Ketika Perbedaan Itu Terbatas Antara Para Ulama (Saja)

Ketika Perbedaan Itu Terbatas Antara Para Ulama (Saja)

Ketika Perbedaan Itu Terbatas Antara Para Ulama (Saja)

Ketika Dairat al-Ma’arif al-Utsmaniyyah di Haidar Abad Dakin – India berencana menerbitkan Kitab al-Jarh wa at-Ta’dil karya Imam Ibnu Abi Hatim ar-Razi yang ditahqiq oleh Syekh Abdurrahman bin Yahya al-Mu’allimi al-Yamani, sementara naskah manuskrip yang ada masih kurang, Syekh Muhammad Zahid al-Kautsari yang saat itu berada di Mesir, mengirim surat ke penerbit dan memberitahu mereka bahwa ada naskah yang lengkap di Turki. Berkat informasi dari Syekh Zahid al-Kautsari, kitab itu dapat diterbitkan setelah dilakukan muqabalah dengan beberapa naskah yang mu’tamad.

Sang muhaqqiq, Syekh Abdurrahman al-Mu’allimi sangat menyadari jasa Syekh Zahid al-Kautsari dalam pentahqiqan dan penerbitan kitab berharga itu. Maka di akhir pengantarnya, ia menyampaikan terimakasih pada Syekh Zahid dan menyebutnya dengan :

فضيلة العلامة الكبير الأستاذ محمد زاهد الكوثري مد الله فى أيامه

*** 

Para pelajar hadits tentu tahu bahwa antara Syekh Kautsari dan Syekh Mu’allimi terjadi perbedaan pendapat dalam banyak masalah, khususnya dalam bidang hadits dan fiqih. Hal itu tampak dalam kitab yang ditulis Syekh Mu’allimi untuk membantah Syekh Kautsari yang membantah Al Hafizh al-Khatib al-Baghdadi yang berjudul Ta`nib al-Khatib. Kitab ini dibantah oleh Syekh Mu’allimi dengan kitab yang berjudul at-Tankil bima fi Ta`nib al-Kautsari min al-Abathil.

Kitab at-Tankil ini baru diterbitkan Syekh Mu’allimi setelah wafatnya Syekh Kautsari. Ketika Syekh Kautsari masih hidup, bantahan yang disampaikan oleh Syekh Mu’allimi dituangkannya dalam kitab yang diberinya judul Thali’ah at-Tankil sebagai sampel bantahan yang ia layangkan terhadap kitab Ta`nib.

Dalam pengantar kitab Thali’ah at-Tankil ini Syekh al-Mu’allimi menulis:

أما بعد ، فإني وقفت على كتاب تأنيب الخطيب للأستاذ العلامة محمد زاهد الكوثري الذي تعقب فيه ما ذكره الحافظ الخطيب البغدادي فى ترجمة الإمام أبي حنيفة من تاريخ بغداد ...

Perhatikan, meskipun dalam posisi membantah, namun Syekh Mu’allimi tetap memuliakan Syekh Kautsari dengan menyebutnya al-Ustadz al-‘Allamah. Padahal Syekh Mu’allimi merupakan salah satu tokoh utama kalangan Salafi masa itu, dan Syekh Kautsari adalah salah seorang yang banyak membantah tokoh-tokoh utama yang diagungkan Salafi seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu al-Qayyim dan lain-lain. Namun demikian, Syekh Mu’allimi tetap menyadari dan mengakui keilmuan Syekh Kautsari. Tentunya tidak ada yang bisa menghargai dan menyadari keilmuan seorang alim melainkan alim juga.

Ketika kitab Thali’ah ini sampai ke tangan Syekh Kautsari, beliau menanggapi dengan sebuah kitab berjudul:

الترحيب بنقد التأنيب

Jelas dari judul ini bahwa Syekh Kautsari menyambut baik kritikan yang ditujukan kepada kitabnya at-Ta`nib. 

Tapi kemudian, menurut Dr. Hamzah al-Bakri, kitab at-Tankil diterbitkan oleh orang kaya Hijaz dan dimasukkan ke dalamnya (tadsis) celaan (شتائم) terhadap Syekh Kautsari mengatasnamakan Syekh Mu’allimi. Ketika Syekh Mu’allimi mengetahui hal itu ia pun berlepas diri dari hal tersebut.

*** 

Andaikan perbedaan pendapat terbatas di kalangan para ulama saja tentu kita akan banyak belajar bagaimana adab dalam berbeda pendapat, bagaimana perbedaan pendapat tidak membuat kita menutup mata dari kelebihan orang lain, dan bagaimana perbedaan pendapat tidak membuat kita kehilangan adab.

والله تعالى أعلم وأحكم

[YJ]

Membantah Dengan Halus
Membantah Dengan Halus

Syekh Mustafa Shabri Afandi merupakan Syaikhul Islam terakhir dalam Khilafah Turki Utsmani. Wakilnya adalah Syekh Muhammad Zahid Kautsari.

Kedua alim besar ini berbeda pandangan dalam beberapa masalah, khususnya tentang qadha dan qadar. Tapi, sebagaimana halnya perbedaan yang terjadi antara para ulama senior, perbedaan pandangan itu tidak merusak hubungan antara keduanya. 

Yang menarik, ketika Syekh Mustafa Sabri membantah pendapat Syekh Kautsari, ia sempat-sempatnya memuji Syekh Kautsari yang sedang dibantahnya dengan mengatakan:

وكتاباه التأنيب والنكت الطريفة مما تفاخر بهما معاهدُ الفاتح الأزهرَ

“Dua kitab yang ditulisnya (Syekh Kautsari) yaitu Ta`nib al-Khatib dan an-Nukat ath-Tharifah diantara kitab yang dibanggakan oleh Ma’had al-Fatih di hadapan al-Azhar.”

Menurut Syekh Mustafa, dua kitab yang ditulis Syekh Kautsari ini, dimana ia salah seorang alumni Ma’had al-Fatih Turki menjadi kebanggaan bagi Ma’had al-Fatih, bahkan al-Azhar pun belum tentu dapat menghasilkan kitab yang sekelas itu.

***  

Dalam masalah qadar, Syekh Mustafa tampak cenderung pada paham Jabriyyah. Ini tampak dalam kitabnya yang berjudul:

موقف البشر تحت سلطان القدر

“Sikap Manusia di Bawah Kuasa Qadar”

Syekh Kautsari tidak sependapat dengan Syekh Mustafa Sabri. Namun untuk menjaga maqam Syekh Mustafa sebagai Syaikhul Islam, apalagi Syekh Mustafa memang lebih tua dari Syekh Kautsari, maka bantahan terhadap Syekh Mustafa disampaikan oleh Syekh Kautsari dalam bentuk yang sangat halus.

Beliau menerbitkan kitab-kitab turats yang sebagian isinya adalah bantahan terhadap akidah jabriyyah, seperti kitab Aqidah Nizhamiyyah karya Imam al-Haramain, kitab al-Lum’ah karya Ibrahim al-Halabi dan lain-lain. Kitab-kitab itu beliau beri komentar (ta’liq) yang sangat padat dan berbobot.

Syekh Mustafa menyadari bahwa kitab-kitab itu diterbitkan Syekh Kautsari, diantaranya adalah untuk membantah dirinya. Akhirnya Syekh Mustafa menulis kitabnya yang sangat fenomenal berjudul:

موقف العقل والعلم والعالم من رب العالمين وعباده المرسلين

Dalam kitab ini Syekh Mustafa membantah Syekh Kautsari dan menyebut namanya dengan tegas.

Karena namanya sudah disebut secara terang-terangan akhirnya Syekh Kautsari menulis bantahan terhadap Syekh Mustafa dalam kitabnya berjudul: 

الاستبصار فى التحدث عن الجبر والاختيار

[YJ]

Baca juga kajian tentang ikhtilaf berikut :

  1. Bukan Hal Mudah Berbeda Dengan Ijmak Ulama
  2. Ucapan Selamat Tahun Baru Islam Bid'ah?
  3. Shalat Jumat Tidak Di Masjid Sahkah?
  4. Hadisnya Sama Tapi Penafsirannya Berbeda
  5. Dalil Boleh Sama, Tapi Pemahaman Bisa Jadi Berbeda

Sumber FB Ustadz : Yendri Junaidi

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Ketika Perbedaan Itu Terbatas Antara Para Ulama (Saja)". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait