Apa Sebenarnya Hukum Berobat?

Apa Sebenarnya Hukum Berobat?

๐—”๐—ฃ๐—” ๐—ฆ๐—˜๐—•๐—˜๐—ก๐—”๐—ฅ๐—ก๐—ฌ๐—” ๐—›๐—จ๐—ž๐—จ๐—  ๐—•๐—˜๐—ฅ๐—ข๐—•๐—”๐—ง ?

๐˜๐˜ป๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜บ๐˜ข๐˜ช, ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฎ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜๐˜ด๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ? ๐˜ˆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ซ๐˜ช๐˜ฃ ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ข ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ ? 

Jawaban

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Sebelum kita menjawab pertanyaan di atas mengenai hukum berobat dalam Islam, kita perlu mendefinisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan "berobat". Agar jangan sampai dipahami aktivitas yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan bahasan ini ikut kebawa-bawa. 

Karena di masyarakat kita banyak hal yang sebenarnya tidak masuk kepengertian berobat dianggap sebagai bagaian dari mencari kesembuhan /berobat, contohnya berobat dengan obat kuat.

๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ถ๐—ฎ๐—ป ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ผ๐—ฏ๐—ฎ๐˜

Dalam bahasa arab berobat diantaranya diistilahkan dengan tadawa dan juga Thabib yang secara bahasa artinya adalah pengobatan dan perawatan. Dikatakan, "Fulan melakukan thabib kepada Fulan," yaitu dia mengobatinya.[1]

Sedangkan secara istilah berobat adalah mencari kesembuhan dari penyakit dengan obat-obatan. Berobat dilakukan ketika dalam keadaan sakit atau keadaan yang semisalnya.[2]

๐—›๐˜‚๐—ธ๐˜‚๐—บ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ผ๐—ฏ๐—ฎ๐˜

Para ulama bersepakat bahwa berobat dari penyakit adalah disyariatkan berdasarkan nash ayat dan hadits berikut ini :

ูˆَุฅِุฐَุง ู…َุฑِุถْุชُ ูَู‡ُูˆَ ูŠَุดْูِูŠู†ِ

“๐˜‹๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต, ๐˜‹๐˜ช๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฌ๐˜ถ.” (๐˜˜๐˜š. ๐˜ˆ๐˜ด๐˜บ ๐˜š๐˜บ๐˜ถ'๐˜ข๐˜ณ๐˜ข: 80)

ู…َุง ุฃَู†ْุฒَู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุฏَุงุกً ุฅِู„َّุง ุฃَู†ْุฒَู„َ ู„َู‡ُ ุดِูَุงุกً

"Allah tidak menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan obatnya."(HR. Bukhari dan Muslim)

ุฅِู†َّ ‌ุงู„ู„َّู‡َ ‌ุฃَู†ْุฒَู„ ‌ุงู„ุฏَّุงุกَ ‌ูˆَุงู„ุฏَّูˆَุงุกَ، ‌ูˆَุฌَุนَู„ ‌ู„ِูƒُู„ ‌ุฏَุงุกٍ ‌ุฏَูˆَุงุกً

“Sesungguhnya  Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap penyakit ada obatnya.’’ (HR. Abu Dawud)

Hanya kemudian para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya, manakah yang lebih utama : Berobat atau bersabar dengan penyakitnya. Sehingga paling tidak ada 2 pendapat yang masyhur di kalangan ulama madzhab tentang hukum berobat, sebagian menghukumi sunnah sedangkan yang lain berpendapat hukumnya mubah.[3]

๐Ÿญ. ๐—›๐˜‚๐—ธ๐˜‚๐—บ๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—บ๐˜‚๐—ฏ๐—ฎ๐—ต

Kalangan ulama dari madzhab Hanafiyyah dan Malikiyyah berpendapat bahwa hukum asal dari berobat itu hanyalah mubah. Berkata al imam Badruddin al Aini al Hanafi rahimahullah :

ู„ุฃู† ‌ุงู„ุชุฏุงูˆูŠ ‌ู…ุจุงุญ

“Bahwa sesungguhny berobat itu adalah mubah.”[4]

Demikian juga fatwa yang kurang lebih sama juga dinyatakan oleh ulama-ulama madzhab Maliki.[5]

Kalangan ini mengkompromikan adanya riwayat anjuran untuk berobat yang telah disebutkan sebelumnya dengan hadits-hadits tentang sabar terhadap penyakit seperti hadits berikut ini :

ุนَู†ْ ุฃُู…ِّ ุงู„ุนَู„ุงَุกِ ู‚َุงู„َุชْ : ุนَุงุฏَู†ِูŠْ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูˆَุฃَู†َุง ู…َุฑِูŠْุถَุฉً، ูَู‚َุงู„َ : ุงَุจْุดِุฑِู‰ْ ูŠَุง ุฃُู…ِّ ุงู„ุนَู„ุงَุกِ، ูَุฅِู†ِّ ู…َุฑَุถَ ุงู„ู…ُุณْู„ِู…ِ ูŠُุฐْ ู‡ِุจُ ุงู„ู„َّู‡ُ ุจِู‡ِ ุฎَุทَุงูŠَุงู‡ُ ูƒَู…َุง ุชُุฐْ ู‡ِุจُ ุงู„ู†َّุงุฑُ ุฎَุจุจَุซَ ุงู„ุฐَّู‡َุจِ ูˆَุงู„ูِุถَّุฉِ

"Dari Ummu Al-Ala', dia berkata :"Rasulullah ๏ทบ menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah ta'la  menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak".  (HR. Abu Dawud)

Dalam sebuah riwayat yang masyhur, Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya pada Rasulullah ๏ทบ. “Wahai Rasulullah, apakah balasan bagi seseorang yang terkena demam?” Rasulullah ๏ทบ menjawab: “Kebaikan akan mengalir padanya.” Beliaupun berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadamu penyakit demam yang tidak menghalangiku untuk jihad kepadamu.” 

๐Ÿฎ. ๐—›๐˜‚๐—ธ๐˜‚๐—บ๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—บ๐˜‚๐—ฏ๐—ฎ๐—ต ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ฎ๐—ฏ๐—ฎ๐—ฟ ๐—น๐—ฒ๐—ฏ๐—ถ๐—ต ๐—ฏ๐—ฎ๐—ถ๐—ธ

 Mayoritas ulama madzhab Hanabilah berpendapat hukum berobat itu boleh, namun meninggalkannya lebih afdhal. Al imam Buhuti al Hanbali rahimahullah berkata :

ุชุฑูƒ ุงู„ุฏูˆุงุก ุฃูุถู„، ู†ุต ุนู„ูŠู‡؛ ‌ู„ุฃู†ู‡ ‌ุฃู‚ุฑุจ ‌ุฅู„ู‰ ‌ุงู„ุชูˆูƒู„

“Berpendapat beliau (imam Ahmad) meninggalkan berobat adalah lebih baik, karena hal tersebut mendekatkan kepada tawakal.”[6]

Diantara dalil yang digunakan adalah hadits Ibnu Abbas ada seorang wanita yang ditimpa penyakit epilepsi. Wanita itu meminta kepada Nabi ๏ทบagar mendoakannya, lalu beliau menjawab: “Jika engkau mau bersabar (maka bersabarlah), engkau akan mendapatkan surga; dan jika engkau mau, akan saya doakan kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.`

Wanita itu menjawab, aku akan bersabar. Sebenarnya saya tadi ingin dihilangkan penyakit saya. Oleh karena itu doakanlah kepada Allah agar saya tidak minta dihilangkan penyakit saya. Lalu Nabi ๏ทบ mendoakan orang itu agar tidak meminta dihilangkan penyakitnya.” (mutafaqqin ‘alaih)

๐Ÿฏ.  ๐—›๐˜‚๐—ธ๐˜‚๐—บ๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐˜€๐˜‚๐—ป๐—ป๐—ฎ๐—ต.

Sedangkan ulama kalangan madzhab Syafi’iyyah dan sebagian ulama Hanabilah berpendapat bahwa berobat hukumnya dianjurkan (sunnah). Berkata al imam Ibnu Hajar al Haitami rahimahullah :

ูˆูŠุณู† ‌ุงู„ุชุฏุงูˆูŠ ‌ู„ู„ุฎุจุฑ ‌ุงู„ุตุญูŠุญ

“Dan disunnahkan berobat berdasarkan dalil yang shahih.”[7]

Ibnul Qayim al Jauziyyah dari kalangan Hanafiyyah secara khusus bahkan mengcounter pendapat yang mengatakan bahwa berobat itu bisa menjauhkan dari tawakal. Ia berkata,

ููŠ ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ุตุญูŠุญุฉ ุงู„ุฃู…ุฑ ุจุงู„ุชุฏุงูˆูŠ، ูˆุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠู†ุงููŠ ุงู„ุชูˆูƒู„، ูƒู…ุง ู„ุง ูŠู†ุงููŠู‡ ุฏูุน ุงู„ุฌูˆุน ูˆุงู„ุนุทุด ูˆุงู„ุญุฑ ูˆุงู„ุจุฑุฏ ุจุฃุถุฏุงุฏู‡ุง، ุจู„ ู„ุง ุชุชู… ุญู‚ูŠู‚ุฉ ุงู„ุชูˆุญูŠุฏ ุฅู„ุง ุจู…ุจุงุดุฑุฉ ุงู„ุฃุณุจุงุจ ุงู„ุชูŠ ู†ุตุจู‡ุง ุงู„ู„ู‡ ู…ู‚ุชุถูŠุงุช ู„ู…ุณุจุจุงุชู‡ุง ู‚ุฏุฑุง ูˆุดุฑุนุง، ูˆุฃู† ุชุนุทูŠู„ู‡ุง ูŠู‚ุฏุญ ููŠ ู†ูุณ ุงู„ุชูˆูƒู„، ูƒู…ุง ูŠู‚ุฏุญ ููŠ ุงู„ุฃู…ุฑ ูˆุงู„ุญูƒู…ุฉ، ูˆูŠุถุนูู‡ ู…ู† ุญูŠุซ ูŠุธู† ู…ุนุทู„ู‡ุง ุฃู† ุชุฑูƒู‡ุง ุฃู‚ูˆู‰ ููŠ ุงู„ุชูˆูƒู„، ูุฅู† ุชุฑูƒู‡ุง ุนุฌุฒ ูŠู†ุงููŠ ุงู„ุชูˆูƒู„ ุงู„ุฐูŠ ุญู‚ูŠู‚ุชู‡ ุงุนุชู…ุงุฏ ุงู„ู‚ู„ุจ ุนู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ููŠ ุญุตูˆู„ ู…ุง ูŠู†ูุน

"Dalam hadis-hadis yang sahih terdapat perintah untuk berobat, dan hal itu tidak bertentangan dengan tawakal (berserah diri kepada Allah), sebagaimana tidak bertentangan pula dengan menolak rasa lapar, haus, panas, dan dingin dengan lawannya (makanan, minuman, pakaian, dan perlindungan).

Bahkan, hakikat dari tauhid tidak sempurna kecuali dengan menjalankan sebab-sebab yang Allah ta’ala tetapkan sebagai penyebab bagi akibat-akibatnya, baik dari sisi takdir maupun syariat. Meninggalkan sebab-sebab tersebut merusak hakikat tawakal, sebagaimana juga merusak perintah dan hikmah. 

Meninggalkan sebab justru memperlemah tawakal, padahal orang yang meninggalkan sebab-sebab itu menyangka bahwa hal tersebut menguatkan tawakal. Sebenarnya, meninggalkan sebab adalah kelemahan yang bertentangan dengan tawakal, yang hakikatnya adalah bergantungnya hati kepada Allah untuk mendapatkan manfaat yang diinginkan.”[8]

Dalil yang digunakan oleh kalangan ini di antaranya adalah :

1. Dari Abu Darda berkata, Nabi ๏ทบ bersabda:

ุฅِู†َّ ‌ุงู„ู„َّู‡َ ‌ุฃَู†ْุฒَู„ ‌ุงู„ุฏَّุงุกَ ‌ูˆَุงู„ุฏَّูˆَุงุกَ، ‌ูˆَุฌَุนَู„ ‌ู„ِูƒُู„ ‌ุฏَุงุกٍ ‌ุฏَูˆَุงุกً

“Sesungguhnya  Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram.’’ (HR.Abu Dawud )

2.  Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi ๏ทบ : “Wahai Rasulullah, apakah kita berobat?’ Nabi ๏ทบ bersabda, ‘berobatlah, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya),’’ mereka bertanya,’’apa itu’’ ? Nabi bersabda,’’penyakit tua.’’ (HR.Tirmidzi )

๐—ž๐—ต๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—บ๐—ฎ๐—ต

Pendapat ulama klasik  tentang hukum berobat ketika sakit berputar diantara hukum sunnah dan mubah. Sedangkan sebagian ulama syafi’iyyah dan ulama kontemporer merinci hukum berobat itu menjadi beberapa bagian[9] yaitu :

๐Ÿญ. ๐—ช๐—ฎ๐—ท๐—ถ๐—ฏ

Diantara berobat yang dihukumi wajib contohnya adalah berobatnya seseorang dari penyakit yang menyebabkan ia meninggalkan perkara wajib padahal dia mampu untuk berobat, dan juga diduga kuat penyakitnya bisa sembuh. Maka berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.

Al imam Mawardi rahimahullah berkata :

ุจุฃู† ู„ู†ุง ูˆุฌู‡ุง ุจูˆุฌูˆุจู‡ ุฅุฐุง ูƒุงู† ุจู‡ ุฌุฑุญ ูŠุฎุงู ู…ู†ู‡ ุงู„ุชู„ู

“Bahwa ada pendapat yang menyatakan wajibnya berobat jika seseorang memiliki luka yang dikhawatirkan akan menyebabkan kematian.”[10]

๐Ÿฎ. ๐—•๐—ฒ๐—ฟ๐—ผ๐—ฏ๐—ฎ๐˜ ๐˜€๐˜‚๐—ป๐—ป๐—ฎ๐—ต/ ๐—บ๐˜‚๐˜€๐˜๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—ฏ

Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular, maka berobat menjadi sunnah baginya.

๐Ÿฏ. ๐—•๐—ฒ๐—ฟ๐—ผ๐—ฏ๐—ฎ๐˜ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ท๐—ฎ๐—ฑ๐—ถ ๐—บ๐˜‚๐—ฏ๐—ฎ๐—ต/ ๐—ฏ๐—ผ๐—น๐—ฒ๐—ต

Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat.

๐Ÿฐ. ๐—•๐—ฒ๐—ฟ๐—ผ๐—ฏ๐—ฎ๐˜ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ท๐—ฎ๐—ฑ๐—ถ ๐—บ๐—ฎ๐—ธ๐—ฟ๐˜‚๐—ต ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—บ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ ๐—ธ๐—ผ๐—ป๐—ฑ๐—ถ๐˜€๐—ถ

๐˜ข. ๐˜‘๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ต ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜จ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ง๐˜ข๐˜ข๐˜ต, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต ๐˜ด๐˜ช๐˜ข- ๐˜ด๐˜ช๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ต๐˜ข.

๐˜ฃ. ๐˜‘๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ข๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต๐˜ข, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ณ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ถ๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ด ๐˜๐˜ฃ๐˜ฏ๐˜ถ ๐˜ˆ๐˜ฃ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ด ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ข๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช.

๐˜ค. ๐˜‘๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ง๐˜ข๐˜ซ๐˜ช๐˜ณ/๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ป๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ  ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ด๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต๐˜ข, ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ข๐˜ข๐˜ต ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต.

๐˜ฅ. ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ต๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ต, ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ด๐˜ถ๐˜ข๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข.

Dan semua kondisi ini diisyaratkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka hukum berobat menjadi wajib atasnya.

๐Ÿฑ. ๐—•๐—ฒ๐—ฟ๐—ผ๐—ฏ๐—ฎ๐˜ ๐—›๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—บ


Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.

๐Ÿ“šWallahu a’lam.

__________

[1] Lisan al ‘Arab (bahasan ุทุจุจ)

[2] Al Mausu’ah al Fiqhiyah al Kuwaitiyah (11/116)

[3] Kasyaful Qina (2/76), al Adab asy Syar’iyyah (2/359), Hasyiah Ibn Abidin (5/215), al Hidayah Takmilah al Fath Qadir (8/134).

[4] Al Banayah Syarh al Hidayah (12/267)

[5] At Taudhih (1/355)

[6] Kasyf al Qina (4/7)

[7] Tuhfatul Muhtaj (3/182)

[8] Zaadul Ma’ad (4/15)

[9] Ahkamul Tadwiyah fisy Syari’atil Islamiyah hlm.27-28.

[10] Al Hawi al Kabir (2/251) 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Apa Sebenarnya Hukum Berobat?". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait