Meluruskan Kalam Imam Assyafi'i yang Diselewengkan oleh Wahhabi

MELURUSKAN KALAM IMAM ASSYAFI'I YANG DISELEWENGKAN OLEH WAHHABI

🔰 MELURUSKAN KALAM IMAM ASSYAFI'I YANG DISELEWENGKAN OLEH WAHHABI.

Oleh: M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.

Note: Imam Assyafi'i dan Tasawwuf.

Versi: Tuntas.

Diantara cara kebusukan wahhabi untuk mendapatkan perhatian publik adalah memotong fatwa ulama siapapun ulama itu kemudian mereka sebarkan kepada orang awam yang notabenenya sedang belajar sunnah. Sehingga, yang terjadi pada awam adalah mereka salah persepsi dalam memahami kalam yang dimaksud, baik dalam segi informasi, makna, tujuan ucapan dan lain sebagainya.

Dan sekarang yang dipotong, diselewengkan dan disebarkan oleh mereka pada orang awam adalah Kalam Al Imam Assyafi'i (W 204 H) berikut:

أخبرنا أبو عبد الله الحافظ قال : سمعت أبا محمد : جعفر بن محمد بن الحارث يقول : سمعت أبا عبد الله : الحسين بن محمد بن بحر يقول : سمعت یونس بن عبد الأعلى يقول : سمعت الشافعى يقول : لو أن رجلا تصوّف من أول النهار لم يأت عليه الظهر إلا وجدته أحمق.

Artinya: Kalau ada orang menjadi Sufi di pagi hari, maka tidaklah datang waktu Zhuhur kecuali orang tersebut akan engkau jumpai menjadi manusia yang dungu.

[Manaqib Assyafi'i Lil Baihaqi: 2/207]

Wahhabi memotong Kalam beliau sampai disitu dan meninggalkan penjelasan oleh Imam yang mengutip nya yakni penjelasan dari Al imam Al Baihaqi (W 458 H). Sehingga, memberikan narasi seolah olah Imam Assyafi'i mencela para orang orang sufi padahal tidak !!!. Al Imam Al Baihaqi menjelaskan Kalam Imam Assyafi'i diatas:

قلت : وإنما أراد به من دخل في الصوفية واكتفى بالاسم عن المعنى، وبالرسم عن الحقيقة، وقعد عن الكسب، وألقى مؤنته على المسلمين، ولم يبال بهم، ولم يرع حقوقهم، ولم يشتغل بعلم ولا عبادة، كما وصفهم في موضع آخر.

Artinya: Aku (Imam Al Baihaqi) katakan : Sesungguhnya yang beliau maksud adalah dia para sufi yang hanya puas dengan nama namun tidak paham maknanya, cukup dengan simbol tanpa mendalami hakekatnya, malas bekerja, membebani nafkah pada kaum muslimin, namun tidak mempedulikan mereka, tidak menjaga hak-hak mereka, tidak menyibukkan diri dengan mencari ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau mensifati mereka di tempat yang lain.

[Manaqib Assyafi'i Lil Baihaqi: 2/207]

Jadi, yang dicela oleh Al Imam Assyafi'i adalah orang yang "merasa sudah jadi sufi padahal bukan sufi" itu inti point ucapan beliau. Sama seperti "seseorang merasa menjadi orang yang kaya padahal hakikatnya ia tidak kaya" sebab, dia meninggalkan ibadah sedekah, zakat, tidak pernah merasa cukup, haji dan lain sebagainya. Begitupun sufi palsu yang beliau bela itu, merasa sudah sufi sehingga berani meninggalkan hak hak ibadah seperti yang sudah dijelaskan oleh Al Imam Al Baihaqi diatas.

Disatu sisi yang lainnya dibawah ini merupakan Kalam Al Imam Assyafi'i yang di potong oleh Wahhabi dan disebarkan kepada orang orang awam:

سمت إبراهيم بن المولد يحكى عن الشافعي أنه قال : لا يكون الصوفى صوفيا حتى يكون فيه أربع خصال : كسول أكول ، نئوم ، كثير الفضول.

Artinya: Tidaklah seorang sufi menjadi sufi sejati sampai empat perkara ada dalam dirinya: Bermalas malasan, hobi makan, tukang tidur dan sering melakukan hal yang tak perlu.

[Manaqib Assyafi'i Lil Baihaqi: 2/207]

Al Imam Al Baihaqi (W 458 H) menjelaskan maksud Kalam beliau:

وإنما اراد به ذم من يكون منهم بهذه الصفات، فأما من صفا منهم في الصوفية بصدق التوكل على الله عز وجل واستعمال الشريعة في معاملته مع الله عز وجل في العبادة ومعاملته مع الناس في العشرة فقد حكي عنه  انه عاشرهم وأخذ منهم.

Artinya: Sesungguhnya yang ingin beliau kritik adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun mereka yang bersih kesufiannya dengan benar-benar bertawakal kepada Allah Azza Wa Jalla dan menggunakan adab syari'ah dalam mu'amalahnya kepada Allah Azza Wa Jalla juga dalam beribadah serta mu'amalahnya dengan manusia saat bergaul, maka telah dikisahkan dari beliau bahwa beliau (Asy-Syafi'i) berteman dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.

[Manaqib Assyafi'i Lil Baihaqi: 2/207-208]

Kesimpulannya adalah jelas sekali bahwa yang beliau kritik habis habisan adalah sufi sufi palsu itu yang sudah keluar dari hakikat kebenaran asli dari nama sufi. Dan kami hanya akan menambah beberapa hal sebagaimana berikut:

Al Imam Assyafi'i tidak membenci kaum sufi justru beliau lah yang memotivasi ummat manusia agar mereka menggabungkan dua elemen dalam diri diri mereka yaitu Sufi dan Fiqih dalam kehidupan. Dalam diwannya beliau mengatakan:

فقيها وصوفيا فكن ليس واحدا - فإني وحق الله إياك أنصح

فذاك قاس لم يذق قلبه تقى - وهذا جهول، كيف ذُو الجَهْلِ يصلح؟

Artinya: Jadilah seorang yang Faqih (ahli fiqih) dan seorang sufi, jangan engkau menjadi salah satunya saja - Demi haq Allah sesungguhnya aku benar benar memberikan nasehat. : Ahli Fiqih yang tak bertasawwuf itu keras hatinya hatinya takkan merasakan taqwa - Inilah orang orang bodoh (fiqih tak bertasawwuf) lantas bagaimana mungkin orang yang bodoh akan menjadi baik?.

[Diwan Assyafi'i: 56]

Kenapa sufi harus bertasawwuf dan bertasawwuf harus dengan fiqih?

Al Imam Zarruq Al Fasi Al Burnusi (W 899 H) menjelaskan:

فلا تصوف إلا بفقه، إذ لا تعرف أحكام الله الظاهرة إلا منه، ولا فقه إلا بتصوف، إذ لا عمل إلا بصدق وتوجه. ولا هما إلا بإيمان، إذ لا يصح واحد منهما بدونه، فلزم الجميع لتلازمها في الحكم، كتلازم الأرواح للأجساد، إذ لا وجود لها إلا فيها ، كما لا كمال له إلا بها ، فافهم.

Artinya: Tidak ada tasawwuf kecuali dengan fiqih, karena seseorang takkan mengetahui hukum hukum Allah yang dzohir kecuali dari fiqih dan tidak ada fiqih kecuali bertasawwuf karena tidak ada amalan terkecuali dengan kejujuran dan Tawajjuh (semata-mata karena allah) dan tidaklah kedua (بصدق وتوجه) dilakukan kecuali dengan keimanan. Karena tidaklah sah satu dari keduanya tanpa ada lainnya. Maka, mesti menggabungkan agar saling membutuhkan dalam hukum. Seperti saling berhubungan nya Ruh dan jasad karena tidaklah ruh wujud (bisa menjadi tanda kehidupan) terkecuali dalam badan. Seperti tidak adanya kesempurnaan untuk tanpa sebabnya. Faham kan.

[Qawa'id Attasawwuf: 22]

Al Imam Zarruq Al Fasi Al Burnusi (W 899 H) menjelaskan:

ومنه قول مالك رحمه الله : من تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، ومن جمع بينهما فقد تحقق.

Artinya: Al Imam Malik (W 179 H) mengatakan: Barang siapa yang sedang bertasawwuf tanpa mempelajari fikih maka ia akan menjadi seorang Zindiq dan barang siapa yang berfiqih tanpa bertasawwuf maka sungguh ia akan menjadi orang fasiq. Dan barang siapa yang memadukan keduanya maka ia benar.

[Qawa'id Attasawwuf: 22]

Kesimpulan akhirnya dari semua penjabaran diatas adalah: Al Imam Assyafi'i tidak membenci orang sufi apalagi tasawwuf melainkan yang di cela dan di kritik oleh beliau dalam kalamnnya adalah para sufi yang bodoh alias yang tidak mengenal hakikat dari nama dan kredibilitas sufi. Jadi, tuduhan atas kaum sufi adalah tidak bisa disalahkan secara mutlak atau dipukul rata kepada semua kaum sufi. Apalagi menghantam para salafussaleh dari kelompok sufi maka itu salah besar. Semoga antum dapat memahaminya.

Selesai

© ID Cyber aswaja.

NB: Dilarang untuk merubah sumber yang telah diterbitkan tanpa adanya izin resmi dari tim ID Cyber aswaja dan penulis tanpa terkecuali. 

Sumber FB : ID Cyber Aswaja

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Meluruskan Kalam Imam Assyafi'i yang Diselewengkan oleh Wahhabi". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait