Qunut Subuh, Bid’ah?

Qunut Subuh, Bid’ah?

QUNUT SUBUH, BID’AH ?

Oleh Ustadz : Abdullah Al-Jirani

Masih saja ada pihak-pihak yang bersikukuh menghukumi Qunut Shubuh sebagai amalan bid’ah. Sebenarnya kami pribadi tidak ambil pusing dengan mereka. Ya, silahkan saja mau menganggap bid’ah atau tidak. Karena faktanya ini masalah khilafiyyah. Namun karena argumentasi yang digunakan tidak ilmiyyah, kemudian mengesankan seolah madzhab Syafi’i kering dari dalil, serta adanya sikap-sikap yang melampaui batas terhadap orang-orang yang mengamalkannya, maka ada baiknya kita akan memberikan pencerahan dalam masalah ini.

Qunut Subuh merupakan perkara yang disunahkan menurut madzhab imam Syafi’i dan imam Malik bin Anas. Terkhusus dalam madzhab Syaf’i, hukumnya tidak sekedar sunah, tapi sunah ab’adh (sunah yang mendekati wajib). Apakah kesimpulan ini ada dalilnya ?? Tentu. Bagaimana mungkin para ulama menyatakan sebuah hukum tanpa berlandaskan dalil ? Tidak mungkin. Pasti mereka memiliki dalil dalam masalah ini. 

Telah diriwayatkan dalam “Shahih Muslim” (1/468) No : (298-677) dari Muhammad beliau bertanya kepada Anas bin Malik :

هَلْ قَنَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ؟ قَالَ: نَعَمْ، بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا 

“Apakah Rasulullah ﷺ melakukan qunut di dalam shalat Subuh ?” Beliau (Anas bin Malik) menjawab : “Ya, (qunut) sebentar setelah ruku’.”

Dalam riwayat ini, Anas bin Malik terang-terangan mengistbat (menetapkan) bahwa Rasulullah ﷺ melakukan Qunut Subuh. Riwayat ini juga menunjukkan, bahwa Qunut Subuh merupakan amaliah yang memiliki asal kesunahan dari Nabi ﷺ tanpa ada keraguan sama sekali. 

Imam An-Nawawi –rahimahullah- (w.676 H) berkata :

(باب اسْتِحْبَابِ الْقُنُوتِ فِي جميع الصلاة) إذا نزلت بالمسلمين نازلة والعياذ بالله واستحبابه في الصبح دائما وبيان أن محله بَعْدَ رَفْعِ الرَّأْسِ مِنَ الرُّكُوعِ فِي الرَّكْعَةِ الأخيرة واستحباب الجهر به. مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّ الْقُنُوتَ مَسْنُونٌ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ دَائِمًا

Bab “Dianjurkannya Qunut di seluruh shalat” : Apabila ada suatu peristiwa besar yang menimpa kaum muslimin – wal ‘iyyadzu billah-. Adapun dianjurkannya di dalam shalat Subuh, maka berlaku terus-menerus. Tempatnya setelah mengangkat kepada dari ruku’ di rekaat terakhir. Dan dianjurkan untuk mengeraskannya. Dalam madzhab Syafi’i, sesungguhnya qunut disunnahkan di dalam shalat Subuh secara terus-menerus.” [Syarah Shahih Muslim : 5/176].

Jika ada yang menyatakan, bahwa memang benar Nabi pernah Qunut Subuh (sudah mulai mengakui Nabi Qunut Subuh sekarang..he...he...), tapi setelah itu beliau meninggalkannya. Maka hal ini kita jawab dengan dua jawaban : 

(1). Yang ditinggalkan itu do’a kebinasaan untuk para kabilah kafir Quraisy saat itu, adapun Qunut dalam shalat Subuh, maka beliau tidak meninggalkannya. Imam An-Nawawi –rahimahullah - menyatakan :

قَوْلُهُ ثُمَّ بلغنا أنه تَرَكَ ذَلِكَ يَعْنِي الدُّعَاءَ عَلَى هَذِهِ الْقَبَائِلِ وَأَمَّا أَصْلُ الْقُنُوتِ فِي الصُّبْحِ فَلَمْ يَتْرُكْهُ حتى فارق الدنيا كذا صَحَّ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

“Ucapannya : "Kemudian beliau ﷺ meninggalkan hal itu”, maksudnya : (yang ditinggalkan) do’a kejelekan untuk kabilah-kabilah ini. Adapun asal qunut di dalam shalat Subuh, maka beliau tidak meninggalkannya sampai beliau meninggal dunia, sebagaimana hal ini telah shahih dari Anas –radhiallahu ‘anhu-.” [Syarah Shahih Muslim : 5/178].

(2). Kemungkinan kedua, yang ditinggalkan oleh beliau adalah qunut dalam shalat empat waktu, adapun dalam shalat Subuh, maka masih beliau amalkan sampai meninggal dunia. Hal ini dijelaskan oleh imam Al-Baghawi dalam “Syarhu As-Sunnah” (3/123).

Sebagian orang yang membid’ahkan Qunut Subuh, biasanya berdalil dengan riwayat Abu Malik Al-Asyja’i ketika bertanya kepada bapaknya tentang masalah ini, lalu bapaknya, yaitu Sa’ad bin Thariq –radhiallahu ‘anhu- menjawab :

أَيْ بُنَيَّ مُحْدَثٌ

“Wahai anakku ! itu perkara muhdats (baru).” [HR. At-Tirmidzi : 402]

Hal ini bisa dijawab dari beberapa sisi :

(1). Pernyataan Sa’ad bin Thariq yang meniadakan Qunut Subuh pernah diamalkan oleh Nabi dan beberapa sahabat, sesuai dengan apa yang dia ketahui. Ketidaktahuan beliau terhadap hal ini tidaklah melazimkan hal tersebut tidak ada. Sebagaimana dalam suatu kaidah disebutkan, bahwa : “Ketiadaan ilmu terhadap sesuatu, tidak mengharuskan sesuatu itu tidak ada.”

(2). Sahabat Anas bin Malik telah menetapkan bahwa Nabi melakukan Qunut Subuh. Dalam kondisi seperti ini, maka berlaku kaidah : “Seorang yang menetapkan lebih diutamakan dari orang yang meniadakan.” Karena orang yang menetapkan memiliki tambahan ilmu yang tidak dimiliki oleh orang yang meniadakan. Sehingga orang yang mengetahui menjadi hujjah terhadap orang yang tidak mengetahui.

(3). Pernyataan Sa’ad bin Thariq di atas terjadi karena beliau menyaksikan dalam beberapa kesempatan saja, tidak dalam seluruh kesempatan. Karena awalnya, sifat qunut subuh dilakukan secara berkala (kadang diamalkan dan kadang tidak). Lalu setelah itu baru dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Demikian dinyatakan oleh Syaikh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi dalam Syarah beliau kepada Sunan Ibnu Majah (20/95). Lihat juga Syarah Ma’ani Al-Atsar : (1/249).

Selain hadits Anas bin Malik yang telah disebutkan di atas, ada riwayat lain dari Anas bin Malik juga beliau berkata :

مَا زَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

“Rasulullah ﷺ senantiasa melakukan Qunut di shalat Subuh sampai meninggal dunia.” [HR. Ahmad : 20/95 dan selainnya]

Hadits ini telah dihasankan atau dishahihkan oleh sekelompok ulama ahli hadits, diantaranya : Imam Al-Hakim, Al-Haitsami, Al-Hafidz Muhammad bin Ali Al-Balkhi, An-Nawawi, Al-Baihaqi, Ad-Daruquthni dan selain mereka. Dan ini sudah lebih dari cukup, karena mereka semua pakar hadits yang diakui keilmuannya oleh umat, bukan ahli hadits abal-abal. [Simak kitab “Khulashatul Ahkam” karya An-Nawawi : 1/450].

Seandainya pun kita tetapkan dhaif (lemah), karena ada seorang rawi yang bernama Abu Ja’far Ar-Razi, maka hadits ini cukup sebagai penguat untuk hadits Anas bin Malik yang telah disebutkan sebelumnya.

Qunut Subuh juga diamalkan oleh sejumlah sahabat Nabi, di antara mereka adalah : Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Ibnu Abbas, dan yang lainnya. Diriwayatkan oleh Al-‘Awwam bin Hamzah beliau berkata : “Aku bertanya kepada Abu Utsman tentang Qunut Subuh ? Beliau menjawab : “Setelah rukuk.” Aku bertanya : “Dari siapa jawaban ini ?”. Beliau menjawab : “Dari Abu Bakar, Umar, dan Utsman.”[HR. Al-Baihaqi dan sanadnya dihasankan oleh beliau]

Dari Ibnul Ma’qil At-Tabi’i beliau berkata : “Ali Qunut di shalat Subuh”. Al-Baihaqi menyatakan : “Hal ini shahih dan masyhur dari Ali.” [simak : Khulashatul Ahkam : 1/451].

Sampai di sini, masihkah ada yang berani menyatakan bahwa Qunut Subuh tidak ada dalilnya ? masihkan berani menyatakan tidak pernah diamalkan oleh Nabi dan para sahabatnya ?

Demikian pembahasan kali ini. Semoga bermanfaat bagi kita sekalian. wallahu a’lam bish shawab. Alhamdulillah Rabbil ‘alamin...

Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani

15 Maret 2020  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Qunut Subuh, Bid’ah?". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait