Maksud Ucapan Minal Aidin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin

Maksud Ucapan Minal Aidin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin

INI MAKSUD DARI UCAPAN ‘MINAL AIDIN WAL FAIZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN’

Sarinyala.id 

Biasanya setiap lebaran tiba, kita sering mengucapkan kalimat “Minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin”, apa maksudnya ?

Memasuki musim lebaran, termasuk Idul Fitri 1444 H / 2023 M tahun ini, umat Islam biasanya banyak disibukkan dgn hal² yg berkaitan dgn aktifitas fisik dan ucapan lebaran. Misalnya, mulai dari baju baru, sepatu baru, sajadah baru, mukena baru, hingga ucapan² selamat Idul fitri yg akan dikirimkan ke keluarga dan teman² melalui pesan² teks atau media sosial lainnya.

Salah satu ucapan yg sangat masyhur dan semarak dilakukan di antara sesama adalah ‘Minal Aidin wal Faizin’ yg sering disandingkan dgn kalimat ‘Mohon Maaf Lahir dan Batin’, sehingga banyak yg mengira bahwa itu adalah terjemahannya. Apakah benar demikian ?

Menurut Prof. Dr. KH. Muhammad Quraish Shihab MA, dalam bukunya ‘Lentera Hati’, kalimat ini mengandung 2 kata pokok : ‘AIDIN dan FAIZIN (ini penulisan yg benar menurut ejaan Bahasa Indonesia, bukan aidzin, aidhin atau faidzin, faidhin).

‘AIDIN sebenarnya akar katanya sama dgn ’Ied pada kalimat Idul Fitri. ‘Ied itu artinya kembali, maksudnya adalah sesuatu yg kembali atau berulang, dalam hal ini perayaan rutin yg datang setiap tahun. Sementara Al-Fitr, artinya berbuka, maksudnya tidak lagi berpuasa selama sebulan penuh. Jadi, Idul Fitri berarti “Hari Raya berbuka” dan ‘aidin menunjukkan para pelakunya, yaitu orang² yg kembali.

FAIZIN berasal dari kata Fauz yg berarti kemenangan. Maka, faizin adalah orang² yg menang. Maksud dari menang di sini adalah memperoleh keberuntungan berupa ridha, ampunan dan nikmat surga. Sementara kata “min” dalam “minal” menunjukkan bagian dari sesuatu.

Kemungkinan, sebenarnya kalimat ‘Minal ‘aidin wa faizin’ adalah penggalan doa yg lengkapnya adalah : “Taqabbalallahu Minna wa Minkum. Shiyamana wa Shiyamakum. Ja’alanallahu Minal ‘aidin wal Faizin” yg artinya : Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menerima (amalan²) yg telah aku dan kalian lakukan, puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kita termasuk  (orang²) yg kembali (dari perjuangan Ramadhan) dan sebagai orang yg menang”

Ucapan ‘Minal Aidin wal Faizin’ yg berasal dari bahasa Arab ini rupanya belum lengkap alias ada kalimat yg dikira²kan (muqaddarah). Aslinya, ucapan ini berasal dari kalimat ‘Ja’alanallāhu wa iyyākum minal ‘āidīn wal fāizīn’.

Mari kita telaah ucapan selamat dan doa ini dilihat dari ilmu bahasa Arab.

Dalam bahasa Arab, kalimat ini termasuk ke dalam kalimat verbal yg disebut jumlah fi’liyyah, yaitu kalimat yg diawali oleh kata kerja atau verba. Unsur² jumlah fi’liyyah terdiri dari kata kerja (fi’il), pelaku (faa'il), dan objek (maf’uul bih).

Kata ‘ja’alanaa’ (جَعَلَنَا) berasal dari verba جَعَلَ yg secara leksikal bermakna menjadikan atau membuat. Selain mengandung makna menjadikan atau membuat, verba ja’ala juga memiliki makna pelaku dia laki² tunggal sehingga maknanya menjadi ‘dia (laki²) menjadikan’.

Kata inilah yg menduduki posisi sbg fi’il dalam kalimat tsb. Kata ini, kemudian ditambahkan dgn kata ganti (ism dhamir) naa (نَا) yg bermakna “kita” ( نَحْنُ ) yg kemudian menduduki posisi sbg maf’ul bih. Tak hanya itu, posisi maf’ul bih atau objek dalam kalimat ini juga diduduki oleh kata wa iyyaakum (وَ إِيَّاكُمْ) yg artinya ‘dan kalian’.

Kata Allaahu menduduki posisi faa’il, karena kata ganti Allah dalam bahasa Arab adalah Dia (laki²), sehingga sesuai dgn verba ja’ala yg mengandung makna dia (laki²) tunggal. Selain itu, kata Allahu mempunyai harakat akhir dhammah yg berarti memenuhi syarat fa’il yaitu i’rab marfu’.

Bahasan selanjutnya adalah kata al-‘aaidiin (العَائِدِيْنَ) dan al-faaiziin (الفَائِزِيْنَ). Kedua kata ini merupakan ism fa’il atau nomina yg berperan sbg pelaku dari kata kerja asalnya. Kata ‘aaidiin merupakan bentuk plural ism faa’il ‘aaid (عائد) dari verba ‘aada (عَادَ) yg artinya kembali, sehingga ism faa’il-nya bermakna ‘orang² yg kembali. Sedangkan kata fasiziin merupakan bentuk plural ism faa’il faaiz (فائز) dari verba faaza (فَازَ) yg artinya menang, sehingga ism faa’il-nya bermakna ‘orang² yg menang’.

Jika kita terjemahkan, maka kalimat tsb bisa menjadi kalimat :

جَعَلَنَا الله وَ إِيَّاكُمْ مِنَ العَائِدينَ وَ الفَائِزيْنَ

“Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kami dan kalian bagian dari orang² yg kembali dan menang.”

Kadang, orang² Arab menambahkannya pula dgn kalimat :

كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرِ

Kullu ‘aamin wa antum bi khairin.

“Semoga setiap tahun Anda berada dalam kebaikan.”

Jadi, itulah makna ‘minal ‘aidin wal faizin’ yg sebenarnya. Sehingga kalimat “mohon maaf lahir batin” yg bias diucapkan setelah “minal aidin” bukanlah terjemahannya. Ini hanyalah dua hal yg berbeda yg diucapkan dalam satu tarikan nafas.

----------------

Al-Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqolani Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 1449 M di Kairo Mesir) mengatakan : “Dari Abu Abdurrahman Jubair bin Nufair radliyallahu anhu (wafat 699 M di Jannatul Baqi' Madinah); beliau mengatakan : "Dahulu, apabila para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saling bertemu pada hari raya, mereka saling mengucapkan, ‘Taqabbalallahu minna wa minkum.”” (Sanadnya hasan; Kitab Fathul Bari Syarah Shahih Muslim 2 : 446)

Imam Abu Al-Wafa' Ali bin Aqil bin Muhammad Al-Baghdadi Al-Hanbali atau Imam Ibnu Aqil rahimahullah (wafat 513 H / 1119 M di Baghdad Irak) menyebutkan beberapa riwayat. Di antaranya, dari Muhammad bin Ziyad bin Tsabit Al-Anshari rahimahullah; beliau mengatakan : “Saya pernah bersama Abu Umamah Suday ibn Ajlan ibn Wahb Al-Bahili radhiallahu ‘anhu (wafat 700 M, Homs, Suriah) dan beberapa sahabat nabi lainnya. Setelah pulang dari shalat id, mereka saling memberikan ucapan, ‘Taqabbalallahu minna wa minkum.'” (Kitab Al-Mughni, 2 : 250; Imam As-Suyuthi rahimahullah wafat 18 Oktober 1505 M, Kairo, Mesir, mengatakan : “Sanadnya hasan")

Imam Malik bin Anas rahimahullah (wafat 795 M, Jannatul Baqi' Madinah) ditanya tentang ucapan seseorang kepada temannya di hari raya, “Taqabbalallahu minna wa minkum,” atau, “Ghafarallahu lana wa laka.” Beliau menjawab, “Saya tidak mengenalnya dan tidak mengingkarinya". (Kitab At-Taj Wal Iklil Li Mukhtashar Khalil 2 : 301, karya Al-Qadhi Abu Abdullah Muhammad Ibnu Yusuf Al-Mawwaq Al-Maliki rahimahullah wafat 1492 M di Granada Spanyol).

Imam Abu Marwan Abdul Malik bin Habib As-Sulami atau Imam Ibnu Habib rahimahullah (wafat 853 M di Kordoba, Spanyol) menjelaskan maksud ucapan Imam Malik tsb, “Maksud beliau, saya tidak menganggapnya sbg sunnah dan saya tidak mengingkari orang yg mengucapkannya, karena ucapan itu isinya baik, mengandung doa ….” (Kitab Al-Fawakih Ad-Dawani Syarah Risalah Ibni Abi Zaid Al-Qirwani 3:244, karya Al-Imam Asy-Syekh Ahmad bin Ghonaim bin Salim bin Mihna An-Nafrawi Al-Maliki atau Imam An-Nafrawi rahimahullah (wafat 1126 H / 1714 M).

Imam Abu Ishaq Asy-Syathibi Al-Maliki rahimahullah (wafat 1388 M, Granada, Spanyol) mengatakan, “Bahkan, wajib mengucapkan ucapan selamat ketika hari raya, jika tidak mengucapkan kalimat ini menyebabkan permusuhan dan terputusnya hubungan sesama ….” (Kitab Al-Fawakih Ad-Dawani, 3 : 244)

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat !

Written from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jamaah Sarinyala Kabupaten Gresik 

#ngajirutin #hariraya #harikemenangan #sufi #majelisilmu #nu #santrinjoso #tebuireng #aswaja #fiqih #ngajionline #live #santri #ayongaji #pbnu #lembagadakwahnu #pwnujatim #pcnugresik #nugres #viral #pondokpesantren #kyai #nuonline #hadits #nuonlinejatim #nahdlatululama #santrionline #pwnujatim #kontendakwah 

Sumber FB : Sarinyala.id

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Maksud Ucapan Minal Aidin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait