Siapa Manusia Terbaik?

Siapa Manusia Terbaik?

Siapa Manusia Terbaik?

Halimi Zuhdy

1# Sebaik-baiknya manusia

Setelah mencermati beberapa redaksi hadis Nabi Muhammad terkait dengan sebaik-baik manusia, terdapat beberapa redaksi, di antaranya adalah "Khairunnus", "Khiyarukum" dan "khairukum". 

Kalimat ini, disampaikan oleh manusia terbaik, maka pesan-pesannya adalah yang terbaik. Dari beberapa redaksi tidak terdapat kalimat; sebaik-baik manusia adalah yang paling kaya, yang paling berkuasa, yang paling dihormati, yang paling terkenal, yang paling ganteng/cantik, yang paling banyak pengikutnya, yang paling baik keturunannya, dan lainnya. Bukan kemudian, mereka yang paling ganteng tidak terbaik, tapi redaksi dalam hadis lebih kepada dampak dari sebuah perbuatan seseorang. 

Dalam gambar di atas, al-faqir hanya mencantumkan 8 dari 10-11 redaksi. Misalkan, "sebaik-baiknya manusia adalah yang mereka yang bermanfaat bagi manusia", redaksi ini sangat ringan, tapi maknanya sangat luas sekali. Pokoknya bermanfaat. 

Apa pun profesi seseorang, kalau ia membantu seseorang/bermanfaat pada orang lain, maka ia termasuk yang terbaik. Misalnya ia pinter atau alim, tapi tidak pernah memberi ilmunya atau tidak pernah mengamalkan ilmunya, maka ke'alimannya hanyalah alim dan dikenal pinter, tapi tidak bermanfaat pada orang lain, maka ia tidak sebaik-baiknya manusia. Demikian juga dengan hartawan, dan lainnya. "Kehebatan seseorang apa yang telah ia berikan, bukan apa yang ia punya". 

Bagaimana caranya menjadi manusia yang bermanfaat? Jawabannya luas, tak terbatas pada satu hal. Dengan menebar manfaat dengan berbagai cara, baik dengan harta, tenaga, ilmu, maupun doa. Seperti, memberikan makanan kepada orang yang kelaparan, membantu orang tua menyeberang jalan, atau membantu korban bencana alam. Mengabdikan waktu dan tenaga untuk membantu orang lain di organisasi sosial atau kegiatan kemanusiaan. (Menebar kebaikan) Seperti bersikap ramah, sopan, dan santun kepada orang lain. Menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Memberikan perhatian dan mendengarkan keluh kesah orang lain. Mengajarkan ilmu atau keterampilan kepada orang lain. Mendoakan kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan bagi orang lain.

Bahkan, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa "membantu orang lain lebih dicintai Allah daripada beriktikaf di masjid selama sebulan". Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan manfaat kepada orang lain dalam pandangan Islam.

"أَحَبُّ النَّاسِ إلى اللهِ، أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، يَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ يَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ يَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلَأَنْ أَمْشِي مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ -مَسْجِدِ الْمَدِينَةِ- شَهْرًا").

Dan beberapa redaksi hadis lainnya sangat menarik untuk dicermati, sehingga siapa saja sebaik-baiknya manusia, dan kita mampu belajar kepada manusia terbaik, walau tidak harus seperti Nabi Muhamamad yang maksum, dijaga oleh Allah. Berniat, dan melakukan perbuatan yang menjadi ajaran, juga masuk mengamalkan ajarannya. 

#2 berlanjut.

@sorotan 

Sumber FB Ustadz : Halimi Zuhdy

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Siapa Manusia Terbaik?". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait