Pengalaman Menjadi Salafi dan Kembali ke Aswaja

Pengalaman Menjadi Salafi dan Kembali ke Aswaja

Saya masih ingat ketika awal² ngaji ke kelompok Salafi Wahabi di sekitaran tahun 2008 saat itu saya masih sekolah kelas 2 SMP akhir mau ke kelas 3 SMP, buku pertama yg saya beli saat itu adalah bukunya salahsatu ustadz mereka yaitu Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat berjudul, "Laukaana Khoiron Lasabaquna Ilaihi" terbitan Darul Qolam kalau gk salah dengan cover hijau. Kemudian selang beberapa Minggu setelahnya ada informasi diadakan Tabligh Akbar bedah buku berjudul, "Mulia Dengan Manhaj Salaf" sebuah buku yg cukup tebal sekitaran 500an halaman lebih yg informasinya akan diisi langsung materinya oleh penulis buku yaitu Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, saking semangatnya baca buku yg akan dibedah itu saya mengkhatamkannya dalam waktu 2 hari & sampai gk sekolah demi menamatkan lembar² buku tersebut yg pada hari ketiganya akan dibedah bersama penulisnya. Saya juga membeli buku Ustadz Yazid lainnya yg berjudul, "Syarah Aqidah Ahlussunah wal Jama'ah" yg juga tebalnya sekitaran 600an halaman & saya khatam dalam 5 hari baca. Sedangkan untuk acara Tabligh Akbar pertama dengan ulama mereka dari Saudi saat itu kalau gk salah tema yg diangkat seputar tentang Sebab-Sebab Kebahagiaan yg mengundang ulama mereka dari Madinah yaitu Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr di Masjid Istiqlal Jakarta. 

Saya termasuk aktif saat itu dalam kajian² mereka, mulai dari kajian² rutin di Masjid yg ada di kawasan Pupuk Kujang sampai mendengarkan dari media radio mereka saat itu di Cikampek ada radio Ummulquro yg digawangi Syaikh Abdullah bin Mukhtar Al-Muthohar. Setelah itu mendengarkan juga radio Rodja melalui radio kecil yg saya punya dirumah, setiap pulang sekolah saya masih ingat selalu mendengarkan & mencatat apa yg disampaikan ustadz² mereka melalui buku khusus & itu saya lakukan bisa sampai sore menjelang ashar lalu sehabis ashar saya sambung lagi sampai menjelang Maghrib. 

Ketika ada momen kajian, Dauroh atau tabligh Akbar saya berusaha selalu ingin ikut, kadang diajak teman kadang ya berangkat sendiri karena saat itu belum punya motor jadi pakai angkot. Sampai akhirnya bisa mengadakan kajian sendiri di Masjid yg saya terlibat jadi pengurus juga disana, kajian berjalan sekitaran 4 tahunan lebih. Saya bisa dibilang menjadi koordinator kajian disana, selain itu pernah mengundang ustadz² dari luar 2 kali saat penggalangan dana Suriah & kajian lainnya. Selain itu saya aktif menyebarkan dakwah mereka secara sendiri, dengan membeli buletin² Jum'at yg disebar di masjid tempat kajian diadakan, saya bagi²kan menyaingi buletin Jum'at yg disebarkan suadara² dari HTI saat itu. Selain itu beli juga majalah² mereka yg sudah lama atau suka menyebarkan siapapun yg ingin mewakafkan buku/majalah silakan ke saya lalu saya simpan di rak masjid agar dibaca orang lain. 

Di tahun 2017an kurang lebih saya mulai tertarik dengan kajian² dari grup ustadz² Salafi Wahabi lainnya yg berbeda dengan ustadz² Salafi Wahabi yg saya ikuti sebelumnya. Mereka ini ustadz² Salafi Wahabi mantan² Laskar Jihad (LJ) yg dulu turun perang ke Ambon membantu saudara² kita saat terjadi perang Muslim VS Kristen di Ambon. 

Kajian² Ustadz Salafi mantan LJ ini saya dengarkan melalui aplikasi radio online mereka yg bernama Radio Islam Indonesia (RII). Saat itu juga saya mulai secara pelan² menyebarkan buletin Jum'at dari Salafi mantan LJ yg ada di Karawang, awalnya di masjid tempat kajian saja sampai akhirnya dipercaya untuk mengelola kegiatan dakwah & kajian untuk wilayah Cikampek & ketika ada salahsatu kawan yg pindah rumah ke komplek Pondok mereka di Karawang, maka rumahnya kami gunakan sebagai tempat kajian yg kami sebut Markiz Cikampek, kajian pun berjalan dalam sepekan itu ada 2 kali kalau tak salah kajiannya. Kami undang juga Asatidzah mereka dari Purwakarta untuk ngisi kajian. Untuk buletin Jum'at pun saya secara pribadi menggunakan keuangan pribadi menyebarkannya hingga ke kurang lebih sekitaran 20 masjid setiap Jum'at pagi sehabis shubuh keliling mengantarkan buletin Jum'at ada yg per masjid isi 50 lembar sampai 10 lembar saja & itu rutin, kalau gk bisa saya minta kawan untuk sebarkan buletin itu. Saya ikut aktif dalam kajian² ustadz Salafi mantan LJ ini di pondok mereka ketika ada momen Dauroh 2 hari saya ikut yg mulai dari pagi sampai sore, ketika ada Dauroh di Jakarta Islami Center (JIC) Jakarta Utara pun saya ikut sampai nginap di selasaran masjid. 

Saya pun ikut andil menyebarkan majalah khusus Asy Syariah dari ustadz² mantan LJ ini yg saat itu memuat tema seputar Radikalisme Terorisme, saya datang ke sekolah², kepolisian, TNI, kecamatan dll dalam rangka tugas menyebarkan majalah tersebut. Aktif juga dalam rapat² yg diadakan mereka untuk evaluasi kegiatan dakwah, antar jemput ustadznya dari Karawang ke Cikampek & juga aktif dalam bagian panitia Tabligh Akbar ustadz mereka yg saat itu ngisi juga di masjid tempat awal saya & kawan² merintis kajian dengan ustadz² salafi yg lama, saat itu mengundang pemateri ustadz Salafi mantan LJ dari Cirebon yaitu Ustadz Muhammad bin Umar As-Sewed. 

Karena Salafi Wahabi mantan LJ ini gk sejalan dengan Salafi Wahabi ketika awal saya ngaji yg saya sebut berafiliasi ke radio Rodja, maka tentu saya gk akur dengan mereka karena bagi saya saat itu Salafi Wahabi yg berafiliasi dengan Rodja itu bukanlah Salafi tapi Sururi ngaku Salafi atau Hizbi ngaku Salafi. Banyak sekali kajian² khusus yg diadakan untuk membedah pemikiran Salafi Wahabi grup Rodja ini yg dibedah oleh ustadz² Salafi Wahabi mantan LJ yg kesimpulannya menurut mereka Salafi grup Rodja itu bukan Salafi sama sekali & mereka adalah Sururi Ikhwani. 

Kemudian diakhir sekitaran 2019 atau 2020 awal saya mulai tertarik lagi ngaji dengan ustadz² Salafi mantan LJ lainnya tapi pecahan dari yg sebelumnya atau saya sebut Salafi grup RII. Mereka ini Salafi Wahabi kubu grupnya Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri yg menjadi pengganti Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i di Darul Hadits Dammaj Yaman. Salafi grup ini disebut sebagai Hajuri/Hajuriyyun/Hajawuroh oleh ustadz² Salafi grup RII yg juga dianggap bukan Salafi oleh mereka melainkan Hizbi sesat. Diantara ustadz² grup Hajuri yg saya dengarkan antara lain Ustadz Muhammad Al-Khidhir, Ustadz Abu Hazim Muhsin & Ustadz Abu Turob Bengkulu melalu kanal² telegram mereka. 

Dari sini sekitaran 2020 akhir mulai tertarik isu² seputar Murji'ah, Udzur bil Jahl, Takfir Mu'ayyan dll saat mendengarkan salahsatu ustadz² Salafi Hajuri yg juga bahas ini, saya rasakan sesuatu yg berbeda jauh dari pemahaman Salafi² sebelumnya dalam tema² tersebut. Mereka benar² mengangkat pemahaman Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab & pengikutnya secara utuh dari kitab²nya & pemahaman ulama Nejd. Disinilah mulai kenal dengan ustadz² Salafi dari komunitas Tauhid Firts (TF) yg digawangi oleh Ustadz Jafar Salih & mulai kembali menelaah kitab² MBAW & sengaja beli kitab andalannya yaitu kitab, "Al-Furuq Baina Aqidatis Salaf wa Aqidatil Murji'ah Fil Imaan" karyanya Syaikh Muhammad bin Sholih As-Suwayyih yg kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Mulai bahasannya kencang soal masalah Tauhid & Syirik, masalah Udzur bil Jahl, Takfir dll. 

Hingga akhirnya di sekitaran 2022 pertengahan mulai mengenal madzhab & pentingnya bermadzhab, diawal saya tertarik mempelajari madzhab Hanbali sampai beli kitab²nya & mempelajarinya, disitu menemukan ada perbedaan lagi khususnya dalam isu tema pembahasan seputar Sifat² Alloh antara Hanabilah yg mencuat. Satu meyakini Tafwidh Makna satu lagi meyakini Tafwidh Kaifiyat Itsbat Makna. 

Akhirnya memutuskan kembali kejalan Ahlussunah wal Jama'ah (Aswaja) dengan mengikuti Aqidah Asy'ariyah & berfiqih dengan mengikuti madzhab mayoritas yg dianut di Indonesia yakni madzhab Syafi'i & menjalani Tashawwuf berdasarkan Tashawwuf ala Imam Ghozali & Imam Junaid yg menekankan aspek akhlaq. Hal ini bukan karena paksaan atau tekanan, tapi murni pencarian dengan cara membaca literatur Asy'ariyah & juga mendengarkan kajian² Abuya Yahya, kajian Abuya Uci, kajian para Habaib dll ditambah diskusi² yg dilakukan dengan guru² saya & akhirnya memutuskan kembali kejalan Aswaja yg dulu ditempuh orang tua, kakek, buyut saya termasuk guru² saya dulu sebelum mengenal Salafi Wahabi.

================== 

Ini foto poster kajian Salafi Wahabi grup LJ yg dulu saya ikuti & saya bersama kawan² bersama² mengadakan acara kajiannya di Masjid Besar Asy-Syuhada Cikampek saat itu mengundang Ustadz Muhammad bin Umar As-Sewed Cirebon. 

baca juga: Fenomena Kepedean Salafi Puber

Sumber FB Ustadz : Daly Lesmana Putra

Perjalanan pengembaraan ilmu akan mengantarkan kepada Ahlussunnah wal Jama'ah. Tapi perjalanan mengikuti nafsu akan menggiring untuk pindah dari satu sekte sesat kepada sekte sesat lainnya.

Para pegiat medsos dari Ahlussunnah wal Jama'ah semoga tetap mau berkontribusi menulis tentang ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah dan mengcounter pemikiran Wahabi meskipun hal-hal receh di medsos mereka. Karena itu berguna. Sudah banyak buktinya. Selama orang yang terpengaruh Wahabi mau berpikir, insya Allah akan menemukan jalan pulang kepada Ahlussunnah wal Jama'ah.

by Ustadz : Alnofiandri Dinar

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Pengalaman Menjadi Salafi dan Kembali ke Aswaja". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait