Seputar Tentang Ziarah Kubur

Seputar Tentang Ziarah Kubur

Seputar Tentang Ziarah Kubur

1). Hukum ziarah kubur :

- Bagi laki-laki: 

Tidak ada perbedaan pendapat diantara fuqoha' tentang disunnahkannya berziarah kubur bagi laki-laki 

Maka ulama' sepakat bahwa hukumnya sunnah bagi laki-laki 

Karena nabi muhammad bersabda :

 كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا، فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ بِالآْخِرَةِ

"Dahulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang berziarahlah karena ziarah kubur bisa mengingatkan seseorang akan akhirat"

Perintah ini untuk laki-laki 

Dan dahulu nabi muhammad selalu keluar berziarah ke baqi'

NB : Kesunnahan ini jika yang diziarahi adalah orang muslim

Adapun jika yang diziarahi adalah orang kafir maka tidak disunnahkan menziarahinya, dan hukum berziarah ke kuburannya adalah mubah, bahkan ada pendapat yang mengatakan haram (pendapat imam mawardi)

Namun, jika berziarah kekuburan orang kafir tujuannya adalah untuk mengambil pelajaran akan akhirat, atau akan kematian, maka hukumnya adalah sunnah

- Bagi perempuan :

° Jika selain kuburan para nabi, orang sholeh, wali, orang tua dan kerabat maka jumhur ulama mengatakan hukum berziarah kubur bagi perempuan adalah makruh, dengan alasan karena khawatir akan terjadinya fitnah,

Dan juga, karena mereka gampang menangis dan mengangkat suara, itu dikarenakan tidak terlalu kuat nya mereka akan menerimanya hati, terlalu sedih disaat menerima musibah

Sehingga, Untuk menghindari hal tersebut maka dimakruhkan bagi wanita untuk berziarah kubur

Namun, Al Imam Al Ghozali berpendapat di ihya', bahwa hukumnya bukan makruh namun mubah/boleh (dengan syarat tidak dikhawatirkan fitnah)

° Jika kuburan para nabi, orang sholeh, wali, orang tua dan kerabat maka hukum berziarah kubur kekuburan mereka bagi wanita adalah sunnah

Namun, Kesunnahan ziarah bagi wanita tersebut dengan syarat :

1. Tidak dikhawatirkan ada fitnah 

2. Tidak memakai pakaian yang mewah, tanpa perhiasan

3. Tidak menggunakan minyak wangi yang bisa memikat orang yang menciumnya

4. Tidak adanya ikhtilath yang diharamkan dipemakaman nantinya

5. Jika dia bersuami maka harus dapat izin suaminya 

6. Jika kuburannya berada diluar kota, maka bepergian untuk ziarah minimal harus bersama mahramnya

Jika keluar berziarah menggunakan wangi²an, bercolek, tanpa izin suami bagi yang sudah bersuami atau  dikhawatirkan dengan berziarahnya dapat menarik perhatian ajnabi yang bisa menimbulkan fitnah, maka jelas hukumnya haram

NB: 

Disini tidak dibedakan mau wanita haid ataupun suci, hukumnya sama saja

2.) Pembagian tujuan dalam berziarah :

- Ada kalanya tujuan ziarah hanya untuk mengingat akhirat dan kematian, maka cukup untuk melihat kuburan saja tanpa mengetahui siapa ahli kubur nya 

- Jika tujuannya untuk mendoakan, maka disunnahkan bagi setiap muslim (yang diziarahi juga muslim)

- Jika tujuannya untuk mengambil berkah, maka disunnahkan berziarah nya ke kuburan orang-orang sholeh, wali dan para nabi, karena mereka haqiqatnya hidup di barzakh, dan keberkahan mereka tidak terhitung

- Jika tujuannya untuk menunaikan hak, seperti hak anak kepada orang tua, maka disunnahkan

Dan ini sangat dianjurkan

3.) Adab dalam berziarah :

1. Dalam keadaan suci

2. Ucapkan salam disaat pertama kali sampai ke depan kuburan tersebut, tanpa mengusap atau mencium nisan :

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَأَتَاكُمْ مَا تُوعَدُونَ غَدًا مُؤَجَّلُونَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاَحِقُونَ أَسْأَل اللَّهَ لِي وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمْ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُمْ

3. Mendekat kekuburan sekiranya seandainya masih hidup bakal mendengarkan salam dan bacaan si penziarah

4. Membaca ayat ataupun surat dari al quran

Bisa dengan Membaca yasin 1x atau boleh diganti surat al fatihah 1x, ayat kursi 1x, surat al ikhlas 11x/3x, al falaq 1x, an nas 1x, dengan niat mengirimkan pahala bacaan tersebut kepada si ahli kubur (mayyit), atau bisa baca doa wahbah (setelah membacanya) untuk mengirimkan pahala bacaan tersebut 

5. Membaca doa sesuai hajadnya

6. Jika kuburan orang sholeh atau nabi, maka tawassul dengan beliau agar doa² yang dipanjatkan dikabulkan oleh allah

7. Pamitan

*Membaca bacaan²nya boleh duduk, boleh berdiri

Referensi :

(تحفة المحتاج/١٩٩-٢٠٣)

(وَ) تُنْدَبُ (زِيَارَةُ الْقُبُورِ) الَّتِي لِلْمُسْلِمِينَ (لِلرِّجَالِ) إجْمَاعًا وَكَانَتْ مَحْظُورَةً لِقُرْبِ عَهْدِهِمْ بِجَاهِلِيَّةٍ فَرُبَّمَا حَمَلَتْهُمْ عَلَى مَا لَا يَنْبَغِي ثُمَّ لَمَّا اسْتَقَرَّتْ الْأُمُورُ نُسِخَتْ وَأُمِرُوا بِهَا بِقَوْلِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - «كُنْت نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْآخِرَةَ» ثُمَّ مَنْ كَانَ تُسَنُّ لَهُ زِيَارَتُهُ حَيًّا لِنَحْوِ صَدَاقَةٍ وَاضِحٌ وَغَيْرُهُ يُقْصَدُ بِزِيَارَتِهِ تَذَكُّرُ الْمَوْتِ وَالتَّرَحُّمِ عَلَيْهِ 

(وَتُكْرَهُ) لِلْخَنَاثَى وَ (لِلنِّسَاءِ) مُطْلَقًا خَشْيَةَ الْفِتْنَةِ وَرَفْعِ أَصْوَاتِهِنَّ بِالْبُكَاءِ نَعَمْ تُسَنُّ لَهُنَّ زِيَارَتُهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ بَعْضُهُمْ وَكَذَا سَائِرُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْعُلَمَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ.

قَالَ الْأَذْرَعِيُّ إنْ صَحَّ فَأَقَارِبُهَا أَوْلَى بِالصِّلَةِ مِنْ الصَّالِحِينَ اهـ وَظَاهِرُهُ أَنَّهُ لَا يَرْتَضِيهِ لَكِنْ ارْتَضَاهُ غَيْرُ وَاحِدٍ بَلْ جَزَمُوا بِهِ وَالْحَقُّ فِي ذَلِكَ أَنْ يَفْصِلَ بَيْنَ أَنْ تَذْهَبَ لِمَشْهَدٍ كَذَهَابِهَا لِلْمَسْجِدِ فَيُشْتَرَطُ هُنَا مَا مَرَّ ثُمَّ مِنْ كَوْنِهَا عَجُوزًا لَيْسَتْ مُتَزَيِّنَةً بِطِيبٍ وَلَا حُلِيٍّ وَلَا ثَوْبِ زِينَةٍ كَمَا فِي الْجَمَاعَةِ بَلْ أَوْلَى وَأَنْ تَذْهَبَ فِي نَحْوِ هَوْدَجٍ مِمَّا يَسْتُرُ شَخْصَهَا عَنْ الْأَجَانِبِ فَيُسَنُّ لَهَا وَلَوْ شَابَّةً إذْ لَا خَشْيَةَ فِتْنَةٍ هُنَا وَيُفَرَّقُ بَيْنَ نَحْوِ الْعُلَمَاءِ وَالْأَقَارِبِ بِأَنَّ الْقَصْدَ إظْهَارُ تَعْظِيمِ نَحْوِ الْعُلَمَاءِ بِإِحْيَاءِ مَشَاهِدِهِمْ وَأَيْضًا فَزُوَّارُهُمْ يَعُودُ عَلَيْهِمْ مِنْهُمْ مَدَدٌ أُخْرَوِيٌّ لَا يُنْكِرُهُ إلَّا الْمَحْرُومُونَ بِخِلَافِ الْأَقَارِبِ فَانْدَفَعَ قَوْلُ الْأَذْرَعِيِّ إنْ صَحَّ إلَى آخِرِهِ (وَقِيلَ تَحْرُمُ) لِلْخَبَرِ الصَّحِيحِ «لَعَنَ اللَّهُ زَوَّارَاتِ الْقُبُورِ» وَمَحَلُّ ضَعْفِهِ حَيْثُ لَمْ يَتَرَتَّبْ عَلَى خُرُوجِهِنَّ فِتْنَةٌ وَإِلَّا فَلَا شَكَّ فِي التَّحْرِيمِ وَيُحْمَلُ عَلَيْهِ الْحَدِيثُ (وَقِيلَ تُبَاحُ) إذَا لَمْ تَخْشَ مَحْذُورًا لِأَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - «رَأَى امْرَأَةً بِمَقْبَرَةٍ وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهَا»

(وَيُسَلِّمُ الزَّائِرُ) نَدْبًا عَلَى أَهْلِ الْمَقْبَرَةِ عُمُومًا ثُمَّ خُصُوصًا لِخَبَرِ مُسْلِمٍ أَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ «السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ» وَفِي رِوَايَةٍ ضَعِيفَةٍ «اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمْ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُمْ» وَالِاسْتِثْنَاءُ لِلتَّبَرُّكِ أَوْ لِلدَّفْنِ بِتِلْكَ الْبُقْعَةِ أَوْ لِلْمَوْتِ عَلَى الْإِسْلَامِ وَقِيلَ يَقُولُ عَلَيْكُمْ السَّلَامُ لِخَبَرِ أَنَّهُ تَحِيَّةُ الْمَوْتَى قَالَهُ لِمَنْ سَلَّمَ عَلَيْهِ بِهِ وَيَرُدُّهُ هَذَا الْخَبَرُ وَمَعْنَى ذَلِكَ أَنَّهُ تَحِيَّةُ مَوْتَى الْقُلُوبِ لِكَرَاهَتِهِ أَوْ أَنَّ الْعَرَبَ كَانُوا يَعْتَادُونَهُ فِي السَّلَامِ عَلَى الْمَوْتَى (وَيَقْرَأُ) مَا تَيَسَّرَ (وَيَدْعُو) لَهُ عَقِبَ الْقِرَاءَةِ بَعْدَ تَوَجُّهِهِ لِلْقِبْلَةِ لِأَنَّهُ عَقِبَهَا أَرْجَى لِلْإِجَابَةِ وَيَكُونُ الْمَيِّتُ كَحَاضِرٍ تُرْجَى لَهُ الرَّحْمَةُ وَالْبَرَكَةُ بَلْ تَصِلُ لَهُ الْقِرَاءَةُ هُنَا وَفِيمَا إذَا دَعَا لَهُ عَقِبَهَا وَلَوْ بَعِيدًا كَمَا يَأْتِي فِي الْوَصِيَّةِ

(حاشية الشرواني/٣/٢٠٠)

وَإِذَا كَانَتْ لِلِاعْتِبَارِ فَلَا فَرْقَ ثُمَّ قَالَ فِي تَقْسِيمِ الزِّيَارَةِ أَنَّهَا إمَّا لِمُجَرَّدِ تَذَكُّرِ الْمَوْتِ وَالْآخِرَةِ فَتَكْفِي رُؤْيَةُ الْقُبُورِ مِنْ غَيْرِ مَعْرِفَةِ أَصْحَابِهَا وَإِمَّا لِنَحْوِ الدُّعَاءِ فَتُسَنُّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ وَإِمَّا لِلتَّبَرُّكِ فَتُسَنُّ لِأَهْلِ الْخَيْرِ لِأَنَّ لَهُمْ فِي بَرَازِخِهِمْ تَصَرُّفَاتٍ وَبَرَكَاتٍ لَا يُحْصَى عَدَدُهَا وَإِمَّا لِأَدَاءِ حَقِّ صَدِيقٍ وَوَالِدٍ لِخَبَرِ أَبِي نُعَيْمٍ «مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدِيهِ أَوْ أَحَدِهِمَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ كَانَ كَحَجَّةٍ» وَلَفْظُ رِوَايَةِ الْبَيْهَقِيّ «غُفِرَ لَهُ وَكُتِبَ لَهُ بَرَاءَةٌ» وَإِمَّا رَحْمَةً لَهُ وَتَأْنِيسًا لِمَا رُوِيَ «آنَسُ مَا يَكُونُ الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إذَا رَأَى مَنْ كَانَ يُحِبُّهُ فِي الدُّنْيَا» وَصَحَّ «مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيهِ الْمُؤْمِنِ فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إلَّا عَرَفَهُ وَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ» وَتَتَأَكَّدُ الزِّيَارَةُ لِمَنْ مَاتَ قَرِيبُهُ فِي غَيْبَتِهِ اهـ اخْتِصَارًا

(قَوْلُهُ إذَا لَمْ تُخْشَ إلَخْ) عِبَارَةُ الْمُغْنِي وَقِيلَ تُبَاحُ جَزَمَ بِهِ فِي الْإِحْيَاءِ وَصَحَّحَهُ الرُّويَانِيُّ إذَا أَمِنَ الِافْتِتَانَ عَمَلًا بِالْأَصْلِ وَالْخَبَرُ فِيمَا إذَا تَرَتَّبَ عَلَيْهَا بُكَاءٌ وَنَوْحٌ وَنَحْوُ ذَلِكَ اهـ

- Mughnil muhtaj/56/2

- I'anah at tolibin juz 2, hal 161

- Majmu' nawawi juz 5, hal 309-312 

Sumber FB Ustadz : Amang Muthohar

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Seputar Tentang Ziarah Kubur". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait