Kenapa Kita Merayakan Maulid Nabi?

Kenapa Kita Merayakan Maulid Nabi?

Kenapa Kita Merayakan Maulid Nabi?

Kita telah berada di bulan Rabi'ul Awal. Bulan maulid Nabi. Bulan kelahiran Nabi. Pada bulan Rabi'ul Awal, dari tahun ke tahun, sejak pertama kali perayaan maulid ini dilakukan pada awal abad ketujuh hijriah, umat Islam di berbagai belahan dunia merayakannya dengan penuh kegembiraan dan suka cita.

Kenapa kita merayakan maulid?

Karena kelahiran Nabi Muhammad ke muka bumi ini adalah nikmat dan rahmat teragung yang Allah anugerahkan kepada kita. Perayaan maulid adalah bentuk syukur kita kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini. Dengan sebab beliau, kita mengenal Allah, satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah. Tuhan Pencipta segala sesuatu. Tuhan yang tidak menyerupai segala sesuatu. Tuhan yang tidak membutuhkan kepada segala sesuatu. Dengan sebab beliau, kita mengenal Islam, satu- satunya agama yang benar. Satu-satunya agama yang diridlai Allah. Agama yang dibawa dan diajarkan oleh seluruh nabi dan rasul.

Perayaan maulid adalah bentuk kecintaan kita kepada insan yang paling mulia dan makhluk yang paling utama, Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Melalui perayaan maulid kita diingatkan untuk terus mencintai Baginda Nabi. Melalui perayaan maulid, kita tanamkan pada diri umat Islam kecintaan kepada Nabi mereka, Nabi agung Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi yang cintanya kepada umat melebihi cinta mereka kepadanya.

Salah satu bukti cinta baginda kepada umatnya adalah sabda beliau:

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Maknanya: "Setiap nabi memiliki kesempatan berdoa yang dikabulkan, maka semua nabi meminta segera dengan doanya, dan aku simpan doaku sebagai syafa'at untuk ummatku di hari kiamat" (H.R. Muslim) 

Pada hari kiamat kelak, dikatakan kepada Baginda:

يَا مُحَمَّدُ سَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ

Maknanya: "Wahai Muhammad, mintalah maka engkau akan diberi, berilah syafa'at maka syafa'atmu akan diterima"

Baginda menjawab:

أَيْ رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي (رَوَاهُ النَّسَائِيُّ) 

Maknanya: "Wahai Tuhanku, umatku umatku" (HR an-Nasa'i)

Perayaan maulid di bulan Rabi'ul Awal mengingatkan kita akan keagungan baginda, keutamaannya, akhlaknya, perjuangannya, gambaran ketampanan dan keindahan jasad mulianya. Ketika dilantunkan puji-pujian kepadanya dan jamaah maulid mulai menyebut-nyebut namanya, biasanya kita akan terbawa suasana haru. Dalam hati kita berucap, "Andai saja aku mendapat kemuliaan bertemu dengan baginda, meskipun dalam mimpi."

Seorang mukmin sejati pasti merindukan baginda Nabi. Seorang mukmin sejati pasti-lah sangat ingin bertemu dengan baginda walaupun sekejap pandangan mata dalam mimpi.

Sahabat Bilal al-Habasyi radliyallahu 'anhu pernah memperoleh kemuliaan itu. Bilal pernah memperoleh kemuliaan bertemu dan melihat langsung baginda. Suatu ketika, ia melihat dalam mimpi wajah baginda yang memancarkan cahaya. Begitu terbangun, rasa rindu yang membuncah dan gelora cinta yang menyala-nyala memandunya untuk memacu hewan tunggangannya melewati gurun-gurun pasir yang tandus. la percepat perjalanannya di malam dan pagi hari, agar dapat segera sampai ke Madinah. Sesampainya di Madinah, ia lantas berdiri di dekat peraduan baginda, di dekat makamnya. Air mata pun mengalir deras dari kedua matanya. la tumpahkan air mata agar dapat meringankan kerinduan yang bergejolak di hati. Akan tetapi mana mungkin itu terjadi. Bilal-lah yang sebelum meninggal, melontarkan perkataan:

غَدًا نَلْقَى الْأَحِبَّةُ        مُحَمَّدًا وَصَحْبَهُ

"Besok di akhirat aku akan menemui orang-orang yang aku kasihi, yaitu Muhammad dan para sahabatnya."

Kenapa kita merayakan maulid? Karena kita ingin bersyukur kepada Allah atas kelahiran Nabi kita. Nabi Muhammad bahkan yang mengajarkan kepada kita untuk mensyukuri hari kelahirannya. Ketika ditanya tentang puasa sunnah hari Senin, beliau menjawab:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَأُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَيْهَقِيُّ فِي الدَّلَائِلِ) 

“Itu adalah hari di mana aku dilahirkan dan diturunkan wahyu pertama kepadaku” (HR Ahmad dan al-Baihaqi dalam Dala’il an-Nubuwwah)

Perayaan maulid adalah bentuk pengamalan terhadap hadits: 

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ) 

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia” (HR al-Bukhari) 

Peringatan maulid adalah salah satu sarana untuk menanamkan dan menebarkan cinta terhadap Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam kepada lintas generasi, agar mereka terpaut hati dengannya. Bahkan peringatan maulid termasuk salah satu amal yang paling utama karena menuntun kita menuju cinta yang mulia ini. Yaitu cinta kepada insan pilihan yang telah datang menyelamatkan umat manusia dari kesesatan, kezaliman, kejahiliahan, kemusyrikan dan kekufuran. Baginda Nabi bersabda yang maknanya:

Aku adalah Muhammad dan aku adalah Ahmad. Aku adalah al-Mahi (sang penghapus) yang denganku Allah menghapus kekufuran. Aku adalah al- Hasyir yang orang-orang akan dikumpulkan di padang mahsyar di belakangku. Dan aku adalah al-'Aqib yang tidak ada seorang pun yang diangkat menjadi nabi setelahku" (HR al-Bukhari dan Muslim) 

Melalui peringatan maulid, kita belajar, mengajarkan dan saling mengingatkan bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling mulia. Beliau-lah yang mengajarkan dan mengingatkan kita akan kemuliaan dirinya dalam sabdanya yang maknanya:

"Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Isma'il, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah dan memilih dari Quraisy Bani Hasyim dan memilihku dari Bani Hasyim" (HR Muslim)

Dengan mengetahui ketinggian derajat dan kemuliaannya, in sya Allah cinta dan pengagungan kita kepadanya semakin menguat dan mendalam. Cinta inilah yang akan mendorong kita untuk menjalankan perintahnya dan mengikuti ajaran-ajarannya.

Dalam peringatan maulid, kita belajar dan mengajarkan tentang ciri-ciri fisik mulia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Barang siapa yang melihatnya dalam mimpi, sungguh ia akan melihatnya dalam keadaan jaga sebagaimana sabda Baginda:

مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي الْيَقَظَةِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ) 

Maknanya: "Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan jaga" (HR al-Bukhari dan Muslim) 

Dalam peringatan maulid ada pembacaan sirah nabawiyyah (sejarah hidup Nabi). Disebutkan bahwa Nabi tumbuh dalam keadaan yatim. Maka keyatiman seseorang jangan sampai menghalanginya untuk berakhlak dengan akhlak-akhlak Nabi dan beradab dengan adab- adabnya. Dalam pembacaan terhadap sejarah hidup Nabi, kita belajar kejujuran dari aktivitas dagangnya. Betapa beliau adalah orang yang sangat jujur dalam berniaga sehingga keberkahan begitu tampak pada hartanya. Dalam pembacaan terhadap sejarah hidup beliau, para da'i belajar berbagai metode dakwah dari baginda. Beliau memulai dakwah sendirian, menyeru dan mengajak kepada Islam hingga agama yang mulia ini menyebar ke seluruh penjuru jazirah arab. Estafet dakwah sepeninggal beliau dilanjutkan oleh para sahabatnya. Hingga Islam menyebar ke berbagai belahan dunia. Dalam pembacaan terhadap sejarah hidupnya, terdapat pelajaran bagi ummat untuk berakhlak dengan akhlak yang mulia. Nabi bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُ تَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ رَوَاهُ الْبَزَّارُ وَالْبَيْهَقِيُّ)

Maknanya: "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia" (HR al-Bazzar dan al-Baihaqi)

Dalam rangkaian acara peringatan maulid Nabi, banyak sekali perbuatan baik yang dianjurkan oleh syariat, seperti pembacaan ayat al- Qur'an, sedekah makanan, doa bersama dan menjadi ajang silaturrahmi serta mengokohkan simpul-simpul tali persaudaraan antar sesama umat Islam. Dan tentu saja menjadi sebuah kegiatan untuk memperbanyak bacaan shalawat sebagaimana diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب: ٥٦)

Maknanya: "Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya" (QS. Al-Ahzab: 56)

Semoga bermanfaat 

Sumber FB : Ahlussunah W aljamaah Riau

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Kenapa Kita Merayakan Maulid Nabi?". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait