Jangan Memonopoli Kebenaran

Jangan Memonopoli Kebenaran

JANGAN MEMONOPOLI KEBENARAN  

Mengklaim diri sebagai satu-satunya kelompok yang akan selamat (firqah Najiyah), lalu menvonis seluruh umat Islam yang berada di luar kelompok atau komunitas mereka sebagai firqah dhallah halikah (kelompok sesat dan celaka) yang akan masuk Neraka. Suka mengambil alih masjid milik masyarakat, lalu menghentikan seluruh kegiatan pengajian di luar kelompoknya dengan ‘dalih’ semua yang di luar mereka adalah hizbi, haroki, dan sesat. Seluruh masjid yang tidak dikendalikan kegiatannya oleh mereka, atau diisi oleh ustad yang masih campur baur (tidak murni dari ustad kelompok mereka), dihukumi bukan masjid sunah. Ustad sunah versi mereka adalah ustad kelompok kami, sedangkan semua ustad di luar kelompok mereka bukan termasuk ustad sunah (ustad bidah).

Ini bukan fitnah, tapi fakta yang diakui dan dinyatakan oleh sebagian mereka. (Silahkan searching sendiri)

Doktrin-doktrin ghuluw (ekstrim) dalam menyikapi sesama muslim di atas, tidaklah dibangun di atas perbedaan dalam ushul (pokok) agama, namun di atas perbedaan dalam masalah furu’ (cabang) agama yang bersifat ijtihadi baik dalam aqidah ataupun ibadah. Bisa kita pastikan, bahwa doktrin semacam ini bukan dari manhaj Salaf. Rata-rata kelompok yang berafiliasi ke ‘Salafi’ memiliki pemahaman seperti ini, mulai dari ustad-ustadnya sampai grassroot (akar rumputnya). Kita tidak menyatakan semuanya. Ada juga yang masih moderat dan mengharagai perbedaan, tapi ini jumlahnya relatif sedikit. Sudah begitu kalah suara dan power, bahkan dituduh oleh sesama ‘salafi’ sebagai penyusuf dan manhajnya dianggap bermasalah (gado-gado).

Pantas saja jika kemudian masyarakat muslim antipati dan membubarkan pengajian mereka. Memang kelakuan mereka seperti itu. Tidak akan ada reaksi kecuali pasti ada aksi sebelumnya. Tingkah lakunya tidak mencerminkan sebagai umat Nabi Muhammad saw yang penuh rahmat (kasih sayang) kepada sesama muslim. Seribu kalipun mengaku sebagai pengikut salaf, tidak ada gunanya jika ternyata perilakunya tidak mencerminkan generasi salaf sama sekali. Kata penyair : “Setiap orang mengaku punya hubungan special dengan Laila, tapi Laila menolak pengakuan itu semua.”

Asal seorang muslim adalah as-salamah (selamat dari berbagai vonis dan tuduhan). Tidak boleh divonis sesat atau keluar dari lingkup Ahlus Sunnah kecuali dengan adanya penyimpangan dalam ushul (pokok) agamanya yang bersifat jelas dan disepakati oleh ulama. Vonis-vonis seperti ini sangatlah berbahaya. Jika tidak terbukti, maka akan menjadi bumerang bagi penuduh yang sangat mungkin akan menjadi sebab dia bangkrut dan masuk Neraka Jahanam. Wal ‘iyyadzu billah.

Rasulullah saw bersabda :

أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لِأَخِيهِ يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا

“Siapapun yang berkata kepada saudaranya sesama muslim ; “Wahai kafir !”, maka akan kembali kepada salah satu dari keduanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas walaupun tema-nya dalam hal takfir (pengkafiran), tapi masuk juga secara tadhammunan (kandungan) segala vonis terhadap sesama muslim, seperti ; tabdi’ (pembid’ahan), tafsiq (Penfasiqkan), zindiq, sesat, dan lain sebagainya.

Imam Ahmad bin Hanbal rhm berkata :

إِخْراَجُ النَّاسِ مِنْ السُّنَّةِ شَدِيْدٌ


“Mengeluarkan kaum muslimin dari Sunnah merupakan perkara yang sangat berat/berbahaya.” (HR. Abu Bakar Al-Khallal : 1/373 no : 513).?

Sudah saatnya teman-teman dari kelompok Salafi(?) berbenah diri dan sudi untuk menerima nasihat berupa kritik dan saran meski dari luar kelompoknya. Ini demi kebaikan mereka. Agama ini nasihat, kata Nabi saw. Jangan sampai kalau ada pihak yang menasihati, justru dituduh memusuhi dakwah Salaf. Ini sikap kekanak-kanakan yang tidak mencerminkan kematangan ilmu dan hikmah. Selama nasihat itu baik, ilmiyyah, dan bersifat membangun, sudah seharusnya untuk diterima.

Umar bin Al-Khathab ra, pernah menulis surat kepada Abu Musa Al-Asy’ari ra. Di antara kalimatnya berbunyi :

الرُجُوْعُ إِلَى الحَقِّ خَيْرٌ مِنْ التَمَادِيْ فِيْ البَاطِلِ

“Kembali kepada kebenaran itu lebih baik dari bersikukuh di dalam kebatilan.” (HR. Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi)

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita sekalian. Amin.

(Abdullah Al-Jirani) 

Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Jangan Memonopoli Kebenaran". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait