Iman Anda Level Apa?
1. Kalau anda beriman semata karena percaya dogma, maka keimanan anda selevel dengan Abu Jahal atau Abu Lahab. Kalau misalnya anda meyakini Allah sebagai tuhan semesta atau Nabi Muhammad sebagai Nabi atau al-Qur'an sebagai firman Allah hanya semata dari dogma agama Islam, maka level anda tidak ada bedanya dengan Abu Jahal atau Abu Lahab. Bedanya cuma di urusan teknis di mana anda kebetulan muslim karena percaya Allah sedangkan kedua orang ini kafir karena percaya pada berhala. Tapi anda dan keduanya sama persis dalam hal menelan dogma bulat-bulat alias taklid tanpa berpikir sama sekali.
Manusia di level ini hanya beriman berdasarkan ikut orang tua, leluhur dan lingkungan sekitar. Kalau ditanya landasan keimanannya, maka jawabannya hanya mengikuti tradisi leluhur. Kalau ditanya lebih mendalam, ia akan menjawab bahwa imannya adalah urusan personal yang tidak bisa diperdebatkan sebab memang dia kosong dari pengetahuan apa pun yang bisa dijadikan dalil. Baginya, iman hanya sekedar kepercayaan pribadi yang murni subyektif. Dengan kata lain, iman hanyalah soal pengalaman pribadi, bukan hal yang bisa didialogkan dan diuji secara ilmiah. Level inilah yang dihuni kebanyakan orang beriman di barat saat ini dan mulai ditanamkan ke orang-orang islam awam di seluruh dunia hingga grade keimanan mereka sangat rendah tidak ada bedanya dengan penyembah berhala.
2. Kalau anda beriman karena punya alasan sederhana untuk mempercayai islam sebagai satu-satunya agama yang benar, tidak sekedar percaya dogma belaka tanpa tahu apa alasannya, maka level anda adalah level muslim standar yang beriman karena sadar bahwa iman islam anda adalah memang hal yang benar.
Manusia di level ini ketika ditanya misalnya kenapa anda percaya bahwa Tuhan itu ada, dia punya jawaban sederhana seperti misalnya: "ya masak alam gak ada yang buat, yang bener aja". Ketika anda ditanya kenapa percaya bahwa Nabi Muhammad adalah seorang nabi asli bukan pembohong yang mengaku-ngaku, maka anda bisa menjawab semisal: "sebab kenabiannya terbukti dengan mukjizat yang tidak mungkin ditiru". Ketika ditanya tentang sifat Tuhan, juga punya argumen sederhana semisal: "Tuhan pasti maha kuasa sebab kalau tidak, maka mana mungkin menciptakan semesta yang begitu hebat ini?", dan seterusnya.
Meski demikian, orang di level ini tidak mampu menjelaskan secara runtut dan akademis ketika argumen tadi dikejar terus dan dituntut membuktikan kebenarannya dalam dialog lintas iman. Ia hanya mampu merangkai kalimat sederhana, bukan hujjah akademis yang sistematis. Ini tipikal muslim awam yang punya kesadaran keimanan meskipun minimalis. Keimanan dengan hujjah minimalis ini sudah cukup sebagai modal selamat di akhirat sebab memang tidak semua orang dapat dituntut menjadi ahli.
3. Kalau anda beriman karena punya alasan yang kokoh dan hujjah yang mantap yang bisa anda sampaikan secara akademis dan sistematis, serta anda dapat membuktikan apa yang anda yakini dengan argumen dan dalil yang kokoh, maka anda ada di level para ahli ilmu.
Level ini dihuni oleh para mutakallimin (ahli kalam/sarjana teologi). Inilah ketrampilan yang diajarkan dalam ilmu kalam yang bukunya berjilid-jilid tebal dan rumit itu. Di level ini, agama bukan sekedar keyakinan subjektif tapi kebenaran objektif yang siap dipertanggungjawabkan dan dipertahankan di depan siapa pun yang mencari kebenaran. Agama bukan lagi ranah privat atau pengalaman personal tapi sebuah kesimpulan ilmiah yang berani diujikan pada siapa pun yang menentang. Ini level elite yang tidak banyak dicapai masyarakat.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad