IMAM SYAUKANI TERMASUK ULAMA SYUBHAT ?
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
وقد اختلف في الغناء مع آلة من آلات الملاهي وبدونها. فذهب الجمهور إلى التحريم مستدلين بما سلف. وذهب أهل المدينة ومن وافقهم من علماء الظاهر وجماعة من الصوفية إلى الترخيص في السماع ولو مع العود واليراع.
Telah diperselisihkan tentang hukum nyanyian dengan alat musik dan tanpa alat musik. Mayoritas ulama mengharamkannya berdasarkan dalil yang telah disebutkan. Sedangkan penduduk Madinah, dan golongan yang sepakat dengan mereka dari kalangan ulama zhahiriyah, dan segolongan sufi, memberikan keringanan mendengarkannya walau memakai kecapi dan klarinet.
وقد حكى الأستاذ أبو منصور البغدادي الشافعي في مؤلفه في السماع أن عبد الله بن جعفر كان لا يرى بالغناء بأسا ويصوغ الألحان لجواريه ويسمعها منهن على أوتاره، وكان ذلك في زمن أمير المؤمنين علي وحكى الأستاذ المذكور مثل ذلك أيضا عن القاضي شريح وسعيد بن المسيب وعطاء بن أبي رباح والزهري والشعبي
Guru kami Abu Manshur al Baghdadi Asy Syafi’i menceritakan dalam karyanya, As Samaa’, bahwasanya Abdullah bin Ja’far memandang hukum nyanyian tidak apa-apa, bahkan beliau pernah menciptakan bait nyanyian untuk para tetangganya lalu diperdengarkan dari mereka dengan diiringi dawainya (semacam gitar).
Hal itu terjadi pada masa Amirul Mu’minin Ali radhiallahu ‘anhu. Dan guru kami Abu juga menceritakan yang seperti ini juga berasal dari al Qadhi Syuraih, Sa’id bin al Musayyib, ‘Atha bin Abi Rabah, Az Zuhri dan imam asy Sya’bi.
وقال إمام الحرمين في النهاية وابن أبي الدم: نقل الإثبات من المؤرخين أن عبد الله بن الزبير كان له جوار عوادات، وأن ابن عمر دخل عليه وإلى جنبه عود فقال: ما هذا يا صاحب رسول الله – صلى الله عليه وسلم – فناوله إياه، فتأمله ابن عمر فقال: هذا ميزان شامي، قال ابن الزبير: يوزن به العقول
Imam al Haramain berkata dalam kitabnya An Nihayah, juga Ibnu Abi Ad Dam : bahwa telah dinukil kepastian dari para sejarawan, bahwa Abdullah bin Az Zubeir radhiallahu‘anhu dahulu memiliki tetangga para pemain kecapi.
Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma pernah masuk ke rumahnya dan di sisi Abdullah bin Zubeir terdapat kecapi, lalu Ibnu Umar bertanya, “Apa ini wahai sahabat Nabi ?” Ibnu Umar menghampirinya dan terus memperhatikan benda itu, dan bertanya, “Apakah ini timbangan negeri Syam?” Ibnu Zubeir menjawab, “bahkan ini untuk menimbang akal.”
وروى الحافظ أبو محمد بن حزم في رسالته في السماع بسنده إلى ابن سيرين قال: إن رجلا قدم المدينة بجوار فنزل على عبد الله بن عمر وفيهن جارية تضرب، فجاء رجل فساومه فلم يهو منهن شيئا، قال: انطلق إلى رجل هو أمثل لك بيعا من هذا؟ قال من هو؟ قال عبد الله بن جعفر، فعرضهن عليه،فأمر جارية منهن فقال لها: خذي العود، فأخذته فغنت فبايعه، ثم جاء إلى ابن عمر إلى آخر القصة
Al Hafizh Abu Muhammad bin Hazm meriwayatkan dalam risalahnya tentang As Samaa’ dengan sanadnya, dari Ibnu Sirin, katanya: Ada seorang laki-laki datang ke Madinah bersama tetangganya, mereka berhenti di tempatnya Abdullah bin Umar, pada mereka terdapat jariyah yang sedang main rebana, lalu datang laki-laki yang menawarkannya dan dia sedikitpun tidak tertarik kepadanya.
Ibnu Umar berkata, “Pergilah ke laki-laki yang bisa membeli dengan harga lebih dibanding seperti kepunyaanmu dan jual-lah.” Laki-laki itu bertanya, “Siapa dia?” Beliau menjawab, “Abdullah bin Ja’far.
Lalu mereka membawanya kepada Abdullah bin Ja’far, lalu salah satu budak itu diperintahkan, “Ambil-lah kecapi.” Lalu dia mengambilnya lalu bernyanyi. Maka laki-laki itu menjualnya. Kemudian dia datang lagi ke Ibnu Umar sampai akhir kisah ini.
وروى صاحب العقد العلامة الأديب أبو عمر الأندلسي: أن عبد الله بن عمر دخل على ابن جعفر فوجد عنده جارية في حجرها عود ثم قال لابن عمر: هل ترى بذلك بأسا؟ قال: لا بأس بهذا وحكى الماوردي عن معاوية وعمرو بن العاص أنهم سمعا العود عند ابن جعفر وروى أبو الفرج الأصبهاني أن حسان بن ثابت سمع من عزة الميلاء الغناء بالمزهر بشعر من شعره. وذكر أبو العباس المبرد نحو ذلك، والمزهر عند أهل اللغة: العود
Pengarang kitab al Uqdu, al ‘Allamah Abu Umar al Andalusi, meriwayatkan, “Bahwa Abdullah bin Umar masuk ke rumah Abdullah bin Ja’far radhiallahu'anhuma. Dia dapati di rumahnya itu ada seorang jariyah yang dikamarnya terdapat kecapi.
Lalu Beliau bertanya kepada Ibnu Umar, “Apakah pendapatmu ini boleh-boleh saja ?” Beliau menjawab, “ya, tidak apa-apa.”
Imam al Mawardi menceritakan bahwa dahulu Mu’awiyah dan Amr bin al Ash radhiallahu'anhuma mendengarkan kecapi dari Ibnu Ja’far.
Abul Faraj al Ashbahani meriwayatkan bahwa dahulu Hassan bin Tsabit rahiallahu'anhu mendengarkan dari ‘Azzah al Maila nyanyian dengan menggunakan kecapi, dengan menggunakan syair yang dibuatnya. Abul ‘Abbas al Mubarrad juga meriwayatkan yang seperti itu.
Al Mizhar menurut ahli bahasa adalah kecapi.
وذكر الإدفوي أن عمر بن عبد العزيز كان يسمع من جواريه قبل الخلافة ونقل ابن السمعاني الترخيص عن طاوس ونقله ابن قتيبة وصاحب الإمتاع عن قاضي المدينة سعد بن إبراهيم بن عبد الرحمن الزهري من التابعين. ونقله أبو يعلى الخليلي في الإرشاد عن عبد العزيز بن أبي سلمة الماجشون مفتي المدينة وحكى الروياني عن القفال أن مذهب مالك بن أنس إباحة الغناء بالمعازف.
Al Udfuwi meriwayatkan bahwa dahulu Umar bin Abdul Aziz radhiallahu'annhu mendengarkan jariyahnya bermain kecapi, sebelum beliau menjadi khalifah.
Ibnu Sam’ani menukil dari Thawus tentang adanya keringanan mendengarkan musik kecapi. Ibnu Qutaibah dan pengarang kitab Al Imta’ menukil hal itu juga dari seorang Qadhi kota Madinah, Sa’d bin Ibrahim bin Abdurrahman, seorang generasi dari tabi’in.
Abu Ya’la Al-Khalili dalam kitabnya al Irsyad juga menukil hal itu dari Abdul Aziz bin Abu Salamah Al-Majisyun, mufti kota Madinah.
وحكى الأستاذ أبو منصور والفوراني عن مالك جواز العود. وذكر أبو طالب المكي في قوت القلوب عن شعبة أنه سمع طنبورا في بيت المنهال بن عمرو المحدث المشهور. وحكى أبو الفضل بن طاهر في مؤلفه في السماع أنه لا خلاف بين أهل المدينة في إباحة العود
Ar Ruyani meriwayatkan dari al Qaffal, bahwa madzhab nya Imam Malik bin Anas membolehkan bernyanyi dengan menggunakan alat musik rebana.
Guru kami Abu Manshur al Furani menceritakan bahwa Imam Malik membolehkan kecapi.
Abu Thalib al Makki menceritakan dalam Qutul Qulub dari Syu’bah, bahwa imam Syu'bah mendengarkan tamburin di rumah al Minhal bin Amr seorang ahli hadits terkenal.
Abu al Fadhl Ibnu Thahir menceritakan dalam karyanya, As Sama’, bahwa tidak ada perbedaan pendapat bagi penduduk kota Madinah tentang kebolehan alat musik kecapi.
قال ابن النحوي في العمدة: قال ابن طاهر: هو إجماع أهل المدينة قال ابن طاهر: وإليه ذهبت الظاهرية قاطبة. قال الأدفوي: لم يختلف النقلة في نسبة الضرب إلى إبراهيم بن سعد المتقدم الذكر، وهو ممن أخرج له الجماعة كلهم.
Ibnu An Nahwi mengatakan dalam al 'Umdah: berkata Ibnu Thahir : itu adalah ijma’ penduduk kota Madinah akan kebolehan alat musik kecapi.
Ibnu Thahir berkata: ini adalah madzhab golongan zhahiriyah seluruhnya.
A Udfuwi meriwayatkan : bahwa tidak ada perbedaan pendapat tentang nukilan penisbatan kepada Ibrahim bin Sa’ad bahwa beliau pernah memukul rebana sebelum berdzikir.
وحكى الماوردي إباحة العود عن بعض الشافعية. وحكاه أبو الفضل بن طاهر عن أبي إسحاق الشيرازي وحكاه الإسنوي في المهمات عن الروياني والماوردي ورواه ابن النحوي عن الأستاذ أبي منصور وحكاه ابن الملقن في العمدة عن ابن طاهر وحكاه الأدفوي عن الشيخ عز الدين بن عبد السلام وحكاه صاحب الإمتاع عن أبي بكر بن العربي، وجزم بالإباحة الأدفوي هؤلاء
Imam al Mawardi menceritakan tentang kebolehan kecapi menurut sebagian Syafi’iyah. Abul Fadhl bin Thahir menceritakan dari Abu Ishaq Asy Syirazi, dan al Isnawi menceritakan dalam al Muhimmat dari Ar Ruyani dan al Mawardi, dan Ibnu An Nahwi meriwayatkan dari a Ustadz Abu Manshur, dan Ibnul Mulaqqin menceritakan dalam al ‘Umdah dari Ibnu Thahir, dan al Udfuwi menceritakan dari Imam ‘Izzuddin bin Abdissalam, dan pengarang kitab Al Imta’ meriwayatkan dari Abu Bakar bin al ‘Arabi, dan al Udfuwi memastikan kebolehan kecapi dari mereka semua.
Mereka mengatakan, “Halalnya mendengarkan permainan musik dengan alat-alat musik yang telah dikenal.”
📚Nailul Authar jilid 8 halaman 113-114.
•┈┈•••○○❁༺αѕт༻❁○○•••┈┈•
Catatan :
1. Saya hanya menterjemahkan. Adapun isi kitab di luar tanggung jawab penerjemah. Jika ada salah terjemahan silahkan langsung dikoreksi. Jika mau membantah silahkan bantah beliau dengan adab.
2. Tujuan saya menterjemahkan hanya ingin bertanya ke yang menyetempel syubhat dan bahkan mengkafirkan ke yang membolehkan musik padahal tidak mutlak alias dengan adanya syarat tertentu, apakah imam Syaukani ulama syubhat atau bahkan kafir juga ?
3. Kalau jawabannya imam Syaukani adalah syubhat dan kafir nanti saya saya terjemahkan lagi dari imam Ibnu Jama'ah kitabnya yang berjudul as Sima, atau kitab ar Rukhshah as Sima karya Ibnu Quthaibah, atau Bawariqul ilma karya Ahmad Ghazali dan lainnya.
4. Tapi kalau tidak demikian ya berarti masalah ini jangan terlalu ngegas nggak jelas begitu. Ini bukan arena saling lempar stempel syubhat-syubhatan atau kafir mengkafirkan. Ini area khilafiyah yang mu'tabarah dulu hingga hari ini.
Semoga ada manfaatnya.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq