Ironis Masyarakat Kita
1. Jika ulama menjadi orang kaya atau diberi gaji/kafalah besar banyak yang nyinyir
Padahal Nabi menjelaskan
"نعم المال الصالح للرجل الصالح يصل به رحما أو يصنع به معروفا"
"Sebaik-baik harta halal itu diberikan kepada orang yang baik; harta itu akan digunakannya untuk menghubungkan hubungan kekerabatan (silaturrahim) atau membuat perbuatan-perbuatan kebajikan"
Orang-orang berilmu/orang baik kalau punya harta banyak, hartanya akan digunakannya untuk berzakat, bersedekah, berwakaf, dan berbagai kebajikan lainnya. Dia akan berangkat haji dan umrah dan diberangkatkannya orang lain untuk haji dan umrah. Dia akan qurban. Dia akan bangun masjid/mushalla. Dia akan bangun pesantren. Dia akan biayai para santri belajar gratis. Dia akan tanggung hidup anak yatim. Dia akan biayai hidup orang-orang dhuafa.
Sementara orang-orang yang tidak tahu agama, jika punya uang banyak, akankah uangnya dikeluarkannya untuk zakat, sedekah, wakaf, dan berbagai kebajikan lainnya?
Kenyataan di lapangan, para guru ngaji, imam, muadzin, khatib, juru dakwah kalau bisa gajinya minimalis. Bahkan kalau bisa gratis (tidak bergaji). Jika dibuat gajinya setara UMR atau di atas UMR ada yang komentar miring!
2. Jika ulama menjadi pemimpin banyak yang nyinyir.
Padahal hanya orang yang mengerti agama yang bisa menjadi pemimpin yang adil. Kalau tidak mengerti agama, tidak akan bisa adil.
Kalau berdoa tentang pemimpin redaksi doa mereka;
اللهم لا تسلط علينا بذنوبنا من لا يخافك فينا ولا يرحمنا
"Ya Allah, jangan Engkau kuasakan kepada kami karena dosa-dosa kami orang-orang yang tidak takut kepada Engkau dan tidak sayang kepada kami."
"سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ الله فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَدْلٌ،
Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah saat tidak ada naungan selain naungan Allah; diantaranya "pemimpin yang adil"
3. Jika diingatkan kesesatan Wahabi dan bahaya Wahabi, dianggap memecah belah umat. Dianggap takut kehilangan lahan/amplop. Dianggap dengki.
Sumber FB Ustadz : Alnofiandri Dinar