Dua Syaikh Wahhabi Bentrok Soal Sifat Ragu

Dua Syaikh Wahhabi Bentrok Soal Sifat Ragu

🔰 DUA SYAIKH WAHHABI MUJASSIM BENTROK SOAL SIFAT RAGU

Oleh: Siti Aisyatul Mabrurah Al Hamaamuh

Note: Bentroknya dua Syaikh Wahhabi.

Versi: Menisbatkan sifat Taraddud pada Allah.

Telah terjadi bentrok antara dua king pro player wahhabi yaitu antara Syaikh Ibnu Baz dengan Syaikh Ibnu Utsaimin. Bentrok terjadi karena mereka berbeda pendapat dalam Ushul aqidah yakni soal apakah Allah memiliki sifat ragu?

Bagi yang belum tahu, Taraddud atau ragu adalah:

Al Imam Ali Mulla Al Qari (W 1014 H) mengatakan:

قيل التردد هو التخير بين أمرين لا يدري أيهما أصلح

Artinya: Dikatakan taraddud adalah keraguan memilih diantara dua perkara yang tidak diketahui mana yang paling baik diantara keduanya.

[Mirqatul Mafaatih: 5/144]

Menurut Syaikh Ibnu Baz; Allah memiliki sifat ragu yang kaifiyyah nya hanya Allah saja yang tahu dan sifat Taraddud atau keraguan Allah tidak menyerupai seperti sifat keraguan nya makhluk.

Syaikh Ibnu Baz Al Wahhabi mengatakan:

كراهية الموت

س : ما صحة حديث : « وما ترددت في شيء أنا فاعله ترددي عن قبض نفس عبدي المؤمن يكره الموت وأكره مساءته ولا بد له منه » ؟

ج : هذا من حديث صحيح عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي رواه البخاري في صحيحه وأوله : « يقول الله عز وجل : « من آذى لي ولياً فقد آذنته بالحرب. والتردد وصف يليق بالله تعالى لا يعلم كيفيته إلا هو سبحانه وليس كترددنا ، والتردد المنسوب لله لا يشابه تردد المخلوقين بل هو تردد يليق به سبحانه كسائر صفاته جل وعلا

Artinya: Membenci kematian.

Soal: Apakah sahih hadist ini: Aku tidak pernah ragu dalam suatu perkara yang hendak Aku lakukan seperti keraguan-Ku dalam mencabut nyawa seorang hamba-Ku mukmin ia benci kematian sedang Aku tidak ingin menyakitinya tetapi beginilah seharusnya ?

Jawab: Ini merupakan dari hadist sahih yang diriwayatkan dari Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Annabi yang Al Bukhari meriwayatkan nya didalam kitab sahihnya dan awalan hadistnya: Barang siapa yang menyakiti waliku maka aku nyatakan perang padanya. - Keraguan merupakan sifat yang merupakan sebagai dari sifat sifat (Allah) dan keraguan adalah sifat yang layak bagi Allah Ta'ala. Tidak ada yang mengetahui bagaimana-nya kecuali hanya Allah, yang pasti bukan seperti keraguan kita. Keraguan yang disematkan kepada Allah tidak seperti keraguan makhluk. Melainkan ia merupakan keraguan yang layak pada nya Subhanahu seperti sebagian sifat sifatnya Jalla Wa Alaa.

[Majmu' Fatawa Wa Maqalat Al Mutanawwa'ah: 9/417]

Namun, menurut Syaikh Ibnu Utsaimin; Tidak boleh menetapkan sifat ragu kepada Allah secara mutlak.

Sedangkan bagi Syaikh Ibnu Utsaimin Al Wahhabi, adalah:

إثبات التردد لله عَزَّ وجَلَّ على وجه الإطلاق لا يجوز، لأن الله تعالى ذكر التردد في هذه المسألة: (( ما ترددت عن شيء أنا فاعله كترددي عن قبض نفس عبدي المؤمن )) ، وليس هذا التردد من أجل الشك في المصلحة، ولا من أجل الشك في القدرة على فعل الشيء، بل هو من أجل رحمة هذا العبد المؤمن، ولهذا قال في نفس الحديث: (( يكره الموت، وأكره إساءته، ولابد له منه )) . وهذا لا يعني أنَّ الله عَزَّ وجَلَّ موصوف بالتردد في قدرته أو في علمه.

Artinya: Menetapkan sifat ragu kepada Allah Azza wa Jalla secara mutlak itu tidak boleh. Karena sesungguhnya Allah menyebutkan keraguan dalam persoalan ini: "Aku tidak pernah ragu dalam suatu perkara yang hendak Aku lakukan seperti keraguan-Ku dalam mencabut nyawa seorang hamba-Ku mukmin". Dan keraguan disini bukanlah dari segi keraguan dalam sebuah maslahat juga bukan ragu dari segi kuasa atas melakukan sesuatu. Melainkan dari segi kasih sayang kepada hamba yang beriman ini. Karena inilah allah berkata didalam kandungan hadist tadi: "ia benci kematian sedang Aku tidak ingin menyakitinya tetapi beginilah seharusnya". Dan ini juga tidak boleh bahwasanya Allah Azza wa Jalla di sifati dengan keraguan didalam kekuasaan nya atau didalam ilmunya.

[Liqaul Bab Al Maftuh: 13/59 - https://ketabonline.com/ar/books/2950/read?part=1&page=94...]

Tapi, pada akhirnya muncullah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang melerai pertikaian mereka berdua dalam konflik ini yang mana ahli sunnah wal jama'ah menyatakan;

Al Imam Abil Abbas Al Qurafi (W 684 H) mengatakan:

قال العلماء: التردد على الله تعالى محال

Artinya: Ulama mengatakan: Taraddud atas Allah adalah mustahil.

[Al Furuq: 3/123]

Al Imam Badruddin Azzarkasyi Assyafii (W 794 H) mengatakan:

ومعلوم أن التردد محال في حقه تعالى

Artinya: Dan sudah maklum (diketahui secara umum) bahwasanya taraddud merupakan kemustahilan dalam haqnya Allah taala.

[Al Bahrul Muhith: 1/371]

Al Imam Badruddin Al Aini Al Hanafi (W 855 H) mengatakan:

وقال الخطابي : التردد في حق الله غير جائز

Artinya: Al Imam Al Khattabi (W 388 H) mengatakan: Taraddud dalam haqnya Allah adalah tidak boleh.

[Umdatul Qari Syarah Sahih Al Bukhari: 23/138]

Al Imam Ali Mulla Al Qari (W 1014 H) mengatakan:

وهو محال على الله سبحانه

Artinya: Dan ia (Taraddud) mustahil atas Allah Subhanahu.

[Mirqatul Mafaatih: 5/144]

Al Imam Syihabudin Ibnu Hajar Al Haitami (W 974 H) mengatakan:

والنقص على الله تعالى محال

Artinya: Dan sifat sifat kekurangan atas Allah taala adalah mustahil.

[Fathul Mubin Syarah Al Arbain: 567]

Kesimpulannya adalah bagi kami Ahli Sunnah Wal Jamaah Assyairah wa Maturidiyyah adalah Taraddud bukanlah sifat Allah secara mutlak dan Taraddud mustahil pada sifat Allah. Namun, disisi wahhabi masih menjadi simpang siur yang tiada henti hingga saat ini. Dan aneh bin ajaib nya adalah larva larva wahhabi tidak ada yang berani untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah diantara mereka berdua.

Selesai

© ID Cyber aswaja.

Sumber FB : ID Cyber Aswaja

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Dua Syaikh Wahhabi Bentrok Soal Sifat Ragu". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait