Abu Utsman Asshobuni Adalah Asyari

ABU UTSMAN ASSHOBUNI ADALAH ASYARI

🔰 ABU UTSMAN ASSHOBUNI ADALAH ASY'ARI.

Oleh Ustadz : M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.

Note: Kritik balas untuk Rozaimi Ramle.

Saya harap kebodohan para ustadz wahhabi Malaysia ini perlu segera dihentikan. Sebab, dia telah menabur dusta dusta demi menuruti hawa nafsu nya saja. Demi menolak fakta bahwa Al Imam Wa Syaikhul Islam Abu Utsman Asshabuni adalah seorang Asy'ari dia rela menulis postingan yang tiada guna seperti itu. Kami jelaskan sebagaimana berikut;

1. Menjawab Syubhat Rozaimi Ramle.

Anda membandingkan aqidah kami Assya'irah dengan aqidah imam Asshabuni. Maka, mari kami tunjukkan aqidah kami sebagaimana berikut;

Al Imam Abil Hasan Al 'Asyari (W 324 H) berkata:

إِنَّ اللهَ على عرشه كما قال: (الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوى ، وإن له يدين بلا كيف كما قال: خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ) [ ص: ٧٥] ، وإن له عينين بلا كيف كما قال : تجري بأعْيُنِنَا) [القمر: ١٤] ، وإن له وجها بلا كيف كما قال : ويبقى وَجْهُ رَبِّكَ.

Artinya: Allah diatas Arsy nya sebagai yang firmannya: Arrahman Alal Arssyistawa, dan ia mempunyai kedua tangan tanpa Kaif, sebagaimana firman-nya: Khalaqtu Biyadi, dan ia memiliki kedua mata tanpa Kaif, sebagaimana firman-nya: Tajrii Bi'ayuninaa, dan ia memiliki wajah tanpa Kaif, seperti firmannya: Wa Yabqaa Wajhu Rabbika.

[Al Ibaanah: 183]

Kami Assya'irah Wa Maturidiyyah mengimani semua sifat Allah taala tanpa Kaif, tanpa tafsir, tanpa tajsim, tanpa tasybih, tanpa ta'thil dan tanpa menyelami maknanya. Kami, Tawaqquf sebab sifat tauhid adalah TAUQIFIYYAH.

Dan kalau kami katakan Allah ada tanpa tempat. Berarti lawan kami adalah kelompok Wahhabiyyah, Mujassimah, Musyabbihah, Karramiyah, Hayswiyyah, Syiah dan golongan sesat lainnya. Seperti Syaikh Ibnu Utsaimin Al Wahhabi berikut.

Syaikh Ibnu Utsaimin Al Wahhabi berkata:

وفي حديث الجارية من صفة الله: ﺇثبات المكان لله وﺃنه في السماء

Artinya: Dan didalam hadist Jariyah: Merupakan penetapan tempat kepada Allah dan sesungguhnya Allah diatas langit.

[Majmu' Fatawa Libni Utsaimin: 4/287]

Al Imam Ibnu Asakir (W 571 H) mengatakan:

وقالت الحشوية والمجسمة انه سبحانه حال في العرش وان العرش مكان له وهو جالس عليه فسلك طريقة بينهما فقال كان ولا مكان مخلق العرش والكرسي ولم يحتج الى مكان وهو بعد خلق المكان كما كان قبل خلقه ،

Artinya: Golongan Hasywiyyah dan Mujassimah berkata: Bahwasanya Allah di Arasy dan arasy merupakan tempat yang dimilikinya dan dia duduk diatasnya. Maka, imam Abil Hasan memilih jalan tengah antara keduanya lalu ia berkata: Allah sudah ada tanpa tempat, ia pencipta Arasy dan kursi namun ia tidak butuh pada tempat dan ia setelah menciptakan tempat ia sama seperti sebelum menciptakan nya.

[Tabyiinu Kadzib Al Muftari: 150]

Orang orang yang seperti itulah yang kami bantah. Sebab, orang seperti itu banyak sekali berlindung dalam madzhab Imam Ahmad bin Hanbal.

Al Imam Taajuddiin Assubki (W 771 H) berkata:

ورأيته بخط الشيخ تقي الدين ابن الصلاح : إمامان ابتلاهما الله بأصحابهما وهما بريئان منهم ، أحمد بن حنبل ابتلي بالمجسمة ، وجعفر الصادق ابتلي بالرافضة

Artinya: Dan Aku melihat catatan Syaikh Taqiyuddin Ibnu Sollah (W 643 H) ; Dua Imam yang Allah uji dengan orang-orang yang (mengaku) mengikutinya, sedangkan keduanya terlepas dari mereka. Yaitu : Imam Ahmad Bin Hanbal yang diuji dengan adanya pengikut Mujassimah dan juga Imam Ja'far Ash-Shadiq yang diuji dengan adanya Syiah Rafidhah.

[Qaa'idah Fil Jahri Wa Atta'diil: 43]

Dan kalau kami mengatakan Allah tidak diatas Arasy itu maksudnya tempat, yang kami bantah adalah mereka yang membawa ayat itu dengan maksud tempat bagi Allah.

Al Imam Al Fakhrurazi (W 604 H) berkata:

ثم الذي يدل على انه لا يجوز أن يكون على العرش بمعنى كون العرش مكانا له وجوه من القرآن ( أحدها ) قوله تعالى وان الله هو الغنى وهذا يقتضى أن يكون غنيا على الاطلاق وكل ما هو في مكان فهو في بقائه محتاج الى مكان.

Artinya: Kemudian yang menjadi dalil atas sesungguhnya Allah tidak boleh keberadaan nya diatas Arsy dengan makna keberadaan Arasy merupakan tempat baginya sudah ada dari Al Qur'an. Salah satunya: Firmannya Allah taala: Sesungguhnya Allah maha kaya. Dan ini menyimpulkan Allah adalah dzat yang maha kaya secara mutlak. Dan segala sesuatu yang dia didalam tempat itu sendiri pasti keberlangsungan nya membutuhkan pada tempat.

[Mafatihul Ghaib: 6/556]

Al Imam Al Fakhrurazi (W 604 H) berkata:

ولو تدبر الإنسان القرآن لوجده مملوءاً من عدم جواز كونه في مكان ، كيف وهذا الذي يتمسك به هذا القائل يدل على أنه ليس على العرش بمعنى كونه في المكان

Artinya: Seandainya manusia menghayati Al Qur'an tentu nya ia akan menemukan kebenaran tentang ketidakbolehan keberadaan nya Allah pada tempat. Lantas dan inilah yang dia jadikan pegangan oleh yang berkata ini yang menunjukkan bahwasanya Allah tidak diatas Arasy dengan makna keberadaan nya bertempat.

[Mafatihul Ghaib: 6/556]

Kalau dia hanya mengatakan sebagaimana yang ada dalam Al Qur'an dan hadist berdasarkan dzohir nash itu tanpa menggiring kepada opini bertempat, ber-arah, duduk, bersentuhan dan lain lainnya. Maka, boleh.

Al Imam Alam bin Ala' Al Hindi Al Hanafi (W 786 H) mengatakan:

.

إذا قال : «الله تعالى في السماء عالم إن أراد به المكان كفر، وإن أراد به الحكاية عما جاء في ظاهر الأخبار لا يكفر...وفي التخبير»: رجل قال : الله تعالى على السماء، أو : على العرش فهذا الكلام على ثلاثة أوجه : إن أراد بذلك ظاهر الآية والحديث لا يكفر لأنه متأول مخطىء، وإن أراد بذلك إثبات الجسد والمكان يكفر، فإن قال هذا الكلام بلا تدبر وتأمل يكفر، وعليه الفتوى

.

Artinya: Jika seseorang berkata: Allah taala di langit dunia. Jika ia bertujuan memberikan tempat dengan mengatakan begitu maka ia kafir dan jika ia hanya meriwayatkan dari apa apa yang datang pada dzohir hadist maka ia tak kafir. Dan didalam Attakhbir: Seorang pria berkata: Allah taala diatas langit atau diatas Arasy. Maka, ucapan begini ada tiga sudut pandang: 1. Jika yang ia maksud adalah dzohir ayat dan hadist maka ia tidak kafir karena Sesungguhnya mentakwilnya merupakan kesalahan. 2. Jika yang ia maksud adalah menetapkan jasad dan tempat maka ia kafir. 3. Jika ia hanya berkata kata saja pada ucapan ini tanpa adanya tadabbur dan berhati hati maka ia juga kafir. Kesepakatan telah bulat diatasnya.

.

[Al Fatawa Attatarakhaniyyah: 4/235]

Kesimpulannya Aqidah Asya'ari dengan aqidah Asshabuni tidak beda, tidak berbeda dan perbedaan kedua hanya lahir dari mulut orang yang otaknya kosong disiplin ilmu, kurang cermat, kurang teliti, kurang ilmu, merasa sudah tahu padahal belum tahu, dan kepincangan Ilmu lainnya. Kami, ahli sunnah wal jamaah Assya'irah Wa Maturidiyyah menggunakan metode itsbat hanya kepada golongan orang yang membaca Al Qur'an tapi menolak isi kandungan Al Qur'an. Dan kami pakai metode Kalam ketika melawan selain mereka. Sebab, para Mujassimah dan Musyabbihah hanya bisa diketahui dengan ilmu Kalam lewat ucapan mereka. Disinilah disiplin ilmu diperlukan.

2. Al Imam Abu Ustman Asshabuni itu Asy'ari, bukti telaknya dan tak terbantahkan adalah beliau memuji ulama Asya'ari yaitu Al Imam Abdul Qahir bin Thahir alias Al Ustadz Abu Manshur Al Baghdadi (W 429 H) beliau lah yang memiliki kitab Al Farqu Baina Al Firaq.

Mustahil jika Assya'irah sesat Dimata beliau tetapi beliau memujinya, mustahil Assya'irah batil tetapi beliau memujinya. Apakah beliau memuji kesesatan dan kebatilan? Jelas tidak!! Rozaimi Ramle saja yang tidak tahu tapi berlagak tahu.

Al Imam Addzahabi (W 748 H) mengatakan:

وقال أبو عثمان شيخ الإسلام الصابوني : كان الأستاذ أبو منصور من أئمة الأصول، وصدور الإسلام، بإجماع أهل الفضل والتحصيل. بديع الترتيب، غريب التأليف والتهذيب. تراه الجلة صدراً مقدماً ، ويدعوه الأئمة إماماً مُضَخماً ومن خراب نيسابور أن أضطر مثله إلى مفارقتها

Artinya: Abu Utsman Syaikhul Islam Asshabuni telah berkata: Al Ustadz Abu Manshur merupakan bagian dari para imam Ahli Ushul dan merupakan dadanya agama Islam dengan Ijma' para ulama yang utama dan berkualitas, tersusun dengan rapi, bersampul secara mulus dan halus. Para orang mulia melihat dia sebab imam terkemuka dan para imam menyebut nya sebagai imam yang hebat. Dan karena runtuhnya kota Naisabur  aku terpaksa meninggalkan orang sepertinya.

[Taarikhul Islam: 29/265]

Ustadz Abu Manshur Al Baghdadi (W 429 H) beliau lah yang mengeluarkan Ijma' ulama bahwa Allah tidak diliputi oleh tempat alias ada tanpa tempat;

وَأَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّهُ لَا يَحْوِيْهِ مَكَانٌ وَلَا يَجْرِي عَلَيْهِ زَمَانٌ 

Artinya: Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah ber-'ijma' menyatakan bahwa sesungguhnya Allah tidak diliputi tempat dan tidak dilalui zaman.

[Al Farqu Baina Al Firaq: 287]

Asshabuni memuji orang yang aqidahnya Allah ada tanpa tempat. Luar biasa, lebih cerdas mana antum dengan beliau Al imam Asshabuni?. Bacalah, belajar lah, ngaji lah, kaji lah, teliti lah dan telusuri lah.

Bukti kedua, beliau (Imam Asshabuni) menceritakan sifat dan karakteristik orang orang pergi keluar rumah mereka untuk  belajar kepada Al Imam Abil Hasan Al Asy'ari.

Al Imam Ibnu Asakir (W 571 H) mengatakan:

ﻭﺳﻤﻌﺖ اﻟﺸﻴﺦ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺑﺸﺎﺭ اﻟﺒﻮﺷﻨﺠﻲ اﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﺑﺎﻟﺨﺮ ﻛﺮﺩﻱ اﻟﻔﻘﻴﻪ اﻟﺰاﻫﺪ، ﻳﺤﻜﻲ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺷﻴﻮﺧﻪ، ﺃﻥ اﻹﻣﺎﻡ ﺃﺑﺎ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺃﺣﻤﺪ اﻟﺼﺎﺑﻮﻧﻲ اﻟﻨﻴﺴﺎﺑﻮﺭﻱ ﻗﺎﻝ: ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻳﺨﺮﺝ ﺇﻟﻰ ﻣﺠﻠﺲ ﺩﺭﺳﻪ ﺇﻻ ﻭﺑﻴﺪﻩ ﻛﺘﺎﺏ اﻹﺑﺎﻧﺔ ﻷﺑﻲ اﻟﺤﺴﻦ اﻷﺷﻌﺮﻱ، ﻭﻳﻈﻬﺮ اﻹﻋﺠﺎﺏ ﺑﻪ، ﻭﻳﻘﻮﻝ: ﻣﺎﺫا اﻟﺬﻱ ﻳﻨﻜﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻫﺬا اﻟﻜﺘﺎﺏ ﺷﺮﺡ ﻣﺬﻫﺒﻪ. هذا قول الامام ابي عثمان وهو من اعيان اهل الاثر بخراسان.

Artinya: Aku mendengar Assyaikh Aba Bakar Ahmad bin Muhammad bin Ismail bin Muhammad bin Bisyar Al Busyanji yang dikenal sebagai Al Khar Kurdi Al Faqih Azzahid, beliau menghikayatkan dari sebagian guru gurunya. Bahwasanya Al Imam Abu Ustman bin Ismail bin Abdurrahman bin Ahmad Asshabuni Annaisaaburi pernah berkata: Tidak pernah ada seseorang yang keluar (dari rumahnya) untuk menuju majlis pengajarannya (imam Asy'ari) terkecuali pasti ditangannya membawa kitab Al Ibanah karya Abil Hasan Al Asy'ari dan menunjukkan kekagumannya dengan kitab itu. Dan beliau berkata: apa yang membuat seseorang mengingkari kitab ini sudah Asy'ari jelaskan akan madzhabnya. Ini merupakan perkataan nya Al Imam Abi Ustman, padahal dia merupakan orang orang yang menolong para Ahli Atsar di kharasan.

[Tabyiin Kadzib Al Muftari: 389]

Bukti ketiga beliau seorang sufi. Bukankah wahhabi anti sufi?

Al Imam Addzahabi (W 748 H) mengatakan:

كان شيخ الإسلام الصابوني فقيهاً محدثاً وصوفياً واعظاً ، كان شيخ نيسابور في زمانه ، له تصانيف حسنة.

Artinya: Syaikhul Islam Asshabuni merupakan orang yang Faqih, ahli hadits, seorang sufi dan seorang penasehat. Dia merupakan Syaikh Naisabur di zamannya dan memiliki karya karya yang bagus.

[Mukhtashar Al Uluw Li'aliyyil Gaffar: 265]

Kesimpulannya apa apa yang ditulis oleh Rozaimi Ramle adalah salah, bohong, dusta dan berdasarkan opininya sendiri tidak berdasar kenyataan dilapangan. Saya harap, ustadz Rozaimi Ramle menarik kembali ucapannya dan mau belajar lagi. Dan semuanya ini merupakan bukti yang tak terbantahkan atas ketidakpahaman dan ketidaktahuan Rozaimi Ramle atas apa yang dia sokong akibat minimnya ilmu pengetahuan dia.

Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalaani (W 856 H) mengatakan:

وإذا تكلم المرء في غير فنه أتى بهذه العجائب

Artinya: Apabila seseorang sudah berkata diluar bidangnya pasti ucapannya ini aneh aneh.

[Fathul Bari Syarah Sahih Al Bukhari: 3/683]

Selesai

© ID Cyber aswaja.

Sumber FB : ID Cyber Aswaja

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Abu Utsman Asshobuni Adalah Asyari". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait