KRITIK TERKAIT DENGAN MAULID NABI MUHAMMAD ﷺ
Dalam kesempatan ini saya mau kritik kawan-kawan Salafi Wahabi dan (sebagian) kawan Ahlussunnah wal Jama'ah terkait dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ.
Kritik pertama saya tujukan kepada kawan-kawan Salafi Wahabi. Hingga kini mereka masih konsisten menyesatkan peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ dengan berbagai alasan.
Alasan pertama mereka:
"Maulid Nabi Muhammad ﷺ tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah ﷺ, sahabat Nabi, juga para imam salaf seperti para imam madzhab yang empat".
Saya jawab, alasan ini tidak ilmiyah, sebab sesuatu yang tidak dilakukan oleh Nabi ﷺ tidak otomatis haram adalah kesepakatan ulama'. Haram adalah ketika wujud dalil pengharaman. Dan dalam hal ini tidak ada dalil pengharaman. Artinya, Maulid Nabi Muhammad ﷺ tidak melanggar nash al-Qur'an, nash al-Hadits, dan Ijma' ulama'.
Kemudian, jika tidak dilakukan oleh salaf adalah alasan kesesatan atau keharaman, maka menurut saya Salafi Wahabi juga tidak konsisten, sebab berapa banyak amalan yang dilakukan oleh salaf tapi disesatkan oleh ulama' mereka.
Misal:
1. Imam as-Syafi'i melafalkan niat shalat. Tapi Salafi Wahabi menyesatkan.
2. Sahabat Nabi Sayyidina Abdullah bin Umar melakukan tabarruk. Salafi Wahabi tetap saja menyesatkan dengan alasan shahabat-shahabat senior tidak melakukan.
3. Sahabat Nabi Sayyidina Abdullah bin Amr yang berwasiat agar dibacakan al-Qur'an di kuburan beliau. Salafi Wahabi bilang itu sesat dan menyelisih sunnah.
4. Imam Ahmad membolehkan cium (nisan) kuburan. Salafi Wahabi rame-rame menyesatkan dan menuduh itu adalah perbuatan menyembah kubur.
5. Sahabat Nabi buat tarawih 20 rakaat bahkan ijma' mereka. Salafi Wahabi hingga kini masih banyak yang menyesatkannya dengan nyindir-nyindir dalam ceramah mereka.
6. Sahabat Nabi dan ulama salaf menciptakan sighot selawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Salafi Wahabi hingga kini masih konsisten menyesatkan shalawat Nariyah, Thibbul Qulub dan lain-lain dengan alasan shalawat kreatifitas yang tidak diajarkan Nabi.
7. Imam Ahmad membolehkan jimat tabarruk (untuk perlindungan). Salafi Wahabi juga tetap menyesatkan, bahkan menuduh syirik pula.
Jadi, alasan Maulid Nabi Muhammad ﷺ sesat karena tidak dilakukan salaf adalah alasan yang menurut saya tidak bermuatan nilai ilmu.
Alasan kedua Salafi Wahabi, bahwa:
"Ibadah yang asal adalah tauqifi (nash al-Qur'an dan as-Sunnah). Sementara Maulid Nabi Muhammad ﷺ ini termasuk ibadah yang tidak ada dalilnya dari nash al-Qur'an dan as-Sunnah secara sharih (jelas)".
Saya jawab, jika alasan kalian demikian, maka beranikah kalian menyesatkan ulama' berikut ini:
1. Sahabat Abdullah bin Abbas yang mengadakan ta'rif, yakni berdoa di sore hari Arofah yang tidak ada dalil shorihnya dari al-Qur'an dan as-Sunnah?
2. Syaikh Ibn Taimiyah yang melazimkan membaca al-Fatihah sehabis shalat subuh hingga menjelang matahari muncul yang juga tidak ada dalil shorihnya dari al-Qur'an dan as-Sunnah?
3. Ulama salaf yang membolehkan zakat fitrah dengan uang yang tidak ada dalil shorihnya dari al-Qur'an dan as-Sunnah?
Bukankah hal-hal diatas adalah ibadah?
Jika kalian tak berani, maka seharusnya kalian introspeksi diri. Jangan-jangan argumentasi yang kalian bangun selama ini bermasalah. Mayoritas ulama' yang membolehkan Maulid Nabi Muhammad ﷺ gak sebodoh yang kalian kiri. Al-Hafiz Abu Syamah, al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqallani, al-Hafiz as-Suyuthi, al-Hafiz as-Sakhawi, al-Imam Ibn Hajar al-Haitami dan lain-lain adalah ulama'-ulama' besar yang kemampuan ilmunya sangat terakui. Artinya, definisi "ibadah" kalian bermasalah dan sepihak. Bukankah ulama' membolehkan qiyas (ijtihad) dalam ibadah? Bukankah ulama' membedakan antara ibadah yang bersifat asal (mahdhoh) dan ibadah yang tidak bersifat asal (ghoiru mahdhoh)? Ibadah asal (mahdhoh) harus tauqifi dan ibadah yang tidak asal (ghoiru mahdhoh) cukup dalil umum? Idealnya, menyesatkan sesuatu itu setelah komprehensif dalam menelaah dalil dan argumentasi lawan.
Kemudian kritik kedua saya tujukan kepada sebagian kawan-kawan Ahlussunnah wal Jama'ah yang mengadakan Maulid Nabi Muhammad ﷺ tetapi tidak mengindahkan adab-adab syariat.
Misal:
1. Maulid Nabi diiringi dengan musik-musik yang disepakati keharamannya oleh ulama'.
2. Maulid Nabi diiringi dengan joget-joget yang tidak mencerminkan adab Islam.
3. Maulid Nabi dengan berkumpul antara laki-laki dan perempuan padahal tidak dalam keadaan dharurat.
4. Maulid Nabi tetapi tidak mengisahkan kisah teladan Rasulullah ﷺ agar diikuti dan diteladani.
5. Menyampaikan hadits palsu atau "la asla lahu" tentang anjuran Maulid Nabi.
6. Maulid Nabi dengan mengundang penceramah yang tidak kompeten dan hanya gebyar "wah"-nya saja.
Sumber FB Ustadz : Hidayat Nur