Menggabung Niat Puasa Syawwal dan Qadha Puasa Ramadhan

Menggabung Niat Puasa Syawwal dan Qadha Puasa Ramadhan

Menggabung Niat Puasa Syawwal dan Qadha Puasa Ramadhan

Diperbolehkan menggabung niat puasa 6 hari bulan Syawwal dengan qadha Ramadhan menurut Al Imam Ar Ramli dan keduanya mendapatkan pahala. Sedangkan menurut Abu Makhramah tidak mendapatkan pahala keduanya bahkan tidak sah.

قال شيخنا كشيخه والذي يتجه أن القصد وجود صوم فيها فهي كالتحية فإن نوى التطوع أيضا حصلا وإلا سقط عنه الطلب

( وقوله كالتحية ) أي فإنها تحصل بفرض أو نفل غيرها لأن القصد شغل البقعة بالطاعة وقد وجدت ( قوله فإن نوى التطوع أيضا ) أي كما أنه نوى الفرض ( وقوله حصلا ) أي التطوع والفرض أي ثوابهما ( قوله وإلا ) أي وإن لم ينو التطوع بل نوى الفرض فقط ( وقوله سقط عنه الطلب ) أي بالتطوع لاندراجه في الفرض

“Berkata Guru kami sebagaimana guru beliau : Pendapat yang memiliki wajah penyengajaan dalam niat (dalam masalah ini) adalah adanya puasa didalamnya maka sama seperti shalat Tahiyyatul Masjid bila diniati kesunahan kedua-duanya juga mendapatkan pahala bila tidak diniati maka gugur tuntutannya”.

(Keterangan seperti shalat Tahiyyatul Masjid) artinya shalat Tahiyyatul Masjid  bisa berhasil ia dapatkan saat ia menjalani kewajiaban shalat fardhu atau sunah lainnya karena tujuan niat (dalam shalat Tahiyyatul Masjid) adalah terdapatnya aktifitas ibadah di masjid dan ini sudah terjadi.

(Keterangan diniati kesunahan) sama halnya saat ia niati ibadah fardhu

(Keterangan kedua-duanya juga mendapatkan) artinya mendapatkan pahala puasa sunah dan puasa fardhu

(Keterangan bila tidak ia niati) artinya ia tidak niat puasa sunah tapi hanya niat puasa fardhu saja

(Keterangan maka gugur tuntutannya) artinya tuntutan puasa sunnahnya karena telah tercakup dalam puasa fardhu. Keterangan ini dapat ditemukan di Kitab I’anah at-Thalibiin.

(مسألة: ك): ظاهر حديث: «وأتبعه ستاً من شوّال» وغيره من الأحاديث عدم حصول الست إذا نواها مع قضاء رمضان، لكن صرح ابن حجر بحصول أصل الثواب لإكماله إذا نواها كغيرها من عرفة وعاشوراء، بل رجح (م ر) حصول أصل ثواب سائر التطوعات مع الفرض وإن لم ينوها، ما لم يصرفه عنها صارف، كأن قضى رمضان في شوّال، وقصد قضاء الست من ذي القعدة، ويسنّ صوم الست وإن أفطر رمضان اهـ. قلت: واعتمد أبو مخرمة تبعاً للسمهودي عدم حصول واحد منهما إذا نواهما معاً، كما لو نوى الظهر وسنتها، بل رجح أبو مخرمة عدم صحة صوم الست لمن عليه قضاء رمضان مطلقاً.

Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawwal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim).

Bila melihat zhahirnya hadits seolah memberi pengertian tidak terjadinya kesunahan 6 hari bulan Syawwal saat ia niati bersamaan dengan qadha ramadhan. Namun, Ibn Hajar menjelaskan mendapatkan kesunahan dan pahalanya bila ia niati sama seperti puasa-puasa sunah lainnya seperti puasa hari Arafah dan Asyura bahkan Al Imam Ar Ramli mengunggulkan pendapat terjadinya pahala ibadah-ibadah sunah lainnya yang dilakukan bersamaan ibadah fardhu meskipun tidak ia niati selama tidak terbelokkan arah ibadahnya seperti ia niat puasa qadha Ramadhan di bulan Syawwal dan ia niati sekalian puasa qadha 6 hari di bulan Dzul Hijjah (maka tidak ia dapati kesunahan puasa Syawwalnya).

Disunnahkan menjalankan puasa 6 hari di bulan Syawwal meskipun ia memiliki tanggungan qadha karena ia menjalani berbuka puasa di bulan Ramadhannya. Abu Makhramah dengan mengikuti pendapat al-Mashudi berkeyakinan tidak dapatnya pahala keduanya bila ia niati keduanya bersamaan seperti saat ia niat shalat Zhuhur dan shalat sunah Zhuhur bahkan Abu Makhramah menyatakan tidak sahnya puasa 6 hari bulan Syawwal bagi yang memiliki tanggungan Qadha puasa Ramadhan secara muthlak. (Kitab Bughyah al-Mustarsyidin)

**** 

Puasa Sunnah 6 hari bulan Syawwal boleh dikerjakan dengan dipisah-pisah, tapi lebih utama dikerjakan dengan terus menerus

Al Imam An Nawawi berkata : 

قال صلى اللَّهُ عليه وسلم من صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا من شَوَّالٍ كان كَصِيَامِ الدَّهْرِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ ) فيه دلالة صريحة لمذهب الشافعى وأحمد وداود وموافقيهم في استحباب صوم هذه الستة وقال مالك وأبو حنيفة يكره ذلك قال مالك في الموطأ ما رأيت أحدا من اهل العلم يصومها قالوا فيكره لئلا يظن وجوبه ودليل الشافعى وموافقيه هذا الحديث الصحيح الصريح واذا ثبتت السنة لا تترك لترك بعض الناس أو أكثرهم أو كلهم لها وقولهم قد يظن وجوبها ينتقض بصوم عرفة وعاشوراء وغيرهما من الصوم المندوب قال أصحابنا والأفضل أن تصام الستة متوالية عقب يوم الفطر فان فرقها أو أخرها عن أوائل شوال إلى اواخره حصلت فضيلة المتابعة لأنه يصدق أنه أتبعه ستا من شوال قال العلماء وانما كان ذلك كصيام الدهر لان الحسنة بعشر امثالها فرمضان بعشرة أشهر والستة بشهرين وقد جاء هذا في حديث مرفوع في كتاب النسائي وقوله صلى الله عليه و سلم ( ستا من شوال ) صحيح ولو قال ستة بالهاء جاز أيضا قال أهل اللغة يقال صمنا خمسا وستا )

Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawwal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim).

Dalam hadits ini ada dalil yang jelas bagi madzhab Al Imam Asy Syafi’i, Al Imam Ahmad Bin Hanbal, Al Imam Abu Dawud dan para ulama lain yang sependapat tentang kesunahan menjalankan puasa 6 hari di bulan Syawal, sedang Al Imam Abu Hanifah dan Al Imam Malik memakruhkan menjalaninya. Al Imam Malik berkata dalam kitab al-Muwaththa' : "Saya tidak melihat kalangan Ahlul Ilmi menjalaninya". Mereka berkata : Maka dimakruhkan menjalani puasa tersebut dengan alasan agar tidak memberi prasangka akan wajibnya puasa tersebut.

Dan dalil Al Imam Asy Syafi'i dan para ulama yang sependapat jika sunnah itu telah tetap, maka jangan ditinggalkan, agar orang-orang tidak ikut meninggalkannya baik sebagiannya, atau sebagian besarnya atau keseluruhan mereka.

Sedangkan pendapat bahwa "agar tidak memberi prasangka akan wajibnya puasa tersebut" terbantahkan oleh kesunnahan puasa Arafah, puasa 'Asyura dan puasa-puasa sunnah lainnya.

Para Ulama kalangan Syafi’i berpendapat yang lebih utama menjalaninya berurutan secara terus-menerus (mulai hari kedua Syawwal) namun andaikan dilakukan dengan dipisah-pisah atau dilakukan di akhir bulan Syawwal pun juga masih mendapatkan keutamaan sebagaimana hadits di atas.

Ulama berkata alasan menyamainya puasa setahun penuh berdasarkan bahwa satu kebaikan menyamai sepuluh kebaikan, dengan demikian bulan Ramadhan menyamai sepuluh bulan lain (1 bulan x 10 = 10 bulan) dan 6 hari di bulan Syawal menyamai dua bulan lainnya ( 6 x 10 = 60 = 2 bulan). Dan telah datang keterangan dalam hadits marfu' dalam kitab an Nasa'i. Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam [siitan min syawwal] adalah benar, seandainya diucapkan dengan [sittatan] dengan ha' marbuthah juga boleh. Para Ahli Bahasa berkata : dikatakan Shumna Khamasan wa Sittan. [ Syarh an Nawaawi ‘ala Muslim 8/56 ].

Sumber FB Ustadz Dafid Fuady 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Menggabung Niat Puasa Syawwal dan Qadha Puasa Ramadhan". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait