Hanya Seorang Muslim

Hanya Seorang Muslim

HANYA SEORANG MUSLIM

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

S : "Kiyai antum ini kadang NU banget, tapi sering juga pakai amaliyah ala Muhamadiyah. Sedang kalau dicermati kadang kayak orang Tarbiyah, Jama'ah Tabligh dan bahkan Salafi. Antum ikut kelompok apa sebenarnya ?"

AST : "Mereka yang di NU, Muhamadiyah, Tabligh, Salafi atau Ikhwani, itu muslim bukan ?"

S : "Iya muslim lah."

AST : "Secara umum, pokok aqidah mereka Ahlussunnah wal Jama'ah bukan ?"

S : "Iya, ahlussunnah juga sih."

AST : "Lalu apa salahnya kalau saya mirip dengan setiap muslim yang masih berakidah ahlus Sunnah wal Jama'ah ?"

•┈┈•••○○❁༺αѕт༻❁○○•••┈┈•

Saya hanya ingin dikenal dan dikenang dengan identitas yang jelas sebagai seorang muslim, tak lebih dari itu. Mungkin ini bahasa yang terlalu klise atau bahkan dianggap naif sekali oleh sebagian orang, tapi di zaman terbolak-balik seperti ini, kita tidak perlu malu untuk mengakui sebuah prinsip meski itu dikatakan buruk oleh orang banyak.

Maka sudah barang tentu jika yang anda maksud NU adalah mereka yang berislam dengan merujuk kepada kitab para ulama madzhab, maka kami akan sangat bangga disebut sebagai orang NU.

Tapi kalau yang dimaksudkan adalah mereka yang menjadikan syariat sebagai permainan, gemar mencampuradukkan aqidah dengan kekafiran dan berwala' kepada non muslim lalu semua itu diatas namakan NU, maka kami tidak pernah ridha menjadi bagian dari mereka.

Kalau yang anda maksud kami mirip dengan salafi, yakni mereka yang teguh dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti dan menghidupkan sunnah Nabi, maka sudah pasti kami bangga disebut sebagai salafi.

Tapi jika yang anda maksud dengan sebutan itu adalah mereka yang keras dan culas cara beragamanya. Mendaku sebagai yang paling ahlussunnah sendiri, lalu melebeli pihak lain sebagai firqah dhalalah, maka saya tak pernah mau menjadi bagian dari mereka.

Jika yang anda maksud haraki adalah mereka yang senantiasa bergerak dalam kebaikan, senantiasa peduli terhadap nasib kaum muslimin di manapun yang tak dibatasi oleh sebuah wilayah teritorial, maka sebutlah kami sebagai bagian dari kalangan haraki.

Tapi jika yang anda maksudkan dengan penyebutan itu adalah mereka yang gemar ribut di sosmed dan suka menyebar hoax. Kalau urusan debat begitu semangat, sedangkan giliran disuruh ngaji pada ngilang, kami justru sangat anti dengan kelompok yang seperti ini.

Jangan pernah terjebak oleh sebuah istilah. Karena kadang para musuh kebenaran, mereka menamai yang baik dengan sebutan yang buruk, agar manusia pergi meninggalkannya.

Maka istilah yang buruk sekalipun, bila digunakan untuk memburukkan kebaikan, kita harus mau membela kebaikan itu.

Persis seperti apa yang dikatakan oleh imam Syafi'i :

إن كان رافضا حب آل محمد فليشهد الثقلان إني رافضي

"Sekiranya hanya karena mencintai keluarga Muhammad seseorang dikategorikan sebagai Syiah Rafidhi. Maka saksikanlah wahai penduduk langit dan bumi, sesungguhnya aku adalah pengikut syiah Rafidhi."

Tentu perkataan beliau tersebut tidak bisa dimaknai bahwa imam Syafi'i rahimahullah mendukung kelompok sesat ini apa lagi berpaham syiah Rafidhah, sebagaimana yang sering disalah pahami.

Tapi ini sebagai bentuk pernyataan tegas dan lugas, juga komitmen kuat orang berilmu seperti beliau, bahwa kebenaran tetaplah kebenaran, meskipun manusia telah menyebutnya dengan keburukan.

Maka jika hari ini hal sama juga terjadi, semisal penampilan berjenggot, berjubah atau yang biasa bicara tentang penegakkan hukum Allah disebut dengan istilah kadrun misalnya, maka jangan membuat kita lantas lari meninggalkan apa yang selama ini kita perjuangkan...

Wallahu a'lam. 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Hanya Seorang Muslim". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait