Iman itu Pengalaman

Iman itu pengalaman

Iman itu pengalaman

Ia teman saya dulu sewaktu mengaji di Surau. Ia termasuk yang unggul dan disayangi guru. Sekarang ia telah menjadi seorang dosen, motivator dan coach yang sukses. Saat ini ia tengah berada di tanah suci.

Beberapa hari yang lalu ia kirim pesan via WA. Ia mengatakan kalau sebenarnya sudah lama ia meninggalkan ‘ritual’ keagamaan yang dulu rajin ia lakukan sejak kecil. Ia memang tidak sampai meragukan konsep ketuhanan, tapi ia sering mempertanyakan berbagai hal yang ia sebut sebagai ritual keagamaan. Ia gelisah. Ia merasa bahwa agama yang selama ini ia jalankan bersifat dogmatik. 

Tapi ia berusaha tetap mencari. Ia pergi haji juga untuk menemukan ketenangan, tapi sia-sia. Pikiran-pikiran itu semakin kuat. Di saat orang-orang terharu memandangi Ka’bah ia justeru bertanya-tanya, “Apa yang dikejar orang-orang ini melihat benda kubus itu?” Ia makin terasa tidak nyaman dan ‘asing’ melihat show of religiousm yang dilakukan banyak jamaah haji di tanah suci.

Tapi ia mendapatkan sedikit ketenangan ketika shalat bersama para pekerja dan driver di terminal masjidil haram. Sesuatu yang tidak ia dapatkan di dalam masjidil haram sendiri. Ia juga merasakan ketenangan ketika berada di jabal nur.

Saya pun memberikan beberapa saran padanya. Alhamdulillah ia tersentuh dengan saran itu dan ia berjanji akan melaksanakannya. 

Kemarin ia kirim pesan lagi. Ia katakan bahwa sudah dua kali ia bermimpi Mekah diguyur hujan dan ternyata setelah itu hujan benar-benar turun.

*** 

Pola pendidikan agama kita sepertinya perlu dievaluasi. Sisi dogmatis ‘pemaksaan’ di sebagian lembaga pendidikan Islam memang terasa cukup kental. Apalagi kalau siswa sudah beranjak remaja. Mereka perlu diberikan pemahaman kenapa ini diwajibkan, kenapa ini dilarang. Bukan hanya, kerjakan ini, tinggalkan ini. Apalagi diberikan vonis jadi yang tak bisa ditawar-tawar lagi, “Ini bid’ah… ini sesat…”.

Banyak orang mungkin akan mengalami fase ‘keraguan’ seperti yang dialami sahabat saya tadi. Selama ia tetap bersungguh-sungguh untuk mencari jawaban insya Allah ia akan dibimbing. Usaha dan kesungguhan itu yang menjadi poin pentingnya.

Tapi bagaimanapun jawaban yang ia dapatkan atau diberikan orang lain, tetap saja pengalaman pribadi yang paling berguna bagi dirinya yang bisa menuntut langkahnya mendapatkan ketenangan.

والله أعلم وأحكم 

Sumber FB Ustadz : Yendri Junaidi

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Iman itu Pengalaman". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait