Perang Khaibar (7 Hijriyah)

Perang Khaibar (7 Hijriyah)

Perang Khaibar (7 H)

By Ustadz : Dr. Ahmad Sarwat , Lc MA

Salah satu episode peperangan Nabi SAW yang paling epik dalam mematahkan kekuatan Yahudi adalah perang Kahibar di tahun ke tujuh Hijriyah. 

Sebenarnya berjalannya pertempurannya sendiri tidak dahsyat-dahsyat amat. Namun tindakan merampas kebun-kebun kurma Yahudi yang selama ini jadi sumber pendanaan perang mereka itu yang sangat brilyan.

Rupanya selama ini perlawanan Yahudi sangat mengandalkan kekuatan dana yang mengalir lancar dari hasil panen kurma Khaibar.

Bahkan sampai bisa menggerakkan 10 ribu pasukan musyrikin Arab untuk mengepung Madinah dalam perang Khandaq di tahun kelima hijriyah, semua karena ada aliran dananya yang begitu deras.

Tenaganya pakai tentara Arab, tapi sponsornya dari Yahudi. Makanya disebut perang Ahzab yang terdiri dari banyak kelompok musuh yang bersatu. Enemy of my enemi is my friend.

Disitulah Nabi SAW berpikir bagaimana mengambil alih kebun-kebun kurma Khaibar yang subur dan jadi sumber pendanaan abadi Yahudi selama ini. 

Dan sejak kebun-kebun kurma Yahudi diambil alih oleh Nabi SAW, nyaris semua bentuk perlawanan Yahudi sepanjang Sirah nabawiyah rontok dimana-mana. 

Ibaratnya jantung sebagai pensuplai aliran darah sudah dicabut., maka tidak bisa lagi memompa aliran darahke seluruh tubuh. Akibatnya tubuh jadi lunglai, letoy dan langsung terjungkal. 

Sejak ditaklukkan dalam perang Khaibar, sudah tidak pernah lagi kita dengar para Yahudi berulah. Mereka bukan dimatikan, tapi ibarat macan, mereka sudah jinak dan ditarok di dalam kerangkeng besi di dalam kandang. Sudah jadi anggota kebun binatang, bahkan jadi macan sirkus. 

Tiap hari kita masih dikasih makan. Hidup mereka sepenuhnya tergantung belas kasihan dari Nabi SAW.

***

Uniknya meski halal bagi Nabi SAW untuk membantai seluruh Yahudi Khaibar kala itu, tapi prinsip Islam itu pada dasarnya anti genosida. 

Para petani kurma Yahudi itu tidak dihukum mati seperti pada perang Bani Quraizhah sebelumnya. Mereka dibiarkan hidup, bahkan tetap dipekerjakan di kebun-kebun kurma. 

Bedanya kalau dulu yahudi-yahudi itu bertani di lahan milik mereka sendiri, kini mereka sekedar jadi buruh tani yang bekerja di ladang milik kaum muslimin.

Disitulah nantinya dikenal istilah muzara'ah dan muhaqalah alias bagi hasil antara  pemilik ladang dengan tenaga pekerja. 

***

Yang lebih unik lagi adalah sikap Nabi SAW yang tetap memuliakan puteri kepala suku Yahudi Bani Nadir yang tertangkap jadi budak. 

Sebagai budak tawanan perang, seharusnya bisa dilelang di pasar budak yang ramai kala itu. Namun para shahabat menyerahkan budak wanita kalah perang itu kepada Nabi SAW. 

Sebagai tuan pemilik budak, sikap Nabi SAW luar biasa. Budak wanita itu diajaknya bicara dari hati ke hati. Dia tidak diperlakukannya sebagai tawanan apalagi sebagai budak yang diperjual-belikan di pasar pelelangan budak.

Nabi SAW menyentuhnya dari sisi kemanusiaan, bahkan dari perspektif hak-hak seorang puteri kepala suku. Meski jadi musuh besarnya, tapi Nabi SAW tetap menghormatinya sebagai tokoh besar. 

Dan ternyata si puteri banyak mendapat pencerahan dari hasil diskusi dengan Nabi SAW. Dari hasil obrolan itu sang Puteri jadi tahu berapa Nabi SAW yang selama ini digambarkan sedemikian buruk oleh sukunya, bahkan oleh ayahandanya sendiri, ternyata justru seorang dengan pribadi yang amat ramah, baik, menyenangkan dan amat manusiawi. 

Sang Puteri baru tahu kalau  Nabi SAW itu ternyata amat sangat mencintai para nabi dari kalangan Bani Israil, seperti Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya hingga Isa. 

Bahkan tahu banyak tentang kisah para leluhur Bani Israil, lebih dari apa yang dirinya ketahui sebagai Puteri kepala suku. 

Intinya sang Puteri langsung klepek-klepek kalau melihat kharisma Nabi Muhammad SAW. Bersama Nabi SAW, sang Puteri tidak merasa sebagai budak, tapi sebagai teman ngobrol yang banyak menghibur dan mengisi kekosongan jiwanya. 

Ujung-ujungnya sang Puteri merasa tertarik dengan agama Islam, bahkan berakhir dengan keyakinan mantab untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. 

Mendengar keislaman sang Puteri, Nabi SAW pun memberinya penghargaan berupa pembebasan dirinya dari status perbudakan. 

Jadilah sang Puteri naik kelas kembali dari berstatus budak menjadi seorang manusia merdeka. Semua atas kebaikan pribadi seorang Muhammad SAW. 

***

Ternyata penghargaan yang Nabi SAW berikan tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Tidak berapa lama Nabi SAW melamar sang Puteri mantan Yahudi itu untuk naik derajat menjadi istrinya. 

Ini namanya mendapat durian runtuh. Berapa banyak wanita muslimah shalihah yang mendambakan bisa menjadi istri Nabi SAW. Dan berapa banyak yang ditolak oleh Beliau. 

Nah ini kok Nabi SAW sendiri yang datang melamarnya. Bodoh sekali kalau sampai menolak lamaran sang Nabi. 

Maka resmilah dirinya menjadi istri Nabi SAW. Kedudukannya naik lagi di atas rata-rata para wanita muslimah, yaitu menjadi ibu dari kaum muslimin. Tiba-tiba dirinya yang semua budak jadi bergelar Ummul mukminin, sederajat dengan para istri nabi yang lain seperti Aisyah, Hafshah, Ummu Salamah, dan yang lainnya ridhanullahi alaihim. 

Uniknya, dari semua istri Nabi SAW, hanya dia satu-satunya yang mantan seorang Yahudi, Puteri kepala suku Yahudi kafir pimpinan suku Bani Nadir Huyay bin Akhtab.

Ayahnya mati sebagai kafir Yahudi. Tapi putrinya jadi istri Nabi SAW yang dimuliakan seluruh kaum muslimin. 

Dia bernama : Shafiyah binti Huyai Al-Akhtab Radhiyallahu Anha.  Masih keturunan Nabi Harun alaihissalam. 

Sekali lagi terbukti bahwa tidak semua Bani Israil itu kafir. Banyak juga yang dapat hidayah dan masuk Islam, bahkan menjadi istri Nabi SAW. Selain Shafiyah, ada juga tokoh Yahudi yang masuk Islam, seperti Kapan Al-Ahbar dan Abdullah bin Salam. 

Di luar dari yang masuk Islam, sebagian Yahudi ada yang masih memegang agama lama, tapi datang menyerahkan diri kepada Nabi SAW bahkan minta perlindungan. 

Mereka ini kemudian dilindungi oleh Nabi SAW dan dijamin keamanannya. Mereka inilah yang dalam ilmu fiqih dikenal sebagai kafir dzimmi. Orang kafir yang hidup berdampingan dengan kaum muslimin dan dilindungi. 

Selama 14 abad, keberadaan Yahudi selalu ada di bawah bayang-bayang para Khalifah muslimin. Mereka adalah pihak yang lemah dan kalau tidak dilindungi oleh para penguasa muslim, boleh jadi sudah punah.

Lalu bagaimana sampai muncul Yahudi yang sekarang jadi kekuatan besar, nah nanti diteruskan lagi ceritanya dijilid dua (bersambung)

Sumber Ustadz : Ahmad Sarwat

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Perang Khaibar (7 Hijriyah)". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait