Pentingnya Memilih Pentahqiq

Pentingnya Memilih Pentahqiq

Pentingnya Memilih Pentahqiq

Membaca sebuah buku seolah-olah kita sedang berdialog dengan pengarangnya. Apalagi yang dibaca adalah buku turats yang ditulis dengan gaya dialog dan banyak menggunakan dhamir khitab. 

Akan tetapi membaca buku turats bisa saja membuat kita kehilangan arah, tak tahu tujuan dan akhirnya bingung sendiri, karena bahasa yang digunakan relatif berbeda dengan bahasa kontemporer. 

Disinilah kita perlu bantuan muhaqqiq handal. Muhaqqiq yang perannya tidak sekedar membandingkan berbagai nuskhah makhthuth (manuskrip) lalu memilihkan yang paling benar dan tepat, tapi juga membantu pembaca dalam memahami alinea demi alinea kitab yang sedang dibaca.

Muhaqqiq seperti ini membuat kita seolah berada dalam nuansa dialogis yang hidup dan sangat indah; pembaca - penulis dan sebaliknya, penulis – pentahqiq dan sebaliknya, pembaca – pentahqiq dan sebaliknya. 

Peran sebagai muhaqqiq ini diperankan dengan sangat apik dan menarik oleh al-Muhaqqiq al-Kabir Syekh Mahmud Syakir ketika mentahqiq kitab Dala`il al-I’Jaz karya al-‘Allamah Syekh Abdul Qahir al-Jurjani, sebuah karya luar biasa yang dinilai sebagai bata pertama dalam menyingkap sisi I’jaz al-Quran.

*** 

Syekh Mahmud Syakir tidak sekedar mengkomparasi berbagai makhthut kitab ini plus dengan edisi cetaknya, ia juga membantu pembaca untuk memahami nash kitab dengan menjelaskan di footnote bahwa kalimat ini konteksnya ini, kalimat ini khabar dari ini, kalimat ini jawab syarat dari ini, dan seterusnya.

Seperti yang diketahui, para ulama terdahulu ketika menulis buku, kalimatnya panjang-panjang. Yang sering memusingkan adalah jumlah mu’taridhah yang panjang, sehingga kita pun terbawa arus dan tidak tahu lagi mana mubtada` dan mana khabarnya. Tapi hal ini insya Allah teratasi berkat bantuan sang muhaqqiq Syekh Mahmud Syakir.

Beliau juga tidak malu dan sungkan mengatakan bahwa ada tulisan di makhtuth induk yang tidak bisa beliau baca. Apalagi kalau tulisan itu terdapat di bagian hamisy-nya. 

Di salah satu halaman beliau menulis di footnote:

فى هامش "ج" حاشية لم أحسن قراءتها

“Di hamisy makhtut C ada hasyiyah yang tidak bisa saya baca.”

Apakah ini akan mengurangi kredibilitas beliau sebagai muhaqqiq? Tidak. Justeru pengakuan ini membuat kita semakin yakin bahwa ia telah mengerahkan segala kemampuan untuk mentahqiq kitab ini semaksimal mungkin. Pengakuan ini bahkan membuat kita percaya bahwa selain beberapa titik yang ‘tidak terdeteksi’ ini, keseluruhan isi buku insya Allah sudah beliau tahqiq dengan sangat baik.

*** 

Ini jelas berbeda dengan para pentahqiq masa sekarang. Sudahlah komparasi makhtut yang dilakukan sangat lemah, dan bahkan membuat pembaca semakin bingung, mereka juga tak segan-segan ‘menyerang’ penulis buku dengan cara yang kurang sopan, terutama kalau sudah menyangkut masalah akidah.

Hal ini sering terjadi ketika pentahqiq punya kecenderungan salafi (wahabi). Sementara buku yang ditahqiq ditulis oleh alim yang punya ittijah asy’ariy atau maturidiy. Kalau sudah begitu, siap-siaplah kita sebagai pembaca melihat ta’qib, ta’liq, dan bahkan naqd yang samij dan sadzaj dari sang pentahqiq ketika sampai di nash-nash yang berhubungan dengan akidah, ayat mutasyabihat, takwil, tafwidh dan sebagainya.

Akhirnya, bukannya merasakan suasana dialogis yang indah dan berfaidah, kita justeru berada di nuansa polemik yang kelam dan sangat tidak indah.

Apakah seorang muhaqqiq tidak boleh berbeda pendapat dengan penulis buku? Boleh-boleh saja. Tapi tidak dengan menyerang penulis di buku yang ditulisnya dan memperbanyak footnote dengan bantahan-bantahan ‘farigh’. Kalau ingin membantah silahkan tulis buku baru, bukan memperbanyak komentar di hamisy seakan ingin mempertebal buku agar harganya melambung.

Karena itu, penting memilih pentahqiq yang tepat.

والله تعالى أعلم وأحكم

[YJ]

Sumber FB Ustadz : Yendri Junaidi

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Pentingnya Memilih Pentahqiq". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait