Lemah Lembut Dalam Dakwah
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Secara asal dakwah itu harus disampaikan dengan cara dan sarana yang baik. Dan diantara wujud nyata dari baiknya cara dalam menyampaikan dakwah adalah dengan perilaku dan tutur kata yang lemah lembut. Allah ta’ala berfirman :
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik.” (QS. An Nahl : 125)
Dan Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda :
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ditambahkan pada sesuatu kecuali akan memperindahnya. Dan tidaklah ia dihilangkan dari sesuatu kecuali akan merusaknya.” (HR. Muslim)
Ketika Rasulullah mengirimkan para da’i untuk berdakwah beliau menyampaikan pesan :
يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا
“Hendaklah kalian mempermudah dan jangan persulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.” (HR. Muslim)
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah ditanya oleh seseorang tentang cara bagaimana mengajak manusia (berdakwah), maka beliau menjawab :
يأمر بالرفق والخضوع، إن أسمعوه ما يكره لا يغضب فيكون يريد ينتصر لنفس
“Hendaklah ia mengajak manusia dengan kelembutan dan kerendahan. Dan kalau ia mendapatkan penolakan berupa ucapan yang jelek maka ia tidak boleh marah karena itu bentuk pembelaan diri (bukan membela dakwah).”[1]
Beliau juga berkata :
الناس يحتاجون إلى مداراةٍ ورفق في الأمر بالمعروف بلا غلظة إلا رجلاً مبايناً معلناً بالفسق والردى
"Manusia itu membutuhkan sikap keluwesan dan kelembutan dalam amar ma'ruf tanpa kekerasan, kecuali terhadap seseorang yang terang-terangan menunjukkan kefasikan dan keburukan."[2]
Hujjatul Islam al imam Ghazali rahimahullah berkata :
الرِّفْق بعباد الله عز وَجل والتلطف بهم فِي الدعْوَة إِلَى الله تَعَالَى وَالْهِدَايَة إِلَى سَعَادَة الْآخِرَة من غير إزراء وعنف
“Hendaknya bersikap lembut terhadap hamba-hamba Allah dan berbuat ramah kepada mereka dalam menyeru mereka kepada Allah ta'ala serta membimbing mereka menuju kebahagiaan akhirat tanpa merendahkan dan tanpa adanya kekerasan."[3]
Al imam Fakhrurrazi rahimahullah berkata :
أن الدعوة مع الرفق أكثر تأثيرا في القلب، أما التغليظ فإنه يوجب التنفير والبعد عن القبول
“Sesungguhnya dakwah dengan cara lemah lembut akan lebih mudah sampai ke hati, sedangkan cara yang kaku lagi keras akan menyebabkan orang berpaling dan enggan untuk menerima.”[4]
Imam Az Zarqani al Maliki rahimahullah berkata :
الدعوة ...وهو أن يدعو إليه بطريق الرفق والسهولة وإيراد الدلائل مرة بعد أخرى بأنواع كثيرة
"Berdakwah.. yaitu dengan menyeru kepada Allah lewat cara yang lembut dan mudah serta menyampaikan dalil-dalil berkali-kali dan dengan berbagai macam metode.”[5]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
لابد من هذه الثلاث: العلم والرفق والصبر، العلم قبل الأمر بالمعروف والرفق معه والصبر بعده
“Orang yang berdakwah harus memiliki tiga hal : Ilmu, kelembutan dan kesabaran. Ilmu digunakan sebelum menyampaikan, kelembutan digunakan saat menyampaikan dan kesabaran digunakan setelah menyampaikan.”[6]
Al imam Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
فيه الرفق بالجاهل وتعليمه ما يلزمه من غير تعنيف
"Dalam dakwah itu harus ada sikap lemah lembut terhadap orang-orang jahil dan mengajarkannya apa yang wajib ia ketahui tanpa perlu bersikap kasar."[7]
Al imam Hudhar Husain rahimahullah berkata :
من أدب الدعوة: الرفق في القول، واجتناب الكلمة الجافية؛ فإن الخطاب اللين قد يتألَّف النفوس الناشزة، ويدنيها من الرشد والإصغاء إلى الحجة أو الموعظة
"Di antara bentuk adab berdakwah adalah dengan kelembutan dalam ucapan dan menghindari kata-kata yang kasar; karena ucapan yang lembut dapat melunakkan jiwa yang keras dan mendekatkannya kepada petunjuk, serta membuat orang yang mendengarnya mau menerima argumen atau nasihat."[8]
Semoga bermanfaat
_______________
[1] Al Amru bil Ma’ruf lil Khallal hal. 50
[2] Al Amru bil Ma’ruf lil Khallal hal. 47
[3] Al Maqshud al Asna hal. 103
[4] Mafatih al Ghaib (13/33)
[5] Syarh az Zarqani ‘ala al Mawahib (10/194)
[6] Kitab al Amru bil Ma’ruf hal. 30
[7] Fath al Bari (1/355)
[8] Mausu’ah al A’mal Kamilah (2/31)
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq