Bukti Adanya Tuhan?
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Dalam agama Kami, Tuhan itu ada, dan adanya tuhan itu wajibul wujud, wajid adanya, mustahil tiada. Dan adanya tuhan bisa dibuktikan.
Lalu engkau katakan tuhan itu tidak ada, kalau seandainya tuhan itu tidak ada, apa bukti tuhan itu tidak ada ? Terus engkau katakan tuhan tidak ada karena tidak bisa dilihat.
Berarti kesimpulannya ada tidaknya sesuatu harus bisa dilihat ? iya, jika tidak bisa dilihat berarti tidak ada, dan tuhan itu tidak ada karena tidak bisa dilihat.
Baiklah, sekarang kami tanya, apakah akal itu ada ? ada, kenapa engkau katakan ada ? karena ada di dalam kepala.
Bukankah engkau tadi mengatakan, sesuatu itu ada jika bisa dilihat, apakah engkau bisa melihatnya ?
Memang aku tidak bisa melihatnya tetapi ada nya bisa dibuktikan, dengan mampunya manusia menyusun material sehingga terbentuk rumah, membuat peralatan, mengetahui cuaca dan berbicara dengan teratur dan terukur.
Artinya secara otomatis, engkau telah membantah pendapat mu sendiri, engkau tadi di awal mengatakan sesuatu itu ada apabila bisa dilihat, sekarang engkau mengakui bahwa akal itu ada walaupun tidak bisa dilihat, engkau berdalih bahwa adanya akal bisa diketahui dari hasil cipta karya bersumber dari akal, seperti mampu menyusun beberapa material sehingga terbangun rumah, membuat peralatan dan berbicara.
Demikianlah keberadaan Allah, adanya tidak mesti harus bisa dilihat tetapi adanya bisa dibuktikan, seperti akal tidak bisa dilihat tetapi adanya akal bisa dibuktikan, dengan membuat sesuatu dengan terukur, seperti pesawat, kipas angin dan lampu, dan begitu juga adanya Allah dibuktikan dengan hasil ciptaannya, diantaranya bumi, langit, manusia dan alam semesta.
Menganalogikan kepada akal hanya untuk memberikan pemahaman, karena akal yang bagian dari sesama makhluk saja tak mampu kita mengetahui bagaimana bentuk zatnya, apalagi Allah yang maha pencipta, tetapi keberadaannya dapat dibuktikan dengan hasil ciptaannya.
Akal yang lurus pasti akan mengatakan, bahwa pergantian siang malam dan sistem pencernaan manusia yang rumit, pasti ada yang mengaturnya, sama halnya ketika kita menemukan rumah di tengah hutan belantara, maka akal kita akan mengatakan mustahil rumah itu berdiri sendiri, pasti ada yang membangunnya, yang membangunnya pasti berbeda dengan rumah itu, baik zat dan sifatnya, maka begitu pula tuhan, tak akan sama zat dan sifatnya dengan yang diciptakannya, jika sama maka tidak layak dikatakan tuhan.
Jika makhluk adanya diadakan maka tuhan adanya dengan sendirinya, jika makhluk adanya diawali oleh permulaan, sedangkan tuhan adanya tanpa permulaan, jika makhluk adanya fana binasa, maka adanya tuhan bersifat kekal, dan tuhan wajib berbeda dengan makhluknya, jika tuhan ada kemiripan dan kesamaan dengan makhluk maka itu bukan tuhan tetapi hantu, yang mengaku - ngaku sebagai tuhan.
Ketika kita melihat pesawat maka kita akan mengatakan, sungguh cerdas orang yang membuatnya, padahal kita tidak pernah melihat bentuk dari pada cerdas itu sendiri, tetapi akal yang lurus, mengakui bahwa kecerdasan itu pasti ada walaupun tidak tau bentuknya, artinya kecerdasan seseorang diakui karena hasil ciptanya.
Allah yang maha pencipta diakui adanya karena hasil ciptaannya, berupa bumi, langit dan alam semesta, dan mustahil Allah serupa dengan yang diciptanya, dan keberadaannya tidak sama dengan akal, kecerdasaan dan ruh, walaupun sama - sama tidak bisa dilihat, tetapi tetap beda, sebagai contoh, Akal, kecerdasan dan ruh bertempat di tubuh manusia, sedangkan Allah tidak bertempat karena tempat Allah yang menciptakannya, dan Allah tidak butuh kepada ciptaannya.
Dalu - dalu, Kamis 10 Oktober 2024
baca juga kajian tentang Tauhid : Bukti Adanya Allah?
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa