Data Yang Tidak Valid dan Tidak Obyektif

Data Yang Tidak Valid dan Tidak Obyektif

DATA YANG TIDAK VALID DAN TIDAK OBYEKTIF 

1. Nukilan tentang Imam Ibn Suraij yang menolak (ta'wil) Asy'ariyah adalah tidak valid, sebab nukilan tersebut diriwayatkan dengan sanad terputus oleh Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam "Ijtima' al-Juyusy al-Islamiyah". Selain juga agak mustahil jika waktu itu sudah ada kelompok bernama Asy'ariyah, sebab Imam Ibn Suraij sendiri wafat tahun 306 H dan Imam al-Asy'ari taubat dari Mu'tazilah umur 300 H. 

2. Nukilan tentang Imam Abul Hasan al-Karaji as-Syafi'i, Imam Abu Hamid al-Isfirayini, dan Imam Abu Ishaq as-Syirazi sangat antipati terhadap Asy'ariyah adalah tidak valid dan juga tidak sesuai dengan fakta yang diungkapkan oleh ulama' Asy'ariyah sendiri. Syaikh Shalahuddin al-Idlibi dan Syaikh Muhammad al-Ghursi telah memberikan jawaban yang sangat baik tentang masalah ini. Tulisan ini juga banyak mengambil dari penjelasan keduanya. 

Validasi data ketika hendak menyesatkan orang atau kelompok harusnya lebih ketat, bukan sekedar asal comot atau ambil pendapat seseorang. Apalagi itu muncul dari orang yang benci atau tidak suka. Itulah prinsip yang harus kita pedomani bersama. 

3. Nukilan tentang Ibn Khuwaiz Mandad al-Maliki yang mengkritik Asy'ariyah memang betul. Tetapi reputasi dia sendiri sebagai seorang ulama' mendapat sorotan, yakni kecaman dan kritik serius dari ulama' besar Malikiyah sendiri seperti Qadhi Iyadh, Imam al-Baji, dan Imam Ibn Abdil Bar. Artinya, kritik Ibn Khuwaiz Mandad tidak begitu mu'tabar menurut ulama' akidah dan jarh wa ta'dil. 

4. Kritik keras Abu Ismail al-Harawi al-Hanbali, seorang sufi dari kalangan Hanbali, kepada Asy'ariyah juga tidak mu'tabar. Sebab, selain dia seorang yang musyabbih menurut Imam Tajuddin as-Subki juga permusuhannya kepada Asy'ariyah sudah kelewat batas hingga sampai menuduh Imam al-Asy'ari tidak tidak shalat, tidak wudhu dan tidak istinja'. Dia adalah seorang yang sangat fanatik terhadap madzhab Hambali. 

5. Nukilan pembenci Asy'ariyah bahwa Imam Ahmad bin Hanbal membid'ahkan Imam Ibn Kullab tidak ditemukan datanya secara shorih dan shohih. Kalaupun itu betul, juga belum cukup untuk dijadikan alasan bahwa Imam Ibn Kullab bukan Ahlussunnah wal Jama'ah. Buktinya banyak testimoni dari ulama' yang tegas dan jelas menyebut sebaliknya. 

Betul bahwa Imam Ahmad bin Hanbal mengkritik Imam Ibn Kullab, Imam Haris al-Muhasibi, dan Imam al-Karabisi, tapi bukan berarti dengan itu kita boleh mengeluarkan mereka dari Ahlussunnah wal Jama'ah. Sebab penerimaan celaan (jarh) ulama' satu kepada ulama' lain yang semasa memiliki syarat yang sangat ketat. Dan juga betul bahwa ulama' Hanabilah, seperti Imam Ibn Qudamah sangat antipati kepada Imam Ibn Kullab sebagaimana Imam Ahmad bin Hanbal. 

Yang perlu dicatat, Imam Ibn Kullab adalah referensi Imam al-Bukhari dalam masail ilmu kalam menurut Imam Ibn Hajar al-Asqalani. Beliau sendiri juga bukan muassis madzhab Asy'ariyah, walaupun sebagian qawaid akidah beliau diambil oleh Imam al-Asy'ari. 

6. Nukilan bahwa Imam Malik meriwayatkan "kaifiyah Allah majhul" adalah syadz (dhaif berat). Nukilan sama (kaif majhul) dari Imam Rabi'ah ar-Ra'yi (guru Imam Malik) juga tidak valid, sebab ia riwayat munkar (dhaif berat). Ulama' yang menerima riwayat kaifiyah majhulah menta'wil makna kaifiyah dengan makna yang baik sehingga tidak berlawanan dengan riwayat yang shohih yang menyebut kaifiyah marfu'ah atau ghairu ma'qulah. 

Wallahu A'lam

Sumber FB Ustadz : Hidayat Nur

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Data Yang Tidak Valid dan Tidak Obyektif". Semoga betah di Kajian Ulama Aswaja ®

Kajian Terkait