Fenomena Begundal Agama

FENOMENA : BEGUNDAL AGAMA

FENOMENA : BEGUNDAL AGAMA 

Begundal, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kaki tangan penjahat dan sebagainya. Begundal agama, bisa diistilahkan orang atau sekelompok orang penjahat,atas nama agama dan identitas agama, yg ingin mengeruk kekayaan, kekuasaan, popularitas dan status sosial bahkan wanita, demi kepentingan pribadi atau kelompok mereka saja.

Seorang petualang ternama Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji bin Batutah atau Ibnu Batutah rahimahullah (wafat 1369 M usia 65 tahun di Maroko), hingga berkata : “Indonesia adalah surga dunia”.

Dalam lirik lagunya Koes Plus band ternama di masanya dan hingga kini masih selalu dikenang, menyanyikan “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”.

Maka, jangan heran jika banyak penjahat yg ingin menguasai Indonesia dengan berbagai cara modus, vivendus dan operandus. Bahkan, kedok pun dilakukan oleh para penjahat tersebut, untuk mengeruk sebanyak²nya kepentingannya di Indonesia, bila perlu sampai menguasai umat beragama, berbagai cara mereka lakukan hingga yg paling nista yaitu dengan kedok agama, untuk membodohi rakyat Indonesia yg terkenal taat beragama. 

Jargon² keagamaanpun digembar-gemborkan, mulai dari kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits, aksi bela agama, aksi bela kalimat tauhid, dongeng, khurafat, konsep mahabbah dan lainnya, yg semuanya hanyalah kedok mereka untuk bisa mengambil hati umat Islam. Umat digiring untuk mengikuti pola pokir mereka, rakyat ditanamkan kebencian kepada pemimpin dan ulama yg bukan golongannya, seolah mereka ingin menjadikan umat Islam Indonesia, budak keserakahan mereka.

Kejahatan terbesar dalam sejarah manusia adalah kejahatan yg bertopeng agama. Kenapa ? Mereka yg melakukan tindakan tidak sedikitpun merasa malu dan salah, apalagi menyesal dengan tindakan yg mereka lakukan. Bahkan mereka merasa bangga dengan tindakan mereka.

Sejarah membuktikan agama kerap menjadi alat dan topeng kepentingan politik di semua agama di dunia ini. Kejahatan terbesar dari tragedi kemanusiaan lahir dari bencana yang mengatasnamakan agama. Bukan agama itu sendiri yang mengajarkan tragedi, tetapi kerap kali umat beragama menafsirkan sempit atau sengaja menjadikan agama sebagai alat pembenaran.

Kejahatan yg mengatasnamakan agama, bukan hanya merusak tatanan sosial suatu bangsa, tetapi secara nyata merusak mental dan ideologi yg membenarkan tindakan kekerasan atas nama agama.

Memang posisi agama dan kejahatan, dapat berada dalam kondisi dualitas. Meskipun agama berkaitan dengan spiritualitas, tidak selalu berhubungan positif dengan tindakan manusia. Banyak faktor lain yg saling bertautan, yg menyebabkan seseorang melakukan kejahatan atas nama agama.

Di antara tindak kejahatan yg tergolong kriminal, tetapi diremehkan melansir dari https://irtaqi.net, di zaman sekarang adalah fatwa² yg terbit dari para juhala’. Mereka tidak bisa bahasa Arab, tidak kenal kitab² fikih, tidak terbiasa dengan dalil, istidlal dan wajhul istidlal, tetapi dengan penuh “keberanian” berfatwa dan menjelma menjadi mufti² dadakan. Kadang ada yg sedikit bisa bahasa Arab di kalangan mereka, tetapi masih belum pernah mengenal pelik² fikih, ushul fikih, mana perkara ikhtilaf, mana perkara ijmak, mana perkara qoth’i, mana perkara zhonni, mana perkara yg harus disikapi dengan keras, mana perkara yg harus disikapi dengan lapang dada, dan tidak pernah belajar adab berfatwa. 

Kendati demikian, dengan mudah lisan mereka mengharamkan atau menghalalkan sesuatu. Ringan juga lisan mereka mencela dan mencaci ulama yg belasan atau puluhan tahun bergelut dengan kitab dan ilmu, seolah² mereka adalah mujtahid muthlaq sementara ulama yg dikritiknya bagaikan anak TK yang tidak paham apapun tentang agama. Merekalah sesungguhnya mufti² ruwaibidhoh, mufti² penyeret ke neraka, mufti² palsu, mufti² berbahaya, mufti² yg harus dijauhi, dan para penjahat agama.

Begundal agama, terus ada dalam ruang sejarah, yg masih lantang menyuarakan kecacatan logika beragama. Merasa bisa besar dan populer, karena potensialitas dari para pengikut yg tidak begitu paham agama. Menyisipkan ideologi konservatif, disertai kisah yg mengada². Menjawab semua kegelisahan dengan ngawur, tanpa rujukan ulama dan landasan kitab yg jelas. Semua ditipu, tapi tidak sadar dan malah merasa dinasihati. Sikap fanatik atau taklim buta, yg menjadikan begundal agama bebas ngoceh semaunya.

Agama, dinista para begundal yg mengeklaim diri sebagai ulama. Menyertakan identitas ustadz di namanya. Tidak ada standardisasi kualitas kelayakan sebagai ustadz, selain keberanian mengakui diri sebagai ustadz, meski masih amatir membaca kitab. Akhirnya, dakwahnya bersifat manipulatif, agama dijadikan instrumen menggiurkan, untuk mewujudkan mimpi menjadi artis agama dan diidolai banyak kaum hawa.

Harusnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin kritis terhadap perbedaan dan kesalahan yg tidak relevan dengan akhlak agama. Bukan hanya sendiko dawuh saja pada ulama² palsu. Kalau ditipu untuk diri sendiri tidak masalah. Ini ditipu untuk diajak menghina agama, malah dihukumi fardhu kifayah bahkan diancam dengan neraka.

Masih banyak penjelasan² faktual yg menistakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam secara halus, dengan pendekatan kemaksiatan, seperti pelegalan kebencian dan caci maki, membinatangkan dan mengibliskan manusia, ajakan anarkisme jihad atau peperangan, hingga konsep kuwalat dan kutukan atas nama Allah subhanahu wa ta'ala dan Nabi-Nya. Sungguh salah kaprah yg bisa meruntuhkan Agama. 

Lagi dan lagi. Begundal kelamin berjubah agama terus bermunculan. Demi motif apapun, narasi dan simbol relijius akan tetap mudah menghipnotis orang, dengan bujuk rayu atas nama agama.

Orang² seperti ini harus dijauhi dan ditindak keras. Mereka adalah “penjahat” dalam dien. Tindakan mereka, tentu jauh lebih buruk daripada seorang pencuri. Seorang pencuri pun, maksimal yg dirugikan adalah harta duniawi orang lain. Tapi, orang bodoh yg memberi fatwa, jika dia diikuti dan dita'ati kejahatannya, sangat mengerikan, karena bisa menyeret orang yg minta fatwa kepadanya ke neraka.

Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi Asy-Syafi'i Al-Asy'ari Ad-Dimasyqi atau Imam Nawawi rahimahullah (wafat 1277 M di Nawa Suriah) mengatakan :

قال ربيعة: “ولبعض من يفتي ههنا أحق بالسجن من السراق (أدب المفتي والمستفتي (ص: 85)

“Robi’ah (Rabi'ah bin Abu Abdurrahman Farrukh At-Taimi Al-Madani rahimahullah wafat 753 M di Kota Hasyimiyah Irak) berkata : ‘Sungguh, sebagian orang yg berfatwa di sini lebih pantas dipenjara, daripada para pencuri !” (Kitab Adabul Mufti Wal Mustafti, halaman 85)

Untuk itu, umat agar tidak mudah percaya terhadap mereka yang gemar mengenakan jubah ala² seorang ulama dan cendekiawan muslim. Manusia tetaplah manusia, dengan segala isi hatinya yg tidak terbaca.

Banyak jalan untuk belajar agama. Beruntung bagi yg diketemukan oleh yg benar² ulama, nelangsa bagi mereka yg diketemukan oleh para begundal agama.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

"Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah seluruh duniaku yg menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah akhiratku yg menjadi tempat kembaliku ! Jadikanlah ya Allah, kehidupan ini mempunyai nilai tambah melindungi dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku, sebagai kebebasanku dari segala kejahatan !"

Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat !

From various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jamaah Sarinyala Kabupaten Gresik 

#sarinyala #ngajirutin #penjahat #sufi #majelisilmu #nu #santrinjoso #tebuireng #aswaja #fiqih #ngajionline #live #santri #ayongaji #pbnu #lembagadakwahnu #pwnujatim #pcnugresik #nugres #viral #pondokpesantren #kyai #nuonline #hadits #nuonlinejatim #nahdlatululama #santrionline #kontendakwah 

Sumber FB : Sarinyala.id

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Fenomena Begundal Agama". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait