Kajian Ushul Fikih Bersama Ulama Madrasah Syamiyah
Salah satu cara tuhan mengenalkan manusia padaNya adalah melalui nafsu, nafsu yang membuat kita gelisah, nafsu yang memotivasi kita untuk mencoba seluruh kenikmatan duniawi, nafsu yang mendorong kita terus mencari kebahagiaan, sampai dititik dimana "keAKUan" manusia memahami bahwa semua yang diinginkan dan didapatkan itu tidak mempunyai kenikmatan hakiki, kecuali saat dia "menginginkan" dan "mendapatkan" Allah
Tuhan menciptakan keegoisan pada diri kita untuk menemukanNya, bukankah nikmat mengenal tuhan juga bagian dari keinginan kita untuk memenuhi keegoisan kita? Walau akhirnya saat manusia mendapatkan tuhan انا(keegoisannya) akan hilang, tapi maqam itu tidak bisa dicapai kecuali dengan penciptakan ana diawal
Ini salah satu sir diciptakannya nafsu manusia, makanya Sidi Ibnu Ajibah qs berkata:
أما أنا فجزاها علي خيراً، ما ربحت إلاّ منها
Artinya: adapun aku(nafsuku), maka semoga (Allah) membalas kebaikannya padaku, sesungguhnya aku tidak akan sukses kecuali melaluinya(nafsu)
Faidah ini bukan dari pengajian tasawuf, tapi pengajian ushul fikih bersama syeikh hasan khiyamy, dalam penjelasan kitab badrut thali syarah jamul jawami pembahasan tahsin dan taqbih, apakah syar'i atau aqly, saat penekanan masalah jaza' di akhirat, apa alasan husn dan qubh diikat dengan "tsawab dan 'iqab" di akhirat, pembahasan yang selama ini dianggap perdebatan kering dari nilai ruhaniyah, tapi ditangan ulama syam, pembahasan ini dijelaskan hakikatnya, dan kaidah ushul fikih mutakalimin itu dijelaskan sisi ruhaniyahnya, itu lah ruh ilmu ushul fikih
Dan mereka melakukan itu semua tanpa maksa/takaluf sama sekali, beneran sesuai siyaq pembahasan qaidah, padahal beberapa menit sebelumnya beliau baru saja selesai membantah filsafat Friedrich Nietzsche dan heigel dengan memakai kaidah ushul fikih yang sama. Inilah yang membuat aku jatuh cinta pada para ulama syam. Dimana mereka mengenalkan kami bukan hanya pada taashil ilmu, tapi juga pada ruh ilmu.
Dan itu bukan hanya beliau seorang, kalau mau melihat bagaimana pengajian ilmu kalam yang mempengaruhi sisi ruhaniyah, dengarlah pengajian syeikh buty, misalnya kubra yaqiniyat kauniyah, anda bisa menangis mengingat tuhan dalam pengajian ilmu yang dikatakan kering, kalau kata syeikh anas syarfawi saat membaca salah satu kitab ilmu kalam "akan ku perlihatkan pada kalian, bagaimana cara mencintai nabi melalui ilmu aqliyat"
Bukankah tujuan dari ilmu itu adalah mendekatkan diri pada tuhan? Maka seharusnya ilmu aqliyat seperti Ushul fikih dan ilmu kalam juga harus diajarkan dengan cara untuk mencapai tujuan itu. Jika tidak maka ilmu keislaman ini akan kehilangan tujuannya, dan berakhir hanya sebagai adu kecerdasan dan bahan perdebatan saja.
Makanya para guru kita sangat menekankan ini, karena pada hakikatnya semua ilmu, khsususnya ilmu keislaman itu satu, yaitu mencapai tuhan. Maka dari itu, para ulama syam selalu mengingatkan "belajarlah ilmu apapun dari ahlillah!! Mereka bukan hanya mengajar kaidah ilmu, tapi juga ruh ilmu". Jadi sebenarnya manhaj seperti dijelaskan diatas bukan cuma milik ulama syam, tapi manhaj ahlillah dalam berbagai ilmu, hanya saja dalam madrasah syamiyah ini masih umum ditemukan, bahkan jadi ciri khas
Sumber FB Ustadz : Fauzan Inzaghi