Menggugat Penggunaan Atsar Sahabat Tentang Tradisi

Menggugat Penggunaan Atsar Sahabat Tentang Tradisi

Menggugat Penggunaan Atsar Sahabat Tentang Tradisi
Ini kali kedua saya mendapat teguran soal status di FB. Bukan lantaran banyak literasi justru karena hanya tahu dari ustadznya saja kemudian menyalahkan dalil yang saya bawakan, riwayat Sahabat Ibnu Mas'ud (silahkan baca di status sebelum ini). Dan sepertinya saya membuat jawaban ini untuk yang terakhir bagi beliau. 

Kalau ulama Syafi'iyah jelas menerima riwayat tersebut sebagai dalil, terlebih dalam kaedah fikih berbunyi "Tradisi dinilai kuat: العادة محكمة". Berikut beberapa penjelasan ulama lain:

اِنَّ الشَّرْعَ اعْتَبَرَ عَادَةَ النَّاسِ لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مَا رَآهُ الْمُؤْمِنُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى حَسَنٌ (مجمع الأنهر في شرح ملتقى الأبحر الشيخ زاده الحنفي – ج 5 / ص 361)

“Sesungguhnya syariat membenarkan tradisi umat Islam, sesuai sabda Nabi: Apa yang dilihat baik oleh kaum mukminin, maka baik pula bagi Allah” (Majma’ al-Anhar 5/361) 

وَعُرْفُ الْمُسْلِمِينَ وَعَادَتُهُمْ حُجَّةٌ مُطْلَقَةٌ قَالَ النَّبِيُّ : عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مَا رَآهُ الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ (بدائع الصنائع في ترتيب الشرائع علاء الدين الحنفي - ج 11 / ص 437)

“Kebiasaan umat Islam dan tradisinya adalah sebuah dalil. Nabi bersabda: Apa yang dilihat baik oleh umat Islam, maka baik pula bagi Allah” (Badai’ al-Shanai’ 11/437)

Hal ini dibuktikan dengan fatwa ulama Al-Azhar, Mesir:

وَهَذَا الْأَثَرُ اسْتَدَلَّ بِهِ جُمْهُوْرُ الْعُلَمَاءِ عَلَى أَنَّ الْعُرْفَ حُجَّةٌ فىِ التَّشْرِيْعِ وَلَكِنْ بِشَرْطِ عَدَمِ تَعَارُضِهِ مَعَ النُّصُوْصِ الصَّرِيْحَةِ وَالْأُصُوْلِ الْمُقَرَّرَةِ .... قَالَ الْعُلَمَاءُ : إِنَّ الْعُرْفَ لَا يُؤْخَذُ بِهِ إِلَّا بِشُرُوْطٍ مِنْهَا أَنْ يَكُوْنَ مُطَّرِدًا أَوْ غَالِبًا أَىْ شَائِعًا بَيْنَ الْكَثِيْرِيْنَ مَعَ مُرَاعَاةِ أَنَّ لِكُلِّ جَمَاعَةٍ عُرْفَهَا وَمِنْهَا أَلَّا يَكُوْنَ مُخَالِفًا لِنَصٍّ شَرْعِىٍّ كَشُرْبِ الْخَمْرِ وَلَعْبِ الْمَيْسِرِ وَالتَّعَامُلِ بِالرِّبَا ... 

Atsar ini dijadikan dalil oleh mayoritas ulama bahwa urf atau kebiasaan adalah sebuah dalil dalam agama, namun dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran agama dan kaidah ushul yang telah ditetapkan... ulama berkata: Urf atau kebiasaan tidak digunakan kecuali dengan beberapa syarat, diantaranya harus berlaku secara umum oleh kebanyakan orang, serta melestarikan kebiasaan masing-masing. Diantaranya juga tidak bertentangan dengan dalil agama, seperti minum khamr, permainan judi dan transaksi riba...” (Fatawa al-Azhar 10/336)

Soal Atsar di atas bagi sebagian ulama fikih, teks ini memang populer sebagai hadis. Namun al-Hafidz al-Suyuthi menegaskan bahwa teks tersebut bukan hadis, namun atsar dari Abdullah bin Mas’ud (al-Asybah wa al-Nadzair 1/164).

Mengapa sebagian Fuqaha menyebut sebagai hadis? Hal ini sudah lumrah di kitab-kitab klasik:

قول الصحابي فيما لا مجال فيه للرأي والاجتهاد له حكم الرفع إلى النبي - صلى الله عليه وسلم -

Pendapat Sahabat yang tidak ada peluang sebagai pendapat pribadi atau ijtihad maka statusnya disandarkan kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam.

*Maksud kurang ajar di kolom chat adalah kurang belajar. "Ajar" dalam bahasa Jawa adalah belajar.

______________________

Pembekalan Aswaja STAI Al Azhar, Gresik

Pembekalan Aswaja STAI Al Azhar, Gresik
Alhamdulillah pagi ini bersilaturahmi ke Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhar, Menganti Gresik, yang akan mewisuda 300 mahasiswa. Sebagian ada yang melalui program beasiswa Madrasah Diniyah dari Pemprov Jatim.

Kebanyakan para sarjana ini adalah jurusan pendidikan. Pengamatan saya 70% dari kaum Hawa. Artinya ke depan para guru lebih didominasi perempuan.

Seperti biasa saya mendapat tugas memberi pembekalan Aswaja dan saya tekankan bahwa masyarakat kita menganut tradisi ulama terdahulu. Saya pun mewanti-wanti agar mereka tetap menjaga, melestarikan dan membela dengan menyampaikan beberapa argumen dan dalil.

Riwayat Sahabat yang dijadikan landasan soal tradisi yang baik adalah:

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ : مَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُوْنَ سَيّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّىءٌ وَقَدْ رَأَى الصَّحَابَةُ جَمِيْعًا أَنْ يَسْتَخْلِفُوْا أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ 

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Apa yang dilihat baik oleh umat Islam, maka baik pula bagi Allah. Dan apa yang dilihat buruk oleh umat Islam, maka buruk pula bagi Allah. Para sahabat kesemuanya telah berpandangan untuk mengangkat khalifah Abu Bakar” (Riwayat Ahmad, al-Hakim, al-Thabrani dan al-Bazzar. Al-Dzahabi berkata: Sahih. Al-Haitsami berkata: Para perawinya terpercata)

Saya contohkan bahwa mengirim pahala untuk keluarga yang telah wafat adalah tradisi sejak abad pertengahan Islam. Seperti yang disampaikan oleh Syekh Khatib Asy-Syirbini dari Mesir:

وَحَكَى الْمُصَنِّفُ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ وَالْأَذْكَارِ وَجْهًا أَنَّ ثَوَابَ الْقِرَاءَةِ يَصِلُ إلَى الْمَيِّتِ كَمَذْهَبِ الْأَئِمَّةِ الثَّلَاثَةِ ، وَاخْتَارَهُ جَمَاعَةٌ مِنْ الْأَصْحَابِ مِنْهُمْ ابْنُ الصَّلَاحِ ، وَالْمُحِبُّ الطَّبَرِيُّ ، وَابْنُ أَبِي الدَّمِ ، وَصَاحِبُ الذَّخَائِرِ ، وَابْنُ أَبِي عَصْرُونٍ ، وَعَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ ، وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ 

“Al-Nawawi menyebutkan suatu pendapat Syafiiyah dalam Syarah Muslim dan Adzkar bahwa pahala bacaan al—Quran bisa sampai kepada mayit, seperti tiga madzhab yang lain. Pendapat ini dipilih oleh ulama Syafiiyah diantaranya Ibnu Shalah, Muhib al-Thabari, Ibnu Abi Dam, pengarang al-Dzakhair, Ibnu Abi Ashrun. INILAH YANG DIAMALKAN UMAT ISLAM. Apa yang dilihat baik oleh umat Islam, maka baik pula bagi Allah” (Mughni al-Muhtaj 11/220)

Tapi saya yakin alumni kampus ini tetap kuat di bidang keAswajaan, karena para pengajarnya juga pakar-pakar Aswaja seperti Kiai Nur Rohmad dan Mas Moch Rofi'i Boenawi .

Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Menggugat Penggunaan Atsar Sahabat Tentang Tradisi". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait