Ciri Orang Munafik, Menyimpulkan Hukum, Ilmiah, Puber Manhaj, Hijrah, Beragama dan Bermazhab

Ciri Orang Munafik, Menyimpulkan Hukum, Ilmiah, Puber Manhaj, Hijrah, Beragama dan Bermazhab

Beberapa Status Pendek FB Ustadz Abdullah Al Jirani Di Bulan Oktober :

Memahami agama ini cuma melalui dua metode ; mazhab para ulama mujtahidin atau pendapat sendiri. Lalu bagaimana mungkin seorang alergi dengan pendapat ahli ijtihad yang jelas-jelas telah teruji dan tervalidasi sekian abad di sisi para ahlinya, dan lebih yakin dengan pendapatnya sendiri ?. Memang dia siapa ? Ulama bukan, apalagi mujtahid. Mari berfikir waras dan logis.

31 Oktober 2024

Mulai "banyak" ustadz-ustadz salafi yang memutuskan diri untuk bermazhab dan mengajarkan kitab-kitab fiqh mazhab Syafi'i seperti matan Abu Syuja' 🙂(info valid)

31 Oktober 2024

"Beragama itu harus merujuk kepada Quran dan sunah dengan pemahaman sahabat", katanya. Tapi, saat dinukilkan pendapat sahabat yang kebetulan berbeda dengan pendapatnya, maka langsung ditolak seraya menyatakan : "Ya, akhi, sahabat itu manusia biasa, juga bisa salah."

Membuat kaidah sendiri, dilanggar sendiri. Kalau diluruskan, baper, lalu menuduh yang mengingatkan telah 'menyerang' manhaj Salaf. Karakter ini dari dulu sampai sekarang nggak berubah. Terus, sampai kapan mau sadar ? Wallahu a'lam. Hidayah itu mahal, kawan ! 

26 Oktober 2024

Sebelum hijrah (baca : ngaji), kalau berbeda pendapat dalam ranah khilafiyah sikapnya santun, lembut, selalu menjaga ukhuwah islamiyah dan toleran. Tapi setelah hijrah, sikapnya kasar, suka mengumpat, gemar caci maki, mudah mengelari sesama muslim dengan gelar-gelar buruk (seperti ; bodoh, ahli syubhat, menyimpang, sesat, ahli bidah), intoleran (tidak toleran) serta merasa paling benar sehingga menganggap semua umat muslim yang tidak sependapat dan sekelompok dengannya sebagai orang-orang sesat.

Tanya kenapa ? Jawab ; Jalan hijrahmu salah. Segera kembali pulang, nak ! Kasihan bapak dan ibumu. Mereka berdua menunggumu. 

24 Oktober 2024

Ucapanmu : "Imam Abu Hanifah atau imam Syafi'i menyelisihi Rasulullah saw", secara tidak langsung, kamu ingin menyampaikan bahwa : "Pendapatku pasti benar dan sesuai dengan pendapat Rasulullah saw."

Fakta sesungguhnya, pendapat dua imam tersebut sebenarnya tidak menyelisihi rasulullah saw, tapi hanya menyelisihi pendapatmu. Jika demikian, engkaulah yang layak mendapatkan gelar kadzdzab (pendusta besar) karena secara sengaja telah berdusta atas nama nabi saw.

Note : (Kamu) di situ, adalah orang-orang yang tenggelam dalam "puber manhaj" dan pengklaim kebenaran mutlak.

14 Oktober 2024

Walaupun pada akhirnya mengakui, bahwa secara fakta dan data pendapat yang menyatakan bahwa kirim bacaan Quran (khususnya surat Al Fatihah) untuk mayit itu sampai kepadanya merupakan pendapat mayoritas ulama bahkan empat mazhab dan nyaris terjadi ijmak (konsensus), termasuk di dalamnya syekh Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayim, tapi endingnya tetap menyatakan ; “Saya tetap dalam pendapat saya.” (bahwa hadiah bacaan Quran untuk mayit tidak sampai).

Seilmiah apapun argumentasi yang disampaikan, dan sevalid apapun data yang disuguhkan, belum tentu akan bisa merubah pendirian dan cara berfikir seseorang. Selain masalah taufiq dari Allah, bisa jadi sejak awal sudah terjadi kesalahan niat. Berdiskusi atau berdebat bukan untuk mencari kebenaran atau setidaknya pendapat yang lebih kuat, tapi untuk mencari pembenaran untuk melanggengkan superioritas atas orang lain.

Jadi, ilmiah atau tidak, berbasis data atau tidak, kalah atau menang, itu semua kurang penting, karena tidak memberikan dampak apapun bagi sebagian orang. Ini mirip dengan kasus Pak GG belakangan ini.

Namun, sebagai Ahlu Sunah kita semua tetap konsisten akan menjujung tinggi sifat saling menghargai dalam masalah yang masuk ranah ijtihadi, serta tidak menjadikannya sebagai alasan untuk menghujat dan memutus ukhuwah islamiyah. Walaupun mungkin kita tidak mendapatkan hal yang sama dari lawan diskusi kita. No problem ! 

10 Oktober 2024

Untuk menyimpulkan sebuah hukum, maka dibutuhkan dua hal asasi, yaitu ; (pertama) ; memahami diskripsi atau fakta suatu masalah secara baik, detail, dan benar (fahmul waqi’), (kedua) ; memahami dalil  dalam masalah tersebut (fahmun nushush). Tanpa keduanya, dipastikan kesimpulannya akan cacat. Praktik yang sering terjadi di lapangan, sudah diskripnya salah atau membuat diskripsi sendiri yang tidak sesuai dengan kenyataan, pemahaman dalilnya juga keliru. 

8 Oktober 2024

Salah satu ciri khas orang-orang munafik, mereka akan selalu berkomentar negatif  terhadap kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, dalam kondisi mereka sendiri tidak pernah melakukannya. Hidup mereka tidak lebih hanya sebagai komentator, tanpa memiliki kontribusi kebaikan secara nyata bagi Islam dan muslimin. 

(Faidah kajian di masjid Nurul Hikmah, tadi pagi.)

6 Oktober 2024

(Abdullah Al Jirani) 

Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Ciri Orang Munafik, Menyimpulkan Hukum, Ilmiah, Puber Manhaj, Hijrah, Beragama dan Bermazhab". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait