๐๐๐๐จ๐ ๐๐๐๐ง ๐๐๐๐๐ ๐๐ฌ๐๐ง ๐ฏ๐ฏ ๐ฆ๐จ๐ฅ๐๐ ๐๐ ๐๐๐ญ๐๐
Afwan kiyai mohon penjelasan sebenarnya tentang makna ahli bait yang ada di dalam al Qur’an.
๐๐ฎ๐๐ฎ๐ฏ๐ฎ๐ป
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Ahlu bait secara bahasa artinya pemilik rumah atau keluarga. Bisa keluarga siapapun. Seperti lafadz doa yang dibaca ketika seseorang masuk ke dalam rumah kosong, bangunan atau masjid yang sedang tidak ada orang :
ุงูุณูุงู ุนูููุง ูุนูู ุนุจุงุฏ ุงููู ุงูุตุงูุญูู، ุงูุณูุงู ุนูููู ุฃูู ุงูุจูุช ูุฑุญู ุฉ ุงููู ูุจุฑูุงุชู
“Salam sejahtera kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih. Salam sejahtera kepada ahli bait (penghuni rumah) berikut rahmat Allah dan juga keberkahannya.”[1]
Dalam al Qur’an ada dua ayat yang menyebut istilah ahlil bait. Yang pertama adalah surah Hud ayat 33 yang berbunyi :
َูุงُููุง ุฃَุชَุนْุฌَุจَِูู ู ِْู ุฃَู ْุฑِ ุงَِّููู ุฑَุญْู َุชُ ุงَِّููู َูุจَุฑََูุงุชُُู ุนََُْูููู ْ ุฃََْูู ุงْูุจَْูุชِ ุฅَُِّูู ุญَู ِูุฏٌ ู َุฌِูุฏٌ
“Mereka berkata: ‘Apakah kamu heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan berkah-Nya dicurahkan kepada kamu, wahai Ahlul Bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Ayat di atas berkaitan dengan nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Sehingga yang dimaksud dengan ahlil bait di ayat tersebut tentu adalah keluarga beliau.
Sedangkan ayat kedua yang menyebut istilah ahlil bait adalah firman Allah ta’ala dalam surah al Ahzab ayat 33:
ุฅَِّูู َุง ُูุฑِูุฏُ ุงَُّููู ُِููุฐِْูุจَ ุนَُููู ُ ุงูุฑِّุฌْุณَ ุฃََْูู ุงْูุจَْูุชِ َُููุทَِّูุฑَُูู ْ ุชَุทِْููุฑًุง
"Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya."
Dan istilah Ahlul Bait atau Ahlil Bait yang sering ditanyakan biasanya merujuk kepada ayat ini. Dan ayat 33 dari surah al Ahzab tersebut berkaitan erat dengan keluarga Nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Makna Ahlul Bait dalam surah al Ahzab ayat 33
Jika kita membuka kitab tafsir dan juga fiqih, maka kita akan jumpai bahwa mengenai makna ahlu bait di ayat tersebut, ulama berbeda pendapat lumayan tajam tentang siapa saja mereka. Namun secara umum terbagi menjadi tiga pendapat populer sebagai berikut :
๐ญ. ๐จ๐บ๐บ๐ฎ๐ต๐ฎ๐๐๐น ๐ ๐๐ธ๐บ๐ถ๐ป๐ถ๐ป
Sebagian besar ulama tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ahlu bait dalam ayat tersebut adalah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wassallam seperti yang dipilih oleh imam Ibnu Katsir, Ibnu Jauzi, Ath Thabari dan lainnya.[2] Pendapat ini didasarkan kepada beberapa dalil. Al Imam Thabari rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya :
ุญุฏุซูุง ุงุจู ุญู ูุฏ، ูุงู: ุซูุง ูุญูู ุจู ูุงุถุญ، ูุงู: ุซูุง ุงูุฃุตุจุบ، ุนู ุนููู ุฉ، ูุงู: ูุงู ุนูุฑู ุฉ ููุงุฏู ูู ุงูุณูู (ุฅَِّูู َุง َูุฑِูุฏُ ุงَُّููู ُِููุฐِْูุจَ ุนَُْููู ُ ุงูุฑِّุฌْุณَ ุฃََْูู ุงْูุจَْูุชِ َُููุทَِّูุฑَُูู ْ ุชَุทِْููุฑًุง) ูุงู: ูุฒูุช ูู ูุณุงุก ุงููุจู ุตََّูู ุงููู ุนََِْููู َูุณََّูู ุฎุงุตุฉ
“Menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, dari Yahya bin Wadhih, dari Asbagh, dari Alqamah dia berkata : Adalah Ikrimah menyeru di pasar : ‘Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya.’ Lalu berkata : Ayat ini turun secara khusus untuk istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wassallam.”[3]
Al imamas Sakhawi rahimahullah ketika menjelaskan ayat di atas berkata :
ูููู ุฏููู ุนูู ุฃู ูุณุงุก ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ู ู ุฃูู ุจูุชู
“ …Padanya ada dalil bahwa istri-istri Nabi shalallahu’alaihi wassallam adalah ahli baitnya.”[4]
Pendapat ini juga didasarkan sesuai dengan rentetan ayat-ayat lainnya sebelum dan sesudahnya, yang memang sedang membicarakan Ummahatul Mukminin.[5]
๐ฎ. ๐๐ฎ๐๐ถ๐บ๐ฎ๐ต, ๐๐น๐ถ, ๐๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐๐๐๐ฎ๐ถ๐ป
Pendapat selanjutnya menyatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut sebagai ahli bait adalah Ali bin Abi Thalib, Fatimah serta kedua putranya yakni Hasan dan Husain.[6] Dasar pendapat ini adalah adanya Hadits Kisa' (Hadits Selimut) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah di nama Nabi ๏ทบ menyelimuti mereka di bawah kain dan mendoakan mereka agar disucikan oleh Allah.
Hadits tersebut berbunyi :
ุนَْู ุฃُู ِّ ุณََูู َุฉَ، َูุงَูุชْ: ุฅَِّู ุงَّููุจَِّู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู َ ุฌَََّูู ุนََูู ุงْูุญَุณَِู َูุงْูุญُุณَِْูู َูุนٍَِّูู ََููุงุทِู َุฉَ ِูุณَุงุกً ุซُู َّ َูุงَู: ุงَُّูููู َّ َูุคَُูุงุกِ ุฃَُْูู ุจَْูุชِู َูุฃَุฐِْูุจْ ุนَُْููู ُ ุงูุฑِّุฌْุณَ َูุทَِّูุฑُْูู ْ ุชَุทِْููุฑًุง. َูุงَูุชْ ุฃُู ُّ ุณََูู َุฉَ: َُْูููุชُ َูุง َูุจَِّู ุงَِّููู َูุฃََูุง ؟ َูุงَู: ุฃَْูุชِ ุนََูู ู ََูุงِِูู َูุฃَْูุชِ ุนََูู ุฎَْูุฑٍ
Dari Ummu Salamah, ia berkata: "Sesungguhnya Nabi shalallahu’alaihi wassalam menutupi Hasan, Husain, Ali, dan Fatimah dengan kain, lalu beliau berdoa: 'Ya Allah, mereka inilah Ahlul Baitku, maka hilangkanlah dari mereka dosa dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.' Kemudian Ummu Salamah bertanya, 'Wahai Nabi Allah, bagaimana dengan aku?' Beliau menjawab, 'Engkau berada di tempatmu dan engkau berada dalam kebaikan.'" (HR. Tirmidzi)
Hadits yang serupa juga dikeluarkan oleh imam Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah berikut ini :
ุนَْู ุนَุงุฆِุดَุฉَ ุฃََّู ุฑَุณَُูู ุงَِّููู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู َ ุฎَุฑَุฌَ ุบَุฏَุงุฉً َูุนََِْููู ู ِุฑْุทٌ ู ُุฑَุญٌَّู ู ِْู ุดَุนَุฑٍ ุฃَุณَْูุฏَ، َูุฌَุงุกَ ุงْูุญَุณَُู ุจُْู ุนٍَِّูู َูุฃَุฏْุฎََُูู، ุซُู َّ ุฌَุงุกَ ุงْูุญُุณَُْูู َูุฏَุฎََู ู َุนَُู، ุซُู َّ ุฌَุงุกَุชْ َูุงุทِู َุฉُ َูุฃَุฏْุฎَََููุง، ุซُู َّ ุฌَุงุกَ ุนٌَِّูู َูุฃَุฏْุฎََُูู، ุซُู َّ َูุงَู: (ุฅَِّูู َุง ُูุฑِูุฏُ ุงَُّููู ُِููุฐِْูุจَ ุนَُْููู ُ ุงูุฑِّุฌْุณَ ุฃََْูู ุงْูุจَْูุชِ َُููุทَِّูุฑَُูู ْ ุชَุทِْููุฑًุง
"Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam keluar suatu pagi dengan mengenakan kain yang terbuat dari bulu hitam. Kemudian datanglah Hasan bin Ali, dan Nabi memasukkannya di bawah kain itu. Lalu datanglah Husain, dan Nabi memasukkannya juga. Kemudian datanglah Fatimah, dan beliau memasukkannya. Setelah itu datanglah Ali, dan beliau ๏ทบ memasukkannya juga. Lalu Nabi shalallahu’alaihi wassallam bersabda: "Sesungguhnya Allah hanya berkehendak untuk menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya."
๐ฏ. ๐จ๐บ๐บ๐ฎ๐ต๐ฎ๐๐๐น ๐ ๐๐ธ๐บ๐ถ๐ป๐ถ๐ป ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐ธ๐ฒ๐น๐๐ฎ๐ฟ๐ด๐ฎ ๐ก๐ฎ๐ฏ๐ถ ๐๐ฎ๐ฎ๐ ๐ถ๐๐
Pendapat ketiga ini menggabungkan antara pendapat pertama dan kedua. Yakni yang dimaksud dengan ahlul bait dalam ayat adalah seluruh istri Nabi shallallahu’alaihi wassallam sekaligus keluarga beliau yang ada saat itu, yang diwakili oleh Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.[7]
Al imam Fakhrurrazi rahimahullah berkata :
ูุงูุฃููู ุฃู ููุงู ูู ุฃููุงุฏู ูุฃุฒูุงุฌู ูุงูุญุณู ูุงูุญุณูู ู ููู ูุนูู ู ููู ูุฃูู ูุงู ู ู ุฃูู ุจูุชู ุจุณุจุจ ู ุนุงุดุฑุชู ุจุจูุช ุงููุจู ุนููู ุงูุณูุงู ูู ูุงุฒู ุชู ูููุจู
"Yang lebih utama untuk dikatakan adalah bahwa yang disebut Ahlul Bait adalah anak-anaknya (Nabi), istri-istrinya, dan Hasan serta Husain termasuk di antara mereka. Ali juga termasuk di antara mereka karena ia adalah bagian dari keluarganya disebabkan hubungannya melalui pernikahan dengan putri Nabi dan kedekatannya yang terus-menerus dengan Nabi shallallahu’alaihi wassallam."[8]
๐ฐ. ๐ฆ๐ฒ๐น๐๐ฟ๐๐ต ๐๐บ๐ฎ๐ ๐๐๐น๐ฎ๐บ
Pendapat keempat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ahlul bait di ayat tersebut adalah seluruh orang-orang beriman yang shalih. Lewat ayat ini Allah menjanjikan kesucian dalam artian diampuni dosa-dosanya dengan sebab keimanan mereka.
Makna disucikan di sini bisa juga berarti bahwa syariat Islam datang untuk menyucikan kaum muslimin dengan ajarannnya yang bukan hanya menyucikan batin tapi juga dzahir mereka dengan adanya syariat wudhu, istinja’ manda dan lainnya.[9]
๐๐๐๐ถ๐น๐ฎ๐ต ๐๐ฒ๐ฟ๐๐ฝ๐ฎ
Selain istilah ahlu bait yang telah dijelaskan, ada juga istilah Ali Muhammad, atau ahli bait Rasulillah yang artinya kerabat Nabi Shallallahu’alauhi wassallam. Mereka ini memiliki ketentuan syariat yang khusus dimana mereka tidak boleh menerima zakat dan beberapa ketentuan lainnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh al imam Syafi’i rahimahullah :
ูุขู ู ุญู ุฏ ุงูุฐูู ุชุญุฑู ุนูููู ุงูุตุฏูุฉ ุงูู ูุฑูุถุฉ ุฃูู ุงูุฎู ุณ، ููู ุฃูู ุงูุดุนุจ، ููู ุตูุจูุฉ ุจูู ูุงุดู ูุจูู ุงูู ุทูุจ
“Adapun keluarga Muhammad adalah mereka yang diharamkan menerima zakat dan mereka mendapatkan seperlima dari harta rampasan perang.
Siapa yang dimaksud dengan keluarga atau kerabat Nabi dalam istilah ini ?
๐ญ. ๐ฆ๐ฒ๐น๐๐ฟ๐๐ต ๐ธ๐ฒ๐น๐๐ฎ๐ฟ๐ด๐ฎ ๐ก๐ฎ๐ฏ๐ถ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ฏ๐ฒ๐ฟ๐ถ๐บ๐ฎ๐ป
Sebagian pendapat ulama mengatakan bahwa mereka adalah seluruh keluarga Nabi shallallahu’alaihi wassallam yang beriman kepada risalah Islam yang beliau bawa. Baik itu istri-istri beliau, pamannya, anaknya, cucunya bahkan hingga beberapa orang dan budak-budak yang dimerdekakan oleh keluarga Nabi shallallahu’alaihi wassallam. Disebutkan dalam sebuah hadits :
ุฅَِّูุง ุขُู ู ُุญَู َّุฏٍ َูุง ุชَุญُِّู ََููุง ุงูุตَّุฏََูุฉُ َูู ََْููู ุงَْْูููู ِ ู ُِْููู ْ
“Sesungguhnya Kami Keluarga Muhammad tidak halal bagi Kami menerima Shadaqah demikian juga para budak-budak yang dimerdekakan dari mereka ( keluarga Muhammad ) .” (HR. Ahmad)
Zaid bin Arqam radhiyallahu’anhu pernah ditanya tentang siapa saja keluarga Nabi, maka beliau menjawab :
ูู ุขُู ุนِّูู ูุขู ุนَِููู ูุขู ุฌุนูุฑ، ูุขู ุนุจุงุณ ุฑَุถَِู ุงَُّููู ุนَْููู
“Mereka adalah keluarganya Ali, keluarganya Aqil, keluarganya Abas radhiyallahu’anhum.”[10]
๐ฎ. ๐๐ฎ๐ป๐ถ ๐๐ฎ๐๐๐ถ๐บ ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐ฏ๐ฎ๐ป๐ถ ๐๐ฏ๐ฑ๐๐น ๐ ๐๐๐ต๐ฎ๐น๐ถ๐ฏ
Pendapat selanjutnya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ahlul bait itu adalah seluruh kerabat Nabi shallallahu’alaihi wassallam dari bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib. Al imam Nawawi rahimahullah berkata :
ูุขู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุจูู ูุงุดู ูุจูู ุงูู ุทูุจ. ูุต ุนููู ุงูุดุงูุนู ุฑุญู ู ุงููู
“Yang dimaksud dengan Ali Muhammad adalah bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib. Dan ini juga adalah pendapat dari imam Syafi’i.”[11]
Pendapat ini didasarkan kepada sebuah hadits dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu Anhu dia berkata:
ู َุดَْูุชُ ุฃََูุง َูุนُุซْู َุงُู ุจُْู ุนََّูุงَู ุฅَِูู ุฑَุณُِูู ุงَِّููู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู َ ََُْููููุง : َูุง ุฑَุณَُูู ุงَِّููู ุฃَุนْุทَْูุชَ ุจَِูู ุงْูู ُุทَِّูุจِ َูุชَุฑَْูุชََูุง ََููุญُْู َُููู ْ ู َِْูู ุจِู َْูุฒَِูุฉٍ َูุงุญِุฏَุฉٍ ؟! ََููุงَู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู َ : ุฅَِّูู َุง ุจَُูู ุงْูู ُุทَِّูุจِ َูุจَُูู َูุงุดِู ٍ ูุบูุฑูู ุง ุดَْูุกٌ َูุงุญِุฏٌ
“Aku dan Utsman bin ‘Affan berjalan menuju kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan kami mengatakan : Wahai Rasulullah engkau telah memberikan bagian kepada Bani Abdul Muthallib dan engkau meninggalkan kami padahal antara kami dan mereka di sisimu mempunyai kedudukan yang sama ? Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : ‘Sesungguhnya Bani Abdul Muthallib dan Bani Hasyim dan yang selain keduanya adalah sama kedudukannya.” (HR. Bukhari)
๐ฃ๐ฒ๐ฟ๐ฏ๐ฒ๐ฑ๐ฎ๐ฎ๐ป ๐ฎ๐ป๐๐ฎ๐ฟ๐ฎ ๐๐ต๐น๐๐น ๐๐ฎ๐ถ๐ ๐ฑ๐ฎ๐น๐ฎ๐บ ๐ฎ๐๐ฎ๐ ๐ฑ๐ฒ๐ป๐ด๐ฎ๐ป ๐๐น๐ถ ๐ฅ๐ฎ๐๐๐น๐ถ๐น๐น๐ฎ๐ต
Meski antara keduanya sering disamakan, tapi yang jelas tentu berbeda antara yang dimaksud ahlul bait di dalam ayat dengan istilah ahlul bait yang merujuk kepada pengertian keluarga Nabi dari keluarganya juga anak keturunan bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.
Ayat surah al Azhab 33 itu merupakan jaminan Allah ta’ala akan kesucian ahlil bait, yakni istri-istri beliau dan juga putri nabi yang bernama Fatimah, cucunya dan menantunya, yang mana jaminan itu tidak berlaku untuk orang selain mereka. Demikian juga dengan makna tafsiran lain bahwa ahlil bait adalah orang-orang shalih dari kaum muslimin yang akan Allah sucikan dari kesyirikan dan akan diampuni dosanya dengan sebab keimanan mereka.
Sedangkan istilah Ali Rasulillah, atau Itrah Nabi atau kadang juga menggunakan istilah ahli bait Nabi, adalah mereka yang dalam syariat memiliki aturan seperti yang telah dijelaskan, seperti tidak menerima zakat dan berhak atas ghanimah.
Wallahu a’lam.
________________
[1] Al Mausu’ah al Fiqhiyah al Kuwaitiyah (25/171)
[2] Tafsir Ibnu Katsir (6/415), Zadul Maisir (3/462)
[3] Tafsir ath Thabari (20/267)
[4] Tafsir Qur’an al Adzim (2/144)
[5] Al Mausu’ah al Fiqhiyah al Kuwaitiyah (6/268)
[6] Tafsir ath Thabari (20/263)
[7] Zadul Maisir (3/463)
[8] Mafatih al Ghaib (25/168)
[9] Al Itihajahut Tafsir (1/114)
[10] Al Lubab fi Ulum al Kitab (17/191)
[11] Raudhatut Thalibin (1/263)
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq