Menggugat Kesepakatan Para Ahli

Menggugat Kesepakatan Para Ahli

Menggugat kesepakatan para ahli bukanlah perkara yang ringan. Di samping membutuhkan amunisi intelektual, tapi juga harus ada ketangguhan secara mental. Kiai Imad datang dengan sebuah klaim besar dan sangat serius. Bahwa nasab Ba'alawi itu batal, terputus, dan karena itu pengakuan Ba'alawi adalah dusta atas nama kanjeng Nabi Saw. 

Sebagai orang yang tidak ahli ilmu nasab, saya mau tahu bagaimana kalau klaim itu diuji secara terbuka oleh para ahlinya. Kita ingin melihat itu. Dan, kalau perdebatan itu berlangsung secara argumentatif, saya yakin itu akan menjadi tontonan yang sangat mendidik bagi kedua belah pihak. Sayangnya itu tidak terjadi.

Andai saya jadi kiai Imad, saya akan berusaha sebisa mungkin untuk memenuhi undangan debat terbuka itu. Kalau merasa benar, kenapa harus takut? Kenapa harus mangkir dengan banyak alasan? Yang saya lihat beliau hanya bicara dengan orang-orang yang sealiran dengan dirinya saja. Dan itu banyak membuat orang kecewa.

Di sisi lain, saya salut dengan tim peneliti dari Rabithah Alawiyyah. Diskusi selama 9 jam untuk memaparkan bukti! Ingat, 9 jam itu bukan waktu yang sedikit. Dan ternyata itu masih berlangsung hingga hari ini. Waktu jadi mahasiswa saya pernah ikut lingkaran diskusi semacam itu. Rasanya cepek. Pening rasanya kepala ketika dengerin orang ngomong terus. 

Jadi, yang mereka lakukan itu adalah pekerjaan berat yang sangat layak untuk mendapatkan apresiasi. Dari sekian banyak narsum yang diundang, ternyata hanya guru gembul yang bersedia datang. Pikir saya, mungkin inilah contoh pejantan yang sejati itu. Siap mempertanggungjawabkan kesimpulan walau berada di kandang "lawan." 

Tapi masalahnya bukan itu sosok yang kita tunggu! Dari sini saja, kalau bagi saya pribadi, sudah terlihat jelas mana yang ingin jujur bersikap ilmiah dan mana yang tidak. Menggugat kesimpulan para alim itu boleh. Asal punya alasan sekaligus punya mental. Saya masih berharap suatu saat nanti ada diskusi yang dihadiri oleh kiai Imad langsung. 

Dari sudut metodologis, saya merasa puas dengan pemaparan tim Rabithah Alawiyyah (walau belum tuntas disimak semuanya). Dan sekarang sudah tidak memiliki keraguan lagi bahwa Ba'alawi adalah keturunan Nabi Saw yang sah. Bahwa ada oknum dari kalangan mereka, ya oknum mah di mana-mana juga ada. Bukan cuma Ba'alawi doang. 

Kalau ada orang membatalkan nasab Ba'alawi dengan merujuk pada prilaku oknum, itu mirip seperti orang yang menjelek2an pesantren gara2 melihat ada kiai yang cabul. Atau menjelek2an Islam gara2 ada Muslim yang jadi teroris. Atau mengkritik tasawuf gara2 ada orang yang menyalagunakan ajaran para sufi. Kira-kira itu logika yang sehat apa bukan?

Baca juga kajian tentang Nasab berikut :

Sumber FB Ustadz : Muhammad Nuruddin

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Menggugat Kesepakatan Para Ahli". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait