Dzikir Allah Allah dan Hu Hu Adalah Sahih

DZIKIR ALLAH ALLAH DAN HU HU ADALAH SAHIH

🔰 DZIKIR ALLAH ALLAH DAN HU HU ADALAH SAHIH.

Oleh Ustadz: M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.

Sesi: Bantahan, Analisis dan Kritik Balas.

Versi: Konflik Dzikir Allah Allah dan Hu.

Note: Bantahan pada gambar.

Berdzikir dengan nama Mufrad (tunggal) Allah yang dibaca waqaf (disukunkan huruf yang terakhir); ْاللّٰهْ اللّٰه atau yang dibaca dommah; ُاللّٰهُ اللّٰه atau menggunakan domir rafa' munfashil Huwa yang di baca waqaf; ْهُوْ هُو. Semuanya ini adalah boleh. Sebab, semua kalimat tadi sudah Warid didalam Al Quran dan Sunnah.

A. DALIL AL QURAN.

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًاۚ

Artinya : Sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.

[Surah Al Insan ayat 25]

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

Artinya: Katakanlah: Allahu (Allah), kemudian biarkanlah mereka bermain main dalam kesesatan mereka.

[Surah Al An'am ayat 91]

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ

Artinya: Wahai orang orang yang beriman sebutlah/berzikir lah kalian pada Allah dengan dzikiran yang banyak.

[Surah Al Ahzab ayat 41]

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ

Artinya: Allahu (Allah) tidak ada tuhan selain dia (Huw - Waqaf Jaiz) dzat yang maha hidup lagi terus menerus mengurus.

[Surah Al Baqarah ayat 255]

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ

Artinya: Jangan (pula) engkau sembah Tuhan yang lain (selain Allah). Tidak ada tuhan selain Dia.

[Surah Al Qasas ayat 88]

B. DALIL HADITS.

Rasulullah bersabda:

حدثنيْ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ أَخْبَرَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ.

Artinya: Kiamat tidak akan terjadi sampai tidak pernah diucapkan lagi dimuka bumi; Allahu Allahu.

[Sahih Muslim: 1/131]

Sedangkan dalam riwayat yang lainnya dijelaskan bahwasanya Rasulullah bersabda:

حدثنا عبد بن حميد أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا معمر عن ثابت عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ عَلَى أَحَدٍ يَقُولُ اللَّهُ اللَّهُ.

Artinya: Kiamat tidak akan menimpa seseorang yang mengucapkan: Allahu Allahu.

[Sahih Muslim: 1/131]

Rasulullah bersabda:

اللَّهُ اللَّهُ رَبَّي لا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

Artinya: Allah Allah adalah tuhanku, aku tidak menyekutukan nya pada sesuatu.

[Addu'a Littrabrani: 1/1276]

Kesimpulannya adalah berzikir dengan nama Allah saja atau menggunakan domir huwa adalah boleh. Sebab, dalil dzikir dari keduanya itu memang ada secara tersirat didalam Al Quran dan Sunnah.

C. ASAL DZIKIR ALLAH ALLAH DAN HU HU SERTA KANDUNGANNYA.

C.1. ASAL DARI KATA HUWA.

Berdzikir dengan Allah Allah saja atau menggunakan hu hu itu sebenarnya sama hanya pada segi penyebutan nya saja yang beda (Allah dan hu) namun dalam segi tujuan pendzikiran adalah sama yakni tertuju kepada Allah. Dan hu atau Huwa merupakan asal dari kata Allah itu sendiri.

Al Imam Ibnu 'Ata'illah Assakandari (W 709 H) mengatakan:

فمن خواصه أنه في ذاته اسم كامل في حروفه تام في معناه خاص بأسراره مفرد بصفته فكان أولاً «الله» فحذف منه الألف فبقي «لله» ثم حذفت منه اللام الأولى فبقي «له» ثم حذفت اللام الثانية فبقي هو فكان كل حرف منه تام المعنى كامل الخصوصية، لم يتغير منه معنى ولا اختلف بتفريق حروفه منه فائدة ولا نقصت منه حكمة ولكل لفظة منه معان عجيبة.

Artinya: Diantara keistimewaannya adalah didalam dzatnya (Allah taala) terdapat nama yang sempurna, sempurna dalam huruf hurufnya terkhusus dalam makna maknanya dengan segala kerahasiaannya serta tunggal/mufrad dengan sifatnya. Jadi, nama Allah pertamanya adalah (Allah) lalu dibuang huruf alifnya. Maka jadilah Lillahi. Kemudian, huruf lam yang pertama dibuang maka jadilah Lahu. Kemudian lam yang kedua dibuang, maka jadilah Huwa. Jadi, setiap huruf dari nama Allah itu sempurna terkhusus pada makna secara khusus, maknanya tidak berubah, tidak ada perbedaan faidah pada huruf hurufnya, tidak berkurang hikmah dari namanya san setiap lafadznya terdapat makna makna yang ajaib.

[Allahu Al Qasdu Al Mujarrad Fii Ma'rifat Al Ism Mufrad: 17]

Jadi, hu atau Huwa asalnya dari kata Allah itu sendiri yang dibuang lam pertamanya kemudian jadi Lahu lalu dibuang lagi lam yang kedua sehingga jadilah Huwa. Nah, jika kita sudah tahu bahwa hu atau Huwa itu adalah berasal dari kata Allah. Maka, baru kemudian kita bahas lainnya.

C.2. TUJUAN DZIKIR ALLAH ALLAH.

Para Syaikh ahli tariqah kerap menggunakan dzikir (Allah Allah) ini untuk menuntun para murid agar lisan dan hati mereka sibuk berdzikir saja tanpa menyebut atau memikirkan hal hal lainnya.

Al Imam Al Ghazali (W 505 H) menjelaskan hal ini:

فإن أصل طريق الدين القوت الحلال وعند ذلك يلقنه ذكراً من الأذكار حتى يشغل به لسانه وقلبه فيجلس ويقول مثلا الله الله أو سبحان الله سبحان الله أو ما يراه الشيخ من الكلمات

Artinya: Sesungguhnya asal tariqah agama (tasawuf) adalah memakan makanan yang halal. Kemudian, ketika itu sudah terpenuhi, hendaknya seorang guru mendiktekan/menuntun dengan lisan pada muridnya dengan salah satu macam dzikir hingga lisan dan hatinya sibuk dengan itu. Ia duduk dan berkata, misalnya (dzikir); Allah, Allah atau Subhanallah, subhanallah atau redaksi lain yang diajarkan oleh gurunya.

[Ihya' Ulumuddin: 3/75]

Jadi, dzikir Allah Allah atau hu hu itu sebenarnya mengandung faidah agar lisan dan hati sibuk berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Bukan malah dituduh telah melakukan hal hal aneh, bid'ah dolalah, perkara mungkar atau penilaian negatif lainnya.

C.3. FAIDAH DZIKIR ALLAH ALLAH.

Bagi para ahli Tariqah dzikiran Allah Allah merupakan dzikiran yang paling berguna untuk sampai pada Allah taala. Maksud sampai disini adalah menikmati sebuah dzikir kepada Allah.

Al Imam Al Manawi (W 1031 H) mengatakan:

قالوا وليس للمسافر إلى الله في سلوكه أنفع من الذكر المفرد القاطع من الأفئدة الأغيار وهو الله وقد ورد في حقيقة الذكر وآثاره وتجلياته ما لا يفهمه إلا أهل الذوق.

Artinya: Ahli thariqah menyatakan bahwa tidak ada hal yang lebih bermanfaat bagi seorang yang sedang berjalan yang menuju Allah dalam perjalanannya, daripada dzikir dengan isim mufrad (Allah Allah) yang independen dari perasaan yang berubah-ubah dan dzikir itu adalah lafazh Allah. (Dzikir Allah Allah) Sudah tercatat pada hakekat dzikir, dampak dan representasinya tidak bisa dipahami kecuali oleh ahludz-dzauq (ahli menikmati dzikir).

[Faidhul Qadir: 2/386]

Al Imam Abdurrahman Al Banani (W 1197 H) mengatakan:

اعلم أن ذكر الاسم المفرد المعظم مجردًا عن التركيب بجملة وهو قول : الله الله

Artinya: Ketahuilah bahwasanya dzikir isim mufrad yang agung karena bersih dari susunan dan jumlah ialah dzikir Allah Allah.

[Al Ibda' Fii Madarr Al Ibtida': 316]

Jadi, jelas ya bahwa ketika kita melihat seseorang yang berdzikir Allah Allah atau hu hu ternyata dengan dzikiran itulah mereka dapat menyibukkan diri mereka dengan berdzikir kepada Allah atau mereka sedang mengajari para murid mereka agar lisan dan hati mereka sibuk berdzikir kepada Allah atau dengan dzikir itulah mereka dapat sampai menuju Allah. Sebab, bagi mereka dzikir isim mufrad yang paling agung adalah dzikir Allah Allah itu sendiri. Allah A'lam.

D. RANAH KHILAFIYAH.

Dan perkara yang wajib ummat Islam didunia ini tahu adalah bahwasanya perkara ini masih khilafiyah. Berdzikir dengan Allah Allah atau hu hu hukumnya adalah khilafiyah (diperselisihkan hukum kebolehannya). Jadi, karena masuk pada ranah khilafiyah maka orang lain tidak boleh mencegah orang lain yang tidak sependapat dengannya.

Khilafiyah ini merujuk kepada dua kelompok saja.

1. Kelompok yang menyatakan tidak boleh;

Assyaikh Ali Mahfudz Al Azhari mengatakan:

وقد اختلف في جواز الذكر بالاسم المفرد، فذهب كثير منهم إلى أنه لا بد في الذكر من الجملة لأنها هي المفيدة، ولا يصح بالاسم المفرد مظهرا أو مضمرًا لأنه ليس بكلام تام ولا جملة مفيدة، ولا يتعلق به إيمان ولا كفر، ولا أمر ولا نهي، ولم يذكر ذلك أحد من السلف، ولا شرع ذلك رسول الله، والشريعة إنما ورد بها من الأذكار ما يفيد بنفسه فقد ورد : أفضل الأذكار لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير.

Artinya: Sungguh masih diperselisihkan tentang kebolehan dzikir dengan isim mufrad (Allah Allah). Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwasanya dzikir mesti dari jumlah yang berfaedah dan tidak sah berdzikir dengan isim mufrad yang jelas (Allah Allah) atau berdomir (hu hu). Karena sesungguhnya itu bukanlah Kalam yang sempurna dan jumlah yang tak berfaidah yang tak berhubungan dengan iman, kekafiran, perintah dan larangan. Dan salah satu dari salaf tidak pernah menyebutkan hal itu danRasulullah tidak mensyariatkan hal itu. Syariat telah menampilkan dzikir dzikir yang memiliki faidah tersendiri. Sungguh sudah tertera; Sesungguhnya paling utamanya dzikir Adalah; إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير.

[Al Ibda' Fii Madarr Al Ibtida': 316]

2. Sedangkan menurut pendapat yang kedua adalah boleh.

Assyaikh Ali Mahfudz Al Azhari mengatakan:

ورأى آخرون من العلماء أن الذكر كما يكون بالجملة يكون بالاسم المفرد، قال العلامة البناني في شرحه على صلاة ابن مشيش : اعلم أن ذكر الاسم المفرد المعظم مجردًا عن التركيب بجملة وهو قول : (الله الله) مما تداولته السادات الصوفية واستعملوه بينهم إلى أن قال : وفي الصحيح : لا تقوم الساعة حتى لا يبقى من يقول (الله الله)  وهو شاهد في الجملة بذكر هذا الاسم وحده، لا سيما على رواية النصب، ولا نزاع في جواز التلفظ بالاسم الكريم وحده، فأي مانع أن يكرره الإنسان مرات كثيرة، وكونه لم ينقل عن السلف لا يقتضي منعه ولا كراهته، وكم أشياء لم تكن في عهد السلف مع أنها جائزة

Artinya: Dan pendapat para ulama yang lainnya adalah sesungguhnya dzikir (Allah Allah atau hu hu) merupakan jumlah yang terkategori dengan isim mufrad. Al Allamah Al Banani mengatakan dalam Syarahnya Ala Shalati Ibn Masyisy: Ketahuilah bahwasanya dzikir isim mufrad yang agung karena bersih dari susunan dan jumlah ialah dzikir Allah Allah. Itulah dari dzikir yang beredar di kalangan pada saadah sufiyah dan mereka menggunakannya diantara mereka yang lainnya. Dan didalam Assahih: Kiamat tidak akan terjadi sampai tidak pernah diucapkan lagi; Allahu Allahu. Dan ini sudah menjadi bukti mengenai jumlah dzikir dengan penamaan ini saja (Allah Allah), apalagi yang menggunakan riwayat dibaca nasab (Allaha Allaha) dan sudah tidak diperselisihkan lagi akan kebolehan berdzikir dengan lafadz nama yang mulia.

Jadi, siapa orang yang dapat mencegah orang lain untuk mengulanginya (Allah Allah) berkali kali?. Dan keberadaan nya (dzikir Allah Allah) memang tidak di kutip dari para salaf, tapi bukan berarti tidak boleh atau tidak di sukai dan berapa banyak perkara perkara yang tidak ada dizaman salaf padahal ia diperbolehkan.

[Al Ibda' Fii Madarr Al Ibtida': 316]

Jadi, terserah anda mau ikut pendapat yang mana. Mau ikut pendapat yang tidak membolehkan ya silahkan saja tapi jaga kerukunan sesama umat. Jangan, sampai perbedaan membuat kita menjadi musuh.

Syaikh Ibnu Taimiyah (W 724 H) mengatakan:

مسائِلُ الاجتهادِ مَن عَمِلَ فيها بقَولِ بَعضِ العُلَماءِ، لم يُنكَرْ عليه ولم يُهجَرْ

Artinya: Persoalan ijtihad orang orang yang melakukan dengan menggunakan sebagian fatwa ulama maka tidak boleh di ingkari dan tidak boleh diacuhkan.

[Majmu' Fatawa Libni Taimiyah: 20/207]

E. DZIKIR ALLAH ALLAH ADALAH MUQAYYADAH.

Wahhabi beranggapan bahwa berdzikir dengan nama Allah saja (Allah Allah) itu tidak boleh sebab yang namanya dzikir itu harus di ikat dengan lafadz lainnya sehingga tercipta sebuah faidah dari dzikir tersebut.

Maka, kami jawab; Secara dzohir memang betul tidak terikat dengan apa apa (Allah Allah) namun secara batin diikatkan dengan apa apa yang layak pada Allah taala. Jadi, lisan dan hati berdzikir namun Muqayyad nya didalam hati dan dzikir Allah Allah atau hu hu itu akan berfaidah jika sudah di ikat didalam hati.

Al Imam Ibnu 'Arabi (W 637 H) mengatakan:

فإن قلت : فقد رجح أهل الله ذكر لفظة الله الله وذكر لفظة هو على الأذكار التي تعطي النعت ووجدوا لها فوائد . قلت : صدقوا وبه أقول ولكن ما قصدوا بذكرهم الله الله نفس دلالته على العين، وإنما قصدوا هذا الاسم أو الهو من حيث إنهم علموا أن المسمى بهذا الاسم أو هذا الضمير هو من لا تقيده الأكوان ومن له الوجود التام، فإحضار هذا في نفس الذاكر عند ذكر الاسم بذلك وقعت الفائدة فإنه ذكر غير مقيد...وكل ذكر مقيد لا ينتج إلا ما تقيد به لا يمكن أن يجني منه ثمرة عامة، فإن حالة الذكر تقيده، وقد عرفنا الله أنه ما يعطيه إلا بحسب حاله في قوله : إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نفسي الحديث، فلهذا رجحت الطائفة ذكر لفظة الله وحدها أو ضميرها من غير تقييد، فما قصدوا لفظة دون استحضار ما يستحقه المسمى، وبهذا المعنى يكون ذكر الحق عبده باسم عام الجميع الفضائل اللائقة به التي تكون في مقابلة ذكر العبد ربه بالاسم الله.

Artinya: Jika engkau mengatakan: Para ahlullah telah mengunggulkan dzikiran dengan lafadz Allah Allah dan berdzikir dengan lafadz Hu pada dzikir dzikir yang lainnya yang mengandung sifat dan mereka menemukan faidah faidah yang dimilikinya.

Aku (Ibnu 'Arabi) katakan: Mereka itu benar dan aku juga berpendapat dengan hal itu. Akan tetapi, mereka tidak bermaksud berdzikir Allah Allah pada yang menunjukkan dzatnya Allah. Tujuan mereka berdzikir Allah Allah ini atau Huwa dikarenakan mereka tahu sesungguhnya ini hanyalah sebuah nama atau Huwa ini hanyalah domir yang tidak terikat pada wujud yang sempurna. Jadi, penting menghadirkan dzikir ini dalam jiwanya orang yang berdzikir dengan menggunakan nama itu agar ia mendapatkan faidah karena sesungguhnya ia dzikir yang tidak terikat. Semua dzikir itu Muqayyad (terikat dengan lafadz lainnya) ia tidak akan mendapatkan apa apa terkecuali pada apa apa yang sudah ia ikatkan dengan dzikir itu, takkan mungkin bisa memetik buah darinya (tanpa di ikatkan). Jadi, kondisi dzikir adalah mengikatkan nya.

Sungguh kami Allah telah memberitahukan pada kami bahwasanya dia tidak akan memberikannya (faidah dzikir) terkecuali dengan menjaga kondisinya (mengikat dzikir itu). Didalam hadist qudsinya: Jika dia mengingat aku dalam dirinya maka aku akan mengingat nya dalam diriku. Al Hadist. Karena inilah aku mengunggulkan kelompok yang berdzikir dengan lafadz Allah saja atau domirnya saja tanpa adanya qayyid. Karena mereka tidaklah melafadzkan tanpa menghadirkan apa apa yang layak pada yang dinamainya. Dan dengan ini makna dzikiran hambanya itu adalah benar menggunakan nama umum yang mencakup semua keutamaan keutamaan yang layak padanya yang mana bisa dijadikan sebagai sarana menghadap pada Tuhannya dengan menggunakan nama Allah.

[Al Futuhat Al Makkiyyah: 3/344-345]

Jadi, berdzikir Allah Allah atau hu hu itu dibenarkan. Sebab, orang orang tidak akan berzikir begitu jika tidak mereka tidak mengetahui kandungan nya. Karena telah tahu isi dan kandungan nya itulah mereka kerap berdzikir dengan nya.

F. DIPAHALAI APA TIDAK JIKA BERDIZKIR ALLAH ALLAH ATAU HU HU?

Berdzikir dengan Allah Allah saja atau hu hu itu dipahalai. Sebab dia berniat dzikir.

Al Imam Syihabudin Arramli (W 957 H) menjelaskan:

سئل عن قول القائل في مجلس الذكر الله الله في حال صحوه من استغراق، هل يسمى ذكرا، أو لا، وإذا قلتم بأنه لا يسمى ذكرا، هل يثاب عليه أم لا؟

فأجاب بأنه لا يسمى ذكرا عرفا لعدم إفادته لكنه يثاب لقصد الذكر.

Artinya: (Imam Arramli) beliau pernah ditanya tentang pendapat orang yang ada didalam sebuah majlis dzikir Allah Allah dalam keadaan mereka tenang karena menikmati dzikir itu. Apakah itu (Allah Allah) dinamakan dzikir atau tidak? dan apabila kalian mengatakan itu bukan dzikir apakah dipahalai atau tidak?

Maka beliau menjawab; Sesungguhnya secara kebiasaannya (umum) ia (Allah Allah) tidak dinamakan dzikir karena tidak ada faidahnya akan tetapi dia dipahalai karena bertujuan dzikir.

[Fatawa Arramli: 722]

Kesimpulan akhirnya adalah;

1. Dzikir Allah dan Hu merupakan dzikiran yang memiliki asal yang tersirat didalam Al Quran dan Sunnah.

2. Dzikir Allah dan Hu Muqayyad nya didalam hati.

3. Dzikir Allah Allah atau hu hu merupakan dzikiran yang dipahalai jika berniat dzikir.

4. Dzikir Allah Allah atau hu hu masih khilafiyah dan kami mengambil pendapat yang memperbolehkan nya.

Selesai

© ID Cyber aswaja.

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Dzikir Allah Allah dan Hu Hu Adalah Sahih". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait