Tradisi Asyaul Walidain Penduduk Nejd

Tradisi Asyaul Walidain Penduduk Nejd (Tahlilan atau Haul versi Nejd)

Tradisi Asyaul Walidain Penduduk Nejd
Tradisi Asyaul Walidain (jamuan makan malam dengan niat sedekah untuk orangtua yang telah meninggal) Penduduk Nejd 

"Penduduk Nejd mempunyai tradisi Asyaul Walidain, apakah itu bermasalah?"

"Sedekah di bulan ramadhan, mereka menyebutnya Asya. Tidak apa-apa. Sedekah di bulan ramadhan itu berlipat (pahalanya). Oleh karena itu, jika ia bersedekah di bulan ramadhan dan mengkhususkannya dengan melebihkan sedekah itu atau pada 10 akhir ramadhan, maka ia mendapat keutamaannya. Terserah mau disebut Asyaul Walidain, Asyaul Aqarib, Asyaul Jiran, atau Asyaul fuqara."

"Terima kasih. (Jika) mereka mengkhususkan pada tanggal 27 ramadhan?"

"Kalau itu diharapkan pas lailatul Qadr, begitu maksudnya."

"Apa tidak masalah?"

"Tidak. Seandainya ia khususkan melebihkan uang belanjanya, itu juga tidak bertentangan, karena malam itu malam sebanding 1000 bulan. Beramal di malam itu bagaikan beramal 1000 bulan, bahkan lebih baik dari 1000 bulan." 

Fatwa Syekh Bin Baz

Tradisi Asyaul Walidain Penduduk Nejd
Syekh Ibnu Utsaimin aslinya Unaizah ± 4 jam dari Riyadh kalau naik mobil

Pertanyaan dari Riyadh: Syekh, Apa hukum Asyaul Walidain di bulan Ramadhan, hari kamis dan senin?

Jawaban Syekh Ibn Utsaimin:

Aku tidak tahu asalnya dari kitabullah, sunnah Rasulillah, maupun amal salafush shalih. Namun tak diragukan lagi bahwa sedekah di bulan Ramadhan diantara sedekah yang paling utama karena kemuliaan waktu dan karena bulan ramadhan adalah bulan kedermawanan dan Nabi ﷺ itu sangat dermawan. Dan lebih dermawan lagi beliau ketika di bulan ramadhan ketika bertemu Jibril yang mengajari beliau al-Quran. 

Tetapi, telah menjadi tradisi masyarakat sejak lama sekali mereka membuat makanan pada malam jumah, sedangkan yang lain di malam senin, lalu mereka mengundang orang-orang fakir. Saat itu masyarakat di desa kami sangat kelaparan, para fakir sangat senang jika diundang makan, sehingga masyarakat pun memberikan makan. 

Umumnya, makanan itu berasal dari wasiat ayah-ibu mereka (yang telah meninggal). Sehingga, mereka pun menyebut Asyaul Walidain dalam arti jamuan makan malam yang diwasiatkan oleh kedua orangtua.

Kemudian, masyarakat bertahap hingga menyembelih hewan sembelihan di malam senin, kamis, atau malam jumah. Lalu berkumpullah tetangga-tetangganya baik yang kaya maupun yang fakir, sehingga menjadi acara kumpul-kumpul.

Ketika mereka mendekatkan diri pada Allah dengan sembelihan itu secara khusus, maka tak ragu-ragu lagi mereka itu termasuk mubtadi'ah, karena sembelihan untuk mendekatkan diri kepada Allah haruslah di tempatnya, seperti menyembelih di waktu hari-hari nahr waktu Idul Adha, Aqiqah, dan Hadyu yang dilakukan di Makkah. Adapun selain itu, maka itu bukan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah melalui sembelihan itu. 

Oleh karena itu, saya khawatir lama kelamaan ada orang-orang bodoh berkeyakinan ramadhan seperti idul adha sebagai ajang mendekatkan diri pada Allah dengan menyembelih hewan sembelihan.

Ini masalah serius karena berdasar akidah yang rusak. 

Kesimpulannya: Jamuan makan malam yang disebut Asyaul Walidain di bulan ramadhan itu tidak ada asalnya, tidak dari kitabullah, sunnah rasulullah, maupun amal salafus shalih. Begitu.

Diatas saya terjemahkan dari link di kolom komentar.

Sumber FB : Nur Hasim

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Tradisi Asyaul Walidain Penduduk Nejd". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait