Sikap 4 Imam Madzhab Terhadap Harta Baitul Mal Negara
Syeikh Abu Zahrah dalam Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah menceritakan dengan singkat bagaimana sikap 4 Imam Madzhab dalam menerima harta Baitul Mal negara saat itu.
Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad di antara yg menolak sama sekali pemberian penguasa dari baitul mal.
Selain sifat kewara'annya, Imam Abu Hanifah merasa bahwa hidupnya sudah sangat tercukupi dengan hasil bisnisnya di pasar. Adapun Imam Ahmad, beliau lebih ridha hidup serba kekurangan daripada mengambil harta yg tidak diketahui secara pasti apakah dikumpulkan dari yg halal atau haram.
Sedangkan Imam Malik, beliau termasuk yg menerima pemberian khalifah. Beliau beranggapan bahwa orang alim yg hari-harinya sibuk mengajar dan berfatwa, punya jatah dari baitul mal.
Walaupun begitu, sebagian besar pemberian itu diberikan kembali ke murid-murid Imam Malik. Imam Syafi'i termasuk yg dapat merasakan kedermawanan gurunya, Imam Malik. Imam Syafi'i ngaji kepada Imam Malik selama 9 tahun, dan tidak pernah merasakan kelaparan.
Diriwayatkan bahwa beberapa khalifah sering memberikan hadiah ke Imam Malik, dan beliau menerimanya. Imam Malik tidak mempermasalahkan pemberian penguasa jika memang diyakini bahwa khalifah itu adalah orang sholeh dan adil.
Syeikh Abu Zahrah menjelaskan bahwa sikap Imam Malik ini juga dilakukan oleh beberapa sahabat. Ketika mereka ditanya akan hal ini, mereka menjawab,
"عليهم المأثم ولنا المطعم"
Yakni, jika memang harta pemberian ini diambil dengan cara haram (dan itu tidak diketahui secara pasti) maka mereka (para sulthon) itulah yg mendapatkan dosa, dan bagi kita kenikmatan memakannya.
Adapun Imam Syafi'i, beliau juga termasuk yg mengambil pemberian Baitul Mal. Beliau memang punya jatah di baitul mal karena termasuk dari Bani Hasyim. Bani Hasyim, karena punya kekerabatan dengan Nabi ﷺ, mereka punya jatah khusus dari Baitul Mal.
[تاريخ المذاهب الإسلامية، ٣٦٥]
___
رضي الله تعالى عنهم وعن جميع أئمة المسلمين
Sumber FB Ustadz : Amru Hamdany