Antara Hormat dan Mengikuti Pendapat

Antara Hormat dan Mengikuti Pendapat

ANTARA HORMAT DAN MENGIKUTI PENDAPAT

Kalau saya bertemu seorang habib, dalam kondisi normal pasti saya berusaha mencium tangannya. Saya tidak peduli apakah dia habib yang alim atau tidak alim, apakah dia habib sunni atau habib syi'ah. Saya belum pernah ketemu dengan habib yang wahabi, tapi andai bertemu pasti saya akan cium juga. Kenapa demikian, sebab saya menghormati darahnya, bukan faktor lain. 

Tapi kalau soal mengikuti pendapat, maka tunggu dulu. Ilmu lebih layak diikuti daripada darah. Di kota saya ada seorang habib syi'ah. Bila kami bertemu saya pasti mencium tangan beliau, tapi di majelis Aswaja ketika ditanya soal syi'ah maka saya tegas menjawab mereka aliran sesat dan ketika ditanya siapa tokohnya, saya sebut nama beliau sebagai tokoh yang jangan diikuti. Begitu juga ketika ada yang bertanya tentang ucapan tertentu dari seorang keturunan Nabi (habib/syarifah) yang menurutnya musykil. Kalau benar, maka saya jawab bahwa itu benar dan selayaknya diikuti. Kalau salah, maka saya jawab bahwa itu salah sehingga jangan diikuti.

Demikian juga kawan-kawan yang lama mengikuti akun ini pasti pernah mendapati saya berbeda pendapat dan sedikit berdebat dengan beberapa habib yang ikut berkomentar dan berdiskusi. Alasannya sama, kesimpulan ilmu lebih layak diikuti daripada faktor lain. Tentu saja bukan berarti saya tidak menghormati orangnya. 

Kasusnya sama dengan kita menghormati kedua orang tua dan berbakti pada mereka tanpa peduli apakah mereka ahli ilmu atau bukan. Tapi soal pendapat tentu bisa saja berbeda sebab adakalanya pendapat mereka kita rasa tidak benar untuk diikuti. Pada kakek, nenek, paman, bibi dan kakak juga sama. Mereka kita hormati karena senioritas dalam ikatan darah tapi soal ikut pendapat maka perlu ditimbang baik-baik terlebih dahulu dengan timbangan ilmu. Saya pernah menulis tentang kasus di mana orang tua memerintahkan anaknya bercerai dan saya ulas bahwa menurut para ulama si anak tidak wajib mengikuti perintah tersebut meski orang tuanya marah. Silakan dibaca tulisan lama tersebut sebagai contoh tema ini.

Antara orang dan pemikiran adalah dua hal yang berbeda. Antara rasa hormat dan mengikuti pendapat juga dua hal yang berbeda. Siapa yang tidak mampu membedakan dua hal ini, maka biasanya akan bersikap melampaui batas; entah hilang rasa hormatnya atau hilang objektivitas keilmuannya.

Semoga bermanfaat. 

Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Antara Hormat dan Mengikuti Pendapat". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait