ULAMA ULAMA HANABILAH BUKA SUARA KEPADA PARA MUJASSIMAH YANG ADA DIDALAMNYA.
1. Pembukaan.
Perlu diketahui bahwa Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal yaitu Hanbali. Kerap dijadikan tempat pelarian dan berlindung nya golongan golongan sesat seperti Mujassimah. Mereka mengaku ngaku mengikuti Salafus Soleh lewat Madzhab ini.
Al Imam Taajuddiin Assubki (W 771 H) berkata:
ورأيته بخط الشيخ تقي الدين ابن الصلاح : إمامان ابتلاهما الله بأصحابهما وهما بريئان منهم ، أحمد بن حنبل ابتلي بالمجسمة ، وجعفر الصادق ابتلي بالرافضة
Artinya: Dan Aku melihat catatan Syaikh Taqiyuddin Ibnu Sollah (W 643 H) ; Dua Imam yang Allah uji dengan orang-orang yang (mengaku) mengikutinya, sedangkan keduanya terlepas dari mereka. Yaitu : Imam Ahmad Bin Hanbal yang diuji dengan adanya pengikut Mujassimah dan juga Imam Ja'far Ash-Shadiq yang diuji dengan adanya Rafidhah.
[Qaa'idah Fil Jahri Wa Atta'diil: 43]
Para Mujassimah dan Musyabbihah kerap sekali berlindung dibawah naungan madzhab Hanbali. Namun, bukan berarti mereka bisa berkeliaran dengan bebas didalamnya untuk menyebarkan ajaran sesat mereka dengan berbagai syubhat syubhat mereka. Dan pengakuan mereka sebagai manhaj salaf tidak bisa diterima.
Al Imam Izzuddiin Bin Abdissalam (W 660 H) mengatakan:
واﻷخر يتستر بمذهب السلف .. ومذهب السلف إنما هو التوحيد والتنـزيه دون التجسيم والتشيبه. فيهم كما قال القائل : "وكل يدعي وصلا لليلى وليلى لا تقر لهم بذاك. وكيف يُدْعَى على السَّلَفِ أنّهم يعتقدون التجسيم والتشبية ، أو يسكتون عند ظهور البدع.
Artinya: Dan yang lainnya, dia (golongan Al Hasywiyah Musyabbihah, Mujassimah) menutupi dirinya dengan mengaku bermadzhab salaf. Padahal madzhab salaf adalah bertauhid dan tanzih, bukan tajsim dan tasybih, dan mereka itu seperti ucapan seorang penyair: Semua mengaku punya hubungan dengan Laila, Namun Laila memungkiri pengakuan mereka. Bagaimana mungkin bisa diakui sebagai salaf, sedangkan aqidah mereka tajsim dan tasybih atau diam ketika munculnya bid'ah (bid'ah aqidah seperti yang telah disebutkan diatas).
[Rasail Fii At-Tauhid: 16 - 17]
Karena ada beberapa catatan penting yang mesti kita ketahui dari isi madzhab hanbali mengenai nama dan sifat Allah. Diantaranya adalah: nama, sifat dan dzat Allah bukan jisim, materi, partikel atau atom, Allah tidak bertempat, Itsbat sifat Allah tanpa Kaif (bukan ada Kaif tapi Kaifnya kita tidak tahu), tidak membuat perumpamaan kepada Allah (tidak seperti Addarimi Al Mujassim), tidak merumpamakan nya, tafwidh makna dzohir dalam ayat sifat dan hadist, tidak berpegang pada makna dzohir dalam ayat sifat, tidak menolak ayat sifat, meyakini, menerima dan membenarkan ayat Allah dan hadis sahih Rasulullah.
2. Pembentangan Dan Penguraian.
Aqidah Imam Ahmad adalah Aqidah tanzih bukan seperti mereka yang kita saksikan hari ini.
Al Imam Ahmad bin Hanbal (W 241 H) mengatakan:
ونقل صاحب الخصال من الحنابلة عن أحمد ، أنه قال: من قال: جسم لا كالأجسام كَفَرَ.
Artinya: Dari Imam Ahmad, sesungguhnya beliau berkata: Barang siapa yang berkata: Allah adalah jisim tapi tidak seperti jisim lainnya maka ia telah kafir.
[Al 'Awashim Wa Al Qawashim Libni Waziir (W 840 H): 1/321]
Al Imam Ibnu Hamdan Al Hanbali (W 695 H) menuliskan:
وقال أحمد: أحاديث الصفات تمر كما جاءت من غير بحث على معانيها، وتخالف ماخطر في الخاطر عند سماعها، وننفي التشبيه عن الله تعالی عند ذكرها مع تصديق النبي ، والإيمان بها، وكلما يعقل ويتصور فهو تكييف وتشبيه، وهو محال
Artinya: Imam Ahmad (W 241 H) berkata: Hadits hadits sifat harus dibaca berulang seperti datangnya (apa adanya) tanpa dibahas makna maknanya. Ia berbeda dengan apa yang terbesit dalam hati seseorang ketika mendengarnya. Dan, kami menafikan penyerupaan dengan Allah ketika Allah menyebutkannya serta membenarnya (ucapan) Nabi dan mengimaninya. Setiap kali ia dipahami dan tergambar di benak, maka itulah membagaimanakan (takyif) dan menyerupakan (tasybih). Itu adalah mustahil.
[Nihayatul Mubtadi'in Fii Ushuli Addiin: 33]
Al Imam Abdul Wahid At Tamimi Al Hanbali (W 410 H) mengatakan:
أنكر أحمد على من قال بالجسم وقال: إن الأسماء مأخوذة من الشريعة واللغة وأهل اللغة وضعوا هذا الاسم على ذي طول وعرض وسمك وتركيب وصورة وتأليف والله سبحانه خارج عن ذلك كله.
Artinya: Al Imam Ahmad mengingkari orang orang yang mengatakan jisim. Dan beliau berkata: Sesungguhnya nama nama itu diambil dari segi syariat dan bahasa. Dan ahli bahasa mengemukakan nama ini (jisim) atas yang memiliki panjang, lebar, tebal, susunan, bentuk, dan rangkaian, sedangkan Allah Subhaanahu keluar dari kandungan kata itu secara keseluruhan.
[Daf'u Syubha Man Syabbaha Wa Tamarrad: 68]
Al Imam Abi Ya'la Al Farra' Al Hanbali (W 458 H) berkata:
ورواه أبو عبد الله بن بطة في كتاب الإبانة بإِسْنَادِهِ، عَن أَبِي أمامة قَالَ: قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ما تقرب العباد إلى الله بشيء أفضل من شيء خرج منْهُ وَهُوَ القرآن. اعلم أن المراد بالخروج ها هنا ظهور المنافع، كما يقال: خرج لنا من كلامك خير كثير، وأتنا منه نفع بين وليس المراد به الخروج الذي هُوَ بمعنى الانتقال والمفارقة، لأنه ليس بجسم ولا جوهر، وإنما يجوز الانتقال على الجواهر والأجسام.
Artinya: dan Abu Abdullah bin Battah telah meriwayatkan didalam kitab Al Ibaanah dengan sanadnya, dari Abi Umamah, beliau berkata: Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam bersabda: Tidaklah para hamba mendekatkan dirinya kepada Allah dengan sesuatu yang lebih utama ketimbang dari sesuatu yang keluar dari nya yaitu adalah al Qur'an. Ketahuilah, sesungguhnya yang dimaksud keluar di hadist itu adalah kemanfaatan. Sebagaimana dikatakan: telah banyak kebaikan yang keluar dari ucapanmu kepada kami dan kami tahu penjelasan kemanfaatan darinya (yang diucapkan). Dan yang dimaksud keluar bukanlah bermakna berpindah atau berpisah. Sesungguhnya Allah bukanlah jisim juga bukan materi. Berpindah hanya berlaku pada materi dan jisim.
[Ibthalut Ta'wiilat Li Akhbaris Shifat: 206]
Al Imam Ibnu Abi Ya'la Al Hanbali (W 526 H) berkata:
وليس معنى وجه) معنی جسد» عنده. ولا صورة» ولا تخطيط ومن قال ذلك فقد ابتدع . وكان يقول : إن الله تعالى يدين وهما صفة له في ذاته ليستا بجارحتين، وليستا بمركبتين ولا جسم ولا من جنس الأجسام ولا من جنس المحدود والتركيب ولا الأبعاض والجوارح، ولا يقاس على ذلك، ولا له مرفق ولا عضد، ولا فيما يقتضي ذلك من إطلاق قولهم يد) إلا ما نطق القرآن به، أو صحت عن رسول الله ﷺ السنة فيه.
Artinya: dan (dalam Madzhab Abdullah bin Ahmad bin Hanbal) makna wajah bukanlah bermakna jasad baginya, juga bukan rupa dan juga tidak bermakna skema (wajah). Dan barang siapa yang mengatakan begitu (makna wajah adalah jasad, rupa atau skema) maka sungguh dia telah berbuat buat (bid'ah). Dan Imam Ahmad berkata: Sesungguhnya Yadaini (dua tangan) Allah taala, keduanya merupakan sifat yang dimilikinya dalam dzatnya. Bukanlah dua anggota tubuh, keduanya juga bukan tersusun, juga bukan jisim, juga bukan jenis dari jisim dan juga bukan sesuatu yang dibatasi dan tersusun. Bukan anggota badan dan tubuh. Tidak boleh mengkiyas pada hal tersebut. Yadun-nya (tangannya) bukan siku dan lengan dan juga bukan pada apa apa yang telah dimutlakkan perkataan mereka tentang yadun (tangan). Terkecuali kepada apa apa yang telah Al Qur'an katakan yang yang sahih dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam Sunnah.
[Tabaqatul Hanabilah: 2/254]
Al Imam Ibnul Jauzi Al Hanbali (W 597 H) mengatakan:
وقد ثبت أن الأماكن ليست في ذاته ولا ذاته فيها
Artinya: Dan Sungguh telah menjadi ketetapan bahwa tempat tidak ada didalam Dzat-Nya Allah dan dzatnya Allah tidak ada didalam tempat.
[Majaalis Libni Jauzi: 60]
Al Imam Ibnu Qudamah Al Hanbali Al Maqdisi (W 620 H) menegaskan lagi didalam kitab yang berbeda:
ولأنَّ قَوْلَهم : ( ءامَنَّا بِهِ ﴾ [آل عمران:۷] يدلُّ على نوع تفويض وتسليم لشيء لم يَقِفُوا على مَعْنَاه، سيَّمَا إِذا أتبعوه بقولهم: كل من عند ربنا [آل عمران:۷].
Artinya: Dan sesungguhnya ucapan mereka (Ulama salaf): Aamannaa Bihi; Kami mengimaninya [Ali Imran ayat: 7] menunjukkan atas macam/jenis Tafwidh dan Taslim kepada sesuatu yang mereka tidak berdiam pada maknanya. Apalagi orang orang yang banyak mengikuti ucapan mereka (pegangan salaf): Segala yang datang dari tuhan kami. [Ali Imran ayat: 7]
[Raudhatun Naadhir Wa Junnatul Munaadhir: 1/162]
Al Imam Ibnu Qudamah Al Hanbali Al Maqdisi (W 620 H) berkata:
فكل ما جاء في القرآن أو صح عن المصطفى من صفات الرحمن وجب الإيمان به، وتلقيه بالتسليم والقبول، وترك التعرض له بالرد والتأويل والتشبيه والتمثيل وما أشكل من ذلك وجب اثباته لفظا، وترك التعرض لمعناه، ونرد علمه إلى قائله،
Artinya: Segala sesuatu yang datang dalam Al Qur'an atau yang sahih dari Al Musthofa (Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam) berkenaan dari sifat Arrahman (Allah). Maka, wajib mengimani nya, percaya dengan membenarkan dan menerima, tidak mempertentangkan nya dengan menolak ta'wilan, penyerupaan dan perumpamaan. Dan sesuatu yang yang tidak jelas dari hal tersebut, wajib menetapkan lafadznya dan tidak membincangkan maknanya dan kami mengembalikan pengetahuannya kepada yang mengatakan nya (Allah dan rasulnya).
[Lum'atul Itiqad Al Hadi Ilaa Sabiilir Rasyad: 4]
Al Imam Sulaiman bin Abdul Qawii Al Hanbali (W 716 H) berkata:
والثالث: اعتقاد ما يليق بجلال الله - سبحانه - منها ، مع القطع بتنزيه الله - سبحانه ـ عن مشابهة مخلوقاته أو بعضها بوجه من الوجوه اعتمادا على قوله تعالى : ...ليس كمثله شيءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ) فأول الآية تنزيه، والثاني إثبات فهو أولى من الإثبات المفضي إلى التمثيل، والتنزيه المفضي إلى التعطيل وهذا هو الذي أقول به
Artinya: Yang ketiga: Menyakini apa apa yang sesuai dengan keagungan Allah Subhaanahu. Diantaranya beriringan dalil qath'i terhadap sucinya Allah Subhaanahu dari penyerupaan terhadap makhluk makhluk nya atau sebagainya dengan segi dari beberapa segi keyakinan bulat atas firman nya Allah taala: tidak ada sesuatu yang sama dengannya dan dialah yang maha mendengar dan melihat. Ayat yang pertama (ليس كمثله شيءٌ) menunjukkan tanzih/kesucian dan yang kedua (وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ) menunjukkan Itsbat, Itsbat lebih utama dari Itsbat yang mengarahkan pada perumpamaan dan ketimbang tanzih juga yang mengarah kepada penolakan (Ta'thil) dan dasar inilah aku berpendapat dengan nya.
[Al Intishiratul Islamiyyah Fii Kasyfi Syubhin Nashraniyyah: 1/447]
Al Imam Ibnu 'Aadil Al Hanbali (W 880 H) berkata:
وإن حملناها على مُنافقي أهل الكتاب - وهم اليهود - فإنما كذبهم الله - تعالى - لأن إيمان اليهود بالله ليس بإيمان؛ لأنهم يعتقدونه جسماً وقالوا: عزيز ابن الله،
Artinya: dan sesungguhnya sudut pandang kami atas kemunafikannya ahli kitab yaitu mereka orang orang yahudi, sesungguhnya mereka mendustakan Allah taala. Sesungguhnya, keimanan orang yahudi kepada Allah bukanlah sebenarnya keimanan, karena mereka menyakini Allah sebagai jisim dan mereka berkata: Uzair adalah anak Allah.
[Allubab Fii Uluumil Kitab: 1/335]
Al Imam Zainuddin Mar'i Bin Yusuf Al Hanbali (W 1033 H) berkata:
اعلم : أنَّ الله سبحانه مخالف لجميع الحوادث، ذاته لا تُشبه الذوات، وصفاته لا تُشبه الصفاتِ لا يُشْبهه شيءٌ من خلقه، ولا يُشبه شيئاً من الحوادث، بل هو منفرد عن جميع المخلوقات، ليس كمثله شيء؛ لا في ذاته، ولا في صفاته، ولا في أفعاله، له الوجود المطلق فلا يَتَقيَّدُ بزمانٍ، ولا يَتَخَصَّص بمكان والوَحْدَةُ المطلقة لقيامه بنفسه واستقلاله في أفعاله، وكل ما توهمه قلبك، أو جميع سَنَحَ في مجاري فكرك، أو خَطر في بالك من حُسْنٍ أو بهاء أو شَرَفٍ أو ضياء أو جمال أو شَبَح مُماثل، أو شخص متمثل، فالله تعالى بخلاف ذلك، واقرأ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ.
Artinya: Ketahuilah: Sesungguhnya Allah Subhaanahu menyelisihi semua yang baharu. Dzatnya tidak menyerupai pada dzat dzat lainnya, sifat sifatnya tidak menyerupai sifat sifat lainnya, tidak ada sesuatu yang menyerupai nya dari makhluk nya dan Allah tidak menyerupai sesuatu dari sesuatu yang baharu. Melainkan, Allah Mufrad (sendiri/beda dengan lainnya) dari semua makhluk makhluk, sesuatu tidak ad yang sepertinya, dalam dzatnya, sifatnya dan pekerjaan nya. Allah memiliki wujud yang mutlak, yang tidak terikat dengan waktu, tidak ditentukan oleh tempat (tanpa tempat). Esa kemutlakannya pada sifat Qiyamuhu Binafsihi nya, ... Dan segala apapun yang terbetik dalam hatimu, semua yang menyeret dalam lintasan pikiran mu atau yang terbayang dalam benak mu, baik dari kebaikan, kesombongan, kemuliaan, cahaya, ketampanan, hantu yang menyerupakan atau dari merumpamakan seseorang. Maka, Allah taala tidak seperti itu. Dan bacalah: Tidak ada sesuatu yang seperti Allah.
[Aqawiluts Tsiqaat: 134]
Al Imam Abdul Baqii Al Mawaahibi Al Hanbali (W 1071 H) berkata:
فصل : ويجب الجزم بأنه تعالى ليس بجوهر ، ولا جسم ، ولا عرض، لا تحله الحوادث ، ولا يحل في حادث ، ولا ينحصر فيه ؛ فمن اعتقد أن الله تعالى بذاته في كل مكان ، أو في مكان ؛ فكافر . بل يجب الجزم بأنه تعالى ليس حالاً في خلقه ، بل كان ولا مكان ، ثُمَّ خلق المكان ، وهو الآن كما كان قبل خلق المكان . لا يُدرك بالحواس ، ولا يقاس بالناس ، ولا مدخل لذاته وصفاته في القياس ؛ فهو الغني . عن كل شيء ، ولا يستغني عنه شيء ، ولا يُشبه شيئاً ، ولا يُشبهه شيء.
Artinya: Fashlun : Wajib menyakini bahwa Allah taala bukanlah materi, jisim, partikel, pembaharuan tidak menyatu padanya, ia bukan baharu dan tidak diliputi baharuan. Maka, barang siapa yang menyakini bahwa Allah taala dengan dzatnya ada disetiap tempat atau dalam tempat. Maka, ia kafir. Melainkan, wajib menyakini bahwa Allah taala bukanlah keadaan. Melainkan, Allah sudah ada dan tanpa tempat, kemudian ia menciptakan tempat dan ia sekarang sama seperti dahulu (tanpa tempat) sebelum menciptakan tempat. Allah tidak bisa dirasa dengan panca indera, tidak boleh dikiyas kan dengan manusia, dzatnya dan sifatnya tidak dimasuki kiyasan. Ia maha kaya (tidak butuh pada apa yang ia telah ciptakan) dari segala apapun, sesuatu pasti membutuhkannya, ia tidak menyerupai sesuatu dan tidak ada sesuatu yang menyerupai nya.
[Al Ainu Wa Al Atsar: 34 - 35]
Al Imam Musthofa bin Sa'ad Al Hanbali (W 1243 H) berkata:
وَهُوَ مِنْ أَسْمَاءِ الرَّبِّ، تَعَالَى وَتَقَدَّسَ عَنْ مُشَابَهَةِ الأَجْسَامِ، وَمُضَاهَاةِ الأَنَامِ،
Artinya: Dan lafadz Asshalat merupakan dari nama nama Allah, maha tinggi dan maha suci Allah dari menyerupai jisim dan meniru niru manusia.
[Mathalibu Ulin Nuha: 1/13]
Selesai.
© ID Cyber Aswaja
Oleh Founder ID Cyber Aswaja: M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.
Sumber FB Ustadz : ID Cyber Aswaja