Rabb-nya satu, Kitabnya satu, Rasulnya satu, kenapa bisa berbeda? Jawabannya, karena pemahamannya berbeda.
Kok bisa berbeda pemahaman? Kenapa tidak kembali kepada pemahaman salafusshalih saja? Jawabannya panjang, setidaknya tergambar dalam sejumlah poin di bawah:
1. Salaf saja berbeda pendapat. Salah besar jika mengira bahwa salaf selalu satu pendapat dan tak ada perbedaan. Salaf bahkan telah berbeda sejak Rasulullah masih hidup. Bedanya, mereka nyantei ketika beda dalam fikih, ga seperti orang belakangan yang geger luar biasa seolah beda pendapat fikih kaya beda agama.
2. Kok bisa salaf beda pendapat? Karena syariat membolehkan itu terjadi. Seperti ketika kasus shalat asar di Bani Quraizhah, Rasulullah bilang ga boleh shalat asar kecuali udah nyampe di sana, sebagian sahabat beneran shalat di sana dan sebagian lagi shalat di perjalanan. Rasulullah bisa saja menyatakan bahwa yang shalat di perjalanan telah melanggar perintah atau menyatakan bahwa yang shalat ashar di Bani Quraizhah tapi di luar waktu ashar itu ga paham agama karena maksudnya cepet2 bukan shalat di sana. Tapi faktanya, Rasulullah ga bahas siapa yang bener siapa yang salah. Dari sini dipahami bahwa syariat memang meniscayakan adanya perbedaan.
Contoh kasus lain, dua sahabat shalat dengan tayamum trus kemudian melihat air, yang satunya mengulangi shalat yang satunya tidak mengulangi. Ketika menghadap kepada Rasulullah dan bercerita Rasulullah tidak menjelaskan mana yang benar dan mana yang salah, beliau hanya bilang "kamu sesuai sunnah" dan bilang "kamu punya pahala dua kali", ini berarti beliau membolehkan adanya perbedaan.
Contoh kasus lain, diriwayatkan bahwa para sahabat melakukan perjalanan di siang bulan Ramadhan sebagian berbuka dan sebagian tetap berpuasa, tapi mereka ngga geger, tidak saling mencela satu sama lain. Meski dalam riwayat Muslim Rasulullah pernah bersabda bahwa "Tidak termasuk kebaikan kalian puasa dalam perjalanan."
3. Jika salafnya salaf saja berbeda, maka apalagi generasi setelahnya. Imam Abu Hanifah itu termasuk Tabi'in, Imam Malik dan Imam Syafi'i itu Atba' Tabi'in itu termasuk Atba' Tabi'in, tiga generasi yang dinyatakan sebagai generasi terbaik. Toh mereka juga saling berbeda. Apalagi generasi setelahnya. Penyebabnya munculnya perbedaan pendapat itu sangat banyak sekali:
- Perbedaan penggunaan makna terhadap dalil.
- Perbedaan metode dalam berkaitan dalil yang bertentangan.
- Perbedaan dalam pengetahuan dalil.
- Perbedaan dalam penilaian terhadap dalil.
- Perbedaan penggunaan dalil selain al-Qur'an dan Sunnah.
- Perbedaan dalam kriteria dalil yang diterima dan tidak diterima.
- Perbedaan latar belakang keilmuan.
- Dan masih banyak lagi.
Maka, sebagaimana yang sering saya kampanyekan adalah bahwa perbedaan dalam fikih adalah hal yang lumrah, maka baiknya kita berlaku bijak dalam perbedaan fikih. Bagaimana agar bisa bijak? Jawabannya ya saling memahami. Bagaiama agar bisa saling memahami? Jelaskan kenapa bisa terjadi perbedaan. Biar ga muncul yang keheranan sebagaimana di gambar ini...
Masyarakat kita sudah sering melihat perbedaan tapi mereka tidak terbiasa mendapatkan penjelasan bagaimana menyikapi perbedaan. Kalo tidak disikapi dengan bijak, yang ada hanya gelut tiada henti.
Sumber FB Ustadz : Fahmi Hasan Nugroho