Allah tidak bisa ditunjuk dengan jari secara lokasi dan koordinat karena Allah tidak bertempat. Allah bukan jism yang membutuhkan tempat sebagaimana makhluk.
Imam Thahawi berkata:
وَتَعَالَى عَنِ الْحُدُودِ وَالْغَايَاتِ، وَالْأَرْكَانِ وَالْأَعْضَاءِ وَالْأَدَوَاتِ، لَا تَحْوِيهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ
“Allah Maha Suci dari batasan, ujung, sisi, organ dan alat. Allah tidak diliputi oleh enam arah sebagaimana makhluk-makhluk yang ada.” (Akidah Thahawiyah)
Adapun arah atas yang sering dihadapi ketika orang berdoa itu bukan karena Allah berlokasi di atas. Arah atas hanyalah dijadikan sebagai kiblat doa, sebagaimana Ka’bah dijadikan sebagai kiblat solat.
Imam Nawawi berkata:
هُوَ اللَّهُ وَحْدَهُ وَهُوَ الَّذِي إِذَا دَعَاهُ الدَّاعِي اسْتَقْبَلَ السَّمَاءَ كَمَا إِذَا صَلَّى الْمُصَلِّي اسْتَقْبَلَ الْكَعْبَةَ وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَنَّهُ مُنْحَصِرٌ فِي السَّمَاءِ كَمَا أَنَّهُ لَيْسَ مُنْحَصِرًا فِي جِهَةِ الْكَعْبَةِ بَلْ ذَلِكَ لِأَنَّ السَّمَاءَ قِبْلَةُ الدَّاعِينَ كَمَا أَنَّ الْكَعْبَةَ قِبْلَةُ الْمُصَلِّينَ
“Allah adalah yang kalau orang berdoa menghadap atas (langit) sebagaimana kalau solat menghadap Ka’bah. Itu bukan berarti Allah hanya terbatas di arah atas sebagaimana Allah tidak terbatas di arah Ka’bah. Itu hanyalah karena atas adalah kiblat orang-orang yang berdoa sebagaimana Ka’bah adalah kiblat orang-orang yang solat.” (Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi, 5/24)
Demikianlah penjelasan Imam Nawawi tentang makna arah atas yang menjadi kiblat setiap muslim ketika berdoa.
Sumber FB Ustadz : Danang Kuncoro Wicaksono