Ulama Yang Memuji Ibnu Arabi

Ulama Yang Memuji Ibnu Arabi

Ibnu Arabi disesatkan oleh banyak ulama. Itu benar. Tapi yang memujinya juga nggak kalah banyak. Justru, dalam tradisi kaum sufi, Ibnu Arabi itu digelari sebagai as-Syaikh al-Akbar.  Ulama-ulama besar al-Azhar yang ada sekarang, seperti Grand Syekh Ahmad at-Thayyib, Syekh Ali Jum'ah, Syekh Yusri, dan para pembesar tarekat sufi yang lain, itu justru mengagungkan Ibnu Arabi. 

Ust. AST mengutip banyak kutipan yang menyesatkan Ibn Arabi. Tanpa mengecek dari sumber primernya langsung. Yang dia kutip adalah sumber sekunder, dari sebuah buku yang sejak awal memang ingin menyerang Ibn Arabi. Saya sangat menyayangkan ini. Orang awam, dengan melihat kutipan yang terlihat banyak itu, akan menduga: wah ini loh Ibnu Arabi. Udah disesatin banyak ulama. Berarti akidahnya juga sesat semua dong! 

Faktanya tidak sesederhana itu, ustadz. Kenapa ulama-ulama tasawuf—dan mereka ahli di bidangnya—yang memuji Ibn Arabi tidak ikut disertakan? Beberapa pendapat Ibnu Arabi memang ada yang diduga bermasalah. Tapi kita perlu mendengarkan penjelasan dari para ahlinya. Seperti saya bilang, bahasa kaum sufi itu kadang bersifat simbolik. Maknanya kadang berbeda dg apa yang kita pahami. Pengetahuan mereka bersumber, antara lain, dari rasa dan pengalaman spiritual.

Kalau kita belum memasuki dunia mereka, saya sarankan untuk tidak gampang menyesatkan. Faktanya yang memuji Ibn Arabi itu adalah ulama-ulama besar juga. Ahli syariat. Sekaligus memahami ilmu hakikat. Kritik terhadap Ibn Arabi itu, kata guru saya, biasanya datang dari "ulama zahir." Atau dari orang-orang yang tidak bersuluk dalam dunia para sufi. Orang yang nggak paham memang wajar menunjukkan pengingkaran.

Banyak ibarat kaum sufi yang secara zahirnya menunjukkan kekufuran. Saya memilih berada di barisan para ulama yang mentakwil ungkapan mereka-mereka itu. Karena mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah. Cara semacam ini juga dilakukan oleh para ulama besar, seperti Imam al-Ghazali, Imam as-Sya'rani. Dan termasuk, dari kalangan muashir, ialah para ulama yang saya sebutkan tadi. Syekh Ramadhan al-Buthi pun, dalam salah satu ceramahnya, menempuh hal ini.

Guru saya pernah memberi nasihat agar tidak membaca buku-buku Ibn Arabi sendirian. Kecuali, kata beliau, sudah bersuluk selama puluhan tahun. Kalau nggak, pasti Anda akan salah paham. Apalagi kalau nggak punya mursyid. Belajar kepada ahlinya itu penting. Sebelum menghukumi sesat tokoh besar dalam tasawuf, lebih baik belajar dulu kepada ahlinya, menyimak penjelasan mereka. Kalau perlu, bersuluk seperti mereka. Saya nggak mampu. Karena itu lebih baik berbaik sangka saja kepada mereka.

Pertanyaan saya, dengan seluruh penghormatan saya kepada beliau, apakah Ust. AST sudah mendalami ilmu tasawuf dengan baik? Apakah beliau punya mursyid? Yang ikut tarekat tasawuf aja kadang dilarang untuk membaca karya Ibn Arabi, jika belum benar-benar bersuluk dengan baik. Lalu apakah beliau sudah menempuh jalan kaum arifin itu, meresapinya, dan membaca karya Ibn Arabi langsung sambil menyimak takwilan para ulama terhadap beberapa pendapatnya? Jika belum, lantas apakah layak kita menyesatkan tokoh besar dalam sebuah ilmu, tanpa mendalami terlebih dulu ilmu itu sendiri?

Baca juga kajian tentang Ibnu Arabi berikut :

Sumber FB Ustadz : Muhammad Nuruddin

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Ulama Yang Memuji Ibnu Arabi". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait