Tahdzir Serampangan

Tandzir Serampangan

TANDZIR SERAMPANGAN

Ikut prihatin atas tindakan sebagian orang yang serampangan mentahdzir (menyesatkan) saudaranya sesama muslim bahkan ulama, atas dasar masalah yang tidak jelas. Sedikit-dikit sesat, sedikit-dikit menyimpang. Pokoknya asal beda dengan mereka, disesatkan. Muslim manapun yang tidak sekomunitas dengan mereka, akan dianggap tidak semanhaj. Padahal perbedaan yang ada adalah perbedaan pandangan terhadap beberapa masalah yang masuk ranah khilafiyyah furu’iyyah, baik dalam masalah aqidah ataupun ibadah. Yang harusnya semua ini masih bisa untuk ditolelir.

Perilaku semacam ini sangat tidak relevan dengan manhaj Salaf. Bahkan bisa kita pastikan amat sangat jauh dari teladan ulama Salaf. Sekedar klaim sepihak yang tidak merepresentasikan manhaj Salaf itu sendiri. Sejak dulu, polanya begitu terus, tidak berubah. Ya dari kelompok itu-itu saja. Lebih naifnya lagi, ketika ada yang mengingatkan mereka, malah dituduh memusuhi manhaj Salaf. Wallahul musta’an.

Coba perhatikan nukilan dari Imam Al-Hajwi (w. 1376 H) rhm berikut, tentang bagaimana indahnya sikap para ulama pendahulu kita ketika berbeda pendapat, lalu bandingkan dengan fenomena di atas ;

وغاية ما كان ينشأ عن الخلاف أن يعتقد أن خصمه مخطئ في تلك المسألة بعينها لما قام عنده من الدليل على خطئه في ظنه، لا في كل المسائل، ويعتقد أنه معذور لما أدَّاه إليه دليله، لا نقص يلحقه في ذلك، ويعرفون لكل عَالمٍ حقه، ويقرون له بالفضل، ويحترمون فكره، فلم يكن الخلاف ضارًّا لهم ولا شائنًا، بل كان سعيًا وراء إظهار الحقيقة

“Klimaks yang muncul dari perbedaan pendapat di antara mereka (para ulama di kurun kedua), seorang menyakini bahwa lawan diskusinya keliru dalam masalah yang sedang didiskusikan saja, tidak dalam semua masalah. Sebab dalam praduganya, telah tegak dalil yang menunjukkan akan kesalahan lawan diskunya. Dia juga menyakini, bahwa lawan diskusinya diberi udzur (dimaklumi) atas dalil yang telah dia kemukakan kepadanya, bukan suatu kekurangan yang mengikutinya di dalam hal itu. Mereka sangat tahu, bahwa setiap orang berilmu itu (walau ada pendapatnya yang dianggap keliru) punya hak untuk dimuliakan, mereka juga menetapkan keutamaan baginya, serta memuliakan pemikirannya (pendapat-pendapatnya yang lain). Perbedaan pendapat yang ada tidaklah menjadi sesuatu memudharatkan dan cela bagi mereka. Tapi, hanya sebagai sebuah upaya menampilkan suatu hakikat (kebenaran).”

Fenomena yang sangat bertolak belakang antara ulama Salaf dan pendaku manhaj Salaf. Sudah waktunya untuk melakukan evaluasi atas apa yang selama ini dilakukan. Ini menjadi PR bagi kita bersama terutama para dai di jalan Allah. Yuk semangat untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Semoga kedepannya kondisi menjadi lebih baik. Amin.

(Abdullah Al-Jirani) 

Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Tahdzir Serampangan". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait