Buku Qimah al-Zaman 'inda al-Ulama

Buku Qimah al-Zaman 'inda al-Ulama

Buku Qimah al-Zaman 'inda al-Ulama karya Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah ini dulu pernah saya kaji bersama Kyai Shalih Rahmani di pesantren. Kini saya niatkan untuk membacanya kembali. Menghayati betapa mahalnya tiap detik hidup yang dilihat dari kaca mata para ulama.

Syaikh Fauzi Konate pernah nyetatus, “Jika Allah menginginkan seorang pelajar memiliki nasib yang baik, maka ia akan diberikan Taufiq untuk mengatur waktunya.” 

Pertama-tama, saya melewati beberapa kisah yang menggugah hati. Kisah Khalil Ahmad Al-Farahidi, Guru Imam Sibawaih, yang mengatakan: “waktu yang paling berat bagiku adalah waktu saat makan”, karena di saat makan beliau terhenti untuk belajar. 

Kemudian kisah salah seorang Gurunya Imam Al-Bukhari yang bernama Ubaid bin Ya'isy yang mengatakan: “Selama 30 tahun aku hidup, aku tidak pernah makan menggunakan tanganku. Saudariku yang menyuapi aku makan, dan tanganku aku gunakan selalu untuk menulis hadits”.

Hingga saya melewati beberapa kisah di mana para Ulama tersebut memanfaatkan waktunya untuk belajar hingga menjelang wafatnya.

Al-Imam Ibnu Malik misalnya, penulis Alfiyah yang masyhur. Diriwayatkan beberapa saat sebelum ia wafat, ia meminta anaknya untuk membacakan 8 bait tentang suatu permasalahan ilmu agar bisa dihafal.

Ibnu Jarir penulis Tafsir Al-Thabari, dikisahkan satu jam sebelum dirinya wafat, ia tengah bersama Al-Mu'afa bin Zakaria, kemudian disebutkan sebuah doa dari Ja'far bin Muhammad. Ibnu Jarir meminta pena serta selembar kertas untuk menulis doa yang disebutkan tadi. Orang yang hadir di sana bertanya, “di saat seperti ini kamu masih sibuk menulis?”, Ibnu Jarir menjawab: “Seorang manusia tidak boleh berhenti memetik ilmu hingga ia betul-betul wafat.” tidak lama dari itu, Ibnu Jarir pun wafat.

Al-Imam Abu Yusuf, murid Abu Hanifah, dikisahkan di akhir hidupnya ia terkena penyakit yang cukup parah. Saat dikunjungi oleh muridnya yang bernama Ibrahim Al-Kufi, Abu Yusuf sedang tidak sadarkan diri. Saat terbangun, Abu Yusuf langsung mengajar muridnya untuk mendiskusikan beberapa permasalahan pada Bab Haji. Muridnya merasa heran: “Di saat keadaan seperti ini?”. Abu Yusuf menjawab: “tidak apa, kita pelajari, semoga jawabannya bisa membantu orang nantinya.” akhirnya mereka membahas permasalahan itu. Saat selesai, muridnya pergi, dan saat sampai pintu, Abu Yusuf pun menghembuskan nafas terakhirnya dan kemudian wafat.

Saya menjadi teringat petuah yang mengatakan kalau orang akan wafat sesuai dengan gaya hidupnya. Karena hidup mereka penuh dengan ilmu, maka para ulama tersebut wafat dengan ilmu, dan ditutup dengan membahas ilmu.

••

Jum'at, 4 Oktober 2024.

Sumber FB Ustadz : Fahrizal Fadil 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Buku Qimah al-Zaman 'inda al-Ulama". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait