siang, dan sebagainya yang bukan hanya mengada-ada tapi juga bertentangan dengan aturan baku.

Semoga bermanfaat

------

Note: Ngapag hanya istilah buatan untuk kepentingan contoh tulisan ini. 

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad 

Beberapa komentar

Penanya : Sholawatan yg berubah jadi konser 😁

Penanya : Gus untuk mendefinisikan dan mendeskripsikan "bid'ah idhofiyah" yang simpel gmn njeh enaknya?

AWA : M A'an Wahid Masyhuri itu hanya istilahnya asy-Syathibi. Tidak perlu dipakai sebab tidak berdasar. Maksudnya hanya bid'ah tempelan atau sesuatu yang sebetulnya bukan bid'ah tapi disebut bid'ah karena ditempelkan ke hal lain. dalam prakteknya, akan inkonsisten sebab misal baca shalawat ditempelkan pada shalat tidak akan jadi bid'ah meskipun rutin (istiqamah) setiap habis shalat baca shalawat. 

Penanya : D PP Persis d Viaduct Bandung biasa diselenggarakan Jihad (ngaJi aHad) tiap Ahad pagi. 

AWA : Hendi Nugraha sama seperti contoh ini 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Kapan Suatu Sunnah Berubah Jadi Bid'ah?". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait