Mabrur Tanpa Haji

Mabrur Tanpa Haji

Mabrur Tanpa Haji 

Oleh : Rahmat Taufik Tambusai

Secara logika rasanya tidak mungkin terjadi, tanpa melakukan rangkain ibadah haji tetapi mendapatkan nilai mabrur atas diri seorang hamba.

Tetapi setelah kita cek kembali dari beberapa hadits nabi sebagai sumber pengambilan hukum, maka secara syariat dapat dibenarkan bahwa ada orang yang tidak melaksanakan ibadah haji tetapi mendapatkan nilai pahala mabrur disisi Allah.

Dan begitu juga dalam ibadah yang lain, yang mana nilai pahalanya setara dengan ibadah yang besar, padahal yang dilakukan amalan kecil, maka ada istilah amalan kecil bernilai besar.

Sebagai contoh dalam hadits disebutkan bahwa barang siapa sholat sunnah isyraq dua rakat maka pahalanya senilai umroh yang sempurna, maka ini bisa dijadikan sebagai patokan untuk ibadah yang lainnya.

Dalam hadits yang lain disebutkan barang siapa bersuci dari rumahnya lalu datang ke masjid kuba dan mengerjakan sholat dua rakaat maka nilainya sama mengerjakan ibadah umroh.

Maka bisa jadi ada satu amalan yang apabila dikerjakan dalam situasi dan keadaan tertentu nilai pahalanya senilai pahala haji mabrur, tetapi yang tahu hanya Allah.

Sebagai contoh, ada seorang yang telah mengumpulkan uangnya bertahun - tahun untuk menunaikan ibadah haji, ketika pada saat berangkat ditengah jalan berjumpa dengan fakir miskin yang tidak memiliki yang akan dimakan, kemudian uangnya diberikan kepada fakir miskin tersebut, kemudian dia tidak jadi berangkat haji, maka orang yang seperti ini bisa jadi mendapatkan nilai pahala haji mabrur tanpa menunaikan ibadah haji.

Memang tidak mendapatkan gelar haji, tetapi nilai amalannya setara dengan nilai ibadah haji, dan sebaliknya banyak orang yang bergelar haji tetapi tidak mendapatkan nilai pahala haji mabrur.

Sama halnya bantuan kecil yang pernah diberikan dalam situasi sulit dapat bernilai tinggi disisi Allah, yang mana nilainya setara dengan nilai ibadah yang besar.

Kemabruran ibadah haji bisa jadi disebabkan hal yang sepele, terpenuhinya syarat dan rukun haji bukan jaminan mabrurnya haji tetapi sah tidaknya haji.

Mabrurnya haji lebih bergantung kepada sifat dan sikap kita kepada sesama umat nabi muhammad, jika hubungan kita baik kepada Allah tetapi tidak baik kepada sesama kita, maka akan sulit untuk meraih haji mabrur.

Sifat tolong menolong, peduli, simpati dan kasih sayang kepada jamaah yang lain merupakan sarana jitu untuk meraih haji mabrur, karena tanda haji mabrur berkaitan erat dengan hubungan interaksi kepada sesama umat nabi ; berbicara yang baik - baik dan suka memberikan makan.

Jika diawali dengan berbuat baik kepada sesama manusia sejak awal menunaikan ibadah haji, maka hasil akhirnya kemungkinan akan meraih mabrur karena mabrur ditandai dengan suka berbuat baik kepada sesama manusia.

Batam, Senin 13 Maret 2023

Yuk umroh yang minat hubungi kami.

AZKIA GROUP

Bangga menjadi pelayan tamu Allah

Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Mabrur Tanpa Haji". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait