Mengenal Istilah Musytarak

Mengenal Istilah Musytarak

Mengenal Istilah Musytarak

Musytarak berarti satu kata untuk dua makna yang berbeda, yang mana keduanya adalah makna hakikat dan bukan majas. Istilah bahasa Indonesianya, musytarak adalah polisemi atau homonim, tergantung kata apa yang dimaksud.

Pelajaran dasar bahasa ini penting dipahami terlebih dahulu sebelum membahas ilmu lain, termasuk ilmu akidah. Banyak orang yang hafal banyak hadis tapi berkomentar bodoh tentang akidah Ahlussunah wal Jamaah sebab kendala ilmu bahasa yang di bawah standar.

Contohnya adalah istilah kalamullah. Istilah kalamullah adalah istilah musytarak bagi dua jenis hal yang substansinya berbeda sebagai berikut:

1. Makna pertama adalah sifat kalam yang melekat pada Dzat Allah. Sebab yang dimaksud adalah sifat Allah, maka seperti sifat lainnya ia abadi, tidak berawal dan tidak punya akhiran, tidak tersusun dari bagian-bagian yang lebih kecil, tidak sama sama sekali dengan apa pun yang dikenal atau dibayangkan manusia. Dengan kata lain, bukan berupa suara atau pun huruf. Tentu saja ia bukan makhluk. Inilah yang dimaksud ulama salaf sebagai kalamullah bukan makhluk. 

2. Makna kedua adalah pesan dari Allah berupa al-Qur’an yang kita terima dan disampaikan secara verbal oleh Nabi Muhammad kepada para sahabat kemudian ditulis dalam lembaran-lembaran mushaf, dihafal, dibaca serta disimpan di rak-rak yang terjaga rapi.  Kalamullah dalam makna al-Qur’an yang ini terdiri dari susunan huruf, bisa dihapus, diedit, diberi warna dan dikonversi ke dalam media yang berbeda. Tentu saja yang kita bahas ini punya awalan dan akhiran. Bukan hanya itu, ia direproduksi, dicetak, dijual dan bahkan dibakar oleh orang-orang yang benci pada agama Islam. Setelah anda memahami ini, masihkah anda bertanya apakah yang kita bahas ini makhluk atau bukan? Ada suaranya atau bukan? Harusnya anda bisa menjawab dengan mudah sebab makna kedua yang dibahas ini tak lain hanyalah mushaf, hafalan/memori, suara, tulisan dan rekaman yang profan. 

Kedua makna di atas sama-sama disebut kalamullah dan sama-sama disebut sebagai al-Qur’an secara hakikat. Saya ulangi, keduanya adalah makna hakikat, bukan majas, bukan ibarat dan bukan pula hikayat. Ini adalah pendapat yang muktamad dalam madrasah Ahlussunah wal Jamaah Asy'ariyah.

Imam Sanusi menjelaskan:

وهل إطلاقه على ما في النفس وعلى اللفظ بطريق الحقيقة، أو هو حقيقة في القول مجاز في النفسي، أو بالعكس؟ ثلاثة أقوال، والذي استقر عليه رأي الشيخ أبي الحسن الأشعري أنه مشترك

"Apakah memutlakkan istilah tersebut atas makna yang ada dalam Diri Allah dan makna yang berupa redaksi lafadz adalah sama-sama hakikat atau hakikat untuk yang berupa lafadz dan majas untuk yang ada dalam diri, ataukah sebaliknya? Ada tiga pendapat, adapun yang terakhir dipilih oleh pemikiran Syaikh Abul Hasan al-Asy'ariy adalah bahwasanya keduanya musyratak/sama-sama hakikat". (As-Sanusi, Syarh al-Kubra)

Jadi jangan ada yang termakan propaganda sebagian orang bernalar pendek yang tidak memahami arti kata musytarak ini. Karena tidak paham, akhirnya menuduh bahwa Asy'ariyah meyakini bahwa al-Qur’an bukan kalamullah secara hakikat tapi sekedar majas. Ini tuduhan orang yang tidak paham bahwa makna hakikat bisa berlaku pada dua substansi yang berbeda.


Sebagian kalangan, seperti Taymiyun, berpendapat sama seperti Muktazilah bahwa hakikat kalamullah tidak lebih dari susunan suara dan huruf yang kita terima sebab tidak mampu memahami adanya makna pertama. Ini juga salah besar sebab hanya tahu satu makna saja. 

Semoga bermanfaat. 

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Mengenal Istilah Musytarak". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait